10. Manager Resmi

757 92 5
                                    

[Name] masuk ke dalam kelas di sambut pelukan oleh teman yang baru-baru ini dekat dengannya, siapa lagi kalau bukan siswi di depan mejanya?

"Bodoh. [Name] bodoh. Kenapa kau mencoba menyimpan semuanya sendiri? Aku teman dekatmu 'kan? Kau harusnya cerita dengan ku! Dasar bodoh," ucap gadis itu seperti menahan tangis.

"Hei aku tidak apa. Memangnya apa yang kau dengar? Jangan termakan gosip buruk," ucap [Name].

Teman [Name] melepaskan pelukan, dia menatap [Name] datar, "Kau mencoba bunuh diri 'kan?"

Bola mata [Name] membesar mendengar temannya itu mengatakan hal itu secara terang-terangan. Sontak semua perhatian murid di kelas menatap ke arahnya.

"Hei apa yang kau bicarakan? Kenapa kau mengatakan hal itu secara terang-terangan?" [Name] membisikinya.

"Itu benar 'kan?" Teman [Name] berbalik menatap murid-murid di kelasnya.

"Gadis populer yang selalu kalian bicarakan ini mencoba untuk bunuh diri. Kalian pikir kenapa seseorang mencoba untuk bunuh diri? Pasti karena dia memiliki masalah yang besar," ucap teman [Name]. Dia mencoba menghentikannya, namun temannya itu malah tetap melanjutkannya.

"Kalian bilang dia selalu tersenyum, bahagia karena tidak memiliki beban hidup? Justru dia seperti itu untuk mencoba menghilangkan beban hidupnya. Yang beban itu kalian, membicarakan keburukan orang lain padahal kalian sendiri iri padanya 'kan?" lanjut gadis itu.

[Name] diam di tempatnya, ucapan temannya itu lebih pedas daripada omongannya. [Name] tak bisa menghentikannya.

"Tidak masalah kalau kalian iri dengan [Name], tapi harus masih dalam bentuk yang wajar. Menganggapnya rival itu lebih baik, daripada mengucilkannya hanya karena dia lebih baik dari kalian."

"Bohong. Dia mencoba bunuh diri karena dia ingin di kasihani," sahut seorang siswi di kelas. Dia adalah teman dekat [Name] dulu.

Sontak perkataan siswi itu membuat teman [Name] naik darah, "Heh yang ingin di kasihani orang lain itu kau, lihat kau selalu bermake-up di kelas. Kau pasti ingin para lelaki memujimu 'kan?"

"Ha? Apa yang kau bicarakan? Aku tidak akan melakukan trik murahan itu," balas gadis itu.

"Kau melakukannya. Dasar ratu iblis," umpat teman [Name].

"HEI!" teriak siswi itu ingin mengggampar teman [Name], tapi segera di tahan teman-temannya.

"Yah... Si monyet ngamuk," ucap teman [Name] lagi.

[Name] langsung menarik kerah seragam gadis itu berjalan ke bangkunya, "Kau akan di benci satu kelas bodoh."

"Tidak apa kalau itu untuk temanku," jawab gadis itu acuh tak acuh.

[Name] menatap temannya yang sekarang duduk di kursinya dengan kaki kirinya di timpa kaki kanannya. Posisi duduk seperti banyaknya Ibu-ibu datang ke pesta.

Blazer abu-abu yang seharusnya di pakai malah di gantinya dengan jaket merah yang kancingnya di biarkan terbuka. Dia membuka bungkus permen bertangkainya, lalu mengemutnya.

"Kau tau dari mana?" tanya [Name] yang sudah duduk di bangkunya.

"Akaashi. Aku bertanya padanya. Hei kau sudah gila? Akaashi mengambil pisau di rok mu waktu kalian berpelukan, kau ingin memotong urat mu?" ucap gadis itu kesal menatap wajah [Name].

[Name] diam.

"Dimana Akaashi?" tanya gadis itu.

"Huh? Ah Keiji-kun, dia di panggil pelatih sebentar," jawab [Name].

Teman [Name] menghela napas, "Ah sudahlah. Kau pasti tak ingin memikirkannya lagi. Tapi perlu kau ingat, tidak semua orang membencimu. Ada yang sayang padamu. Tidak semua orang ingin kehilangan mu."

 𝑯𝒂𝒊𝒌𝒚𝒖𝒖!! 𝑺𝒆𝒕𝒕𝒆𝒓 𝑳𝒐𝒗𝒆ღ 𝐀𝐤𝐚𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐣𝐢 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora