[Noren] Condition

180 14 3
                                    

Jeno just doesn't believe renjun enough and it hurts them both.

***


[beware! long, slight 18+]


Jeno itu tidak salah.

Begitulah persepsi renjun setelah berulang kali memikirkan permasalahan percintaannya ini.

Renjun memang pernah bilang ke jeno untuk memutuskan hubungan mereka jika salah satu dari keduanya sudah bosan. Ia tidak mau hanya salah satu dari mereka yang berjuang dan renjun juga paling takut diselingkuhi.

Renjun's worst fear is being cheated.


***


[Hari itu]

"Jen..." Panggil renjun pelan pada pacarnya yang kini tengah memeluknya dari belakang.

"Eumh.." Lenguhan pelan menjadi balasan dari Jeno.

"Kalau suatu saat nanti kamu bosan sama aku, bilang ya."

Jeno terkejut mendengar ucapan renjun padahal mereka baru saja merayakan satu bulan hubungan mereka. Ia menarik pinggang renjun pelan, mencoba memutur tubuh renjun agar wajah mereka berhadapan.

"Di saat salah satu dari kita bosan, memangnya kenapa?"

"kita berhenti." Jawab renjun sambil menatap manik mata jeno dalam, menyatakan keseriusannya.

"kalau aku boleh tau alasannya?" tanya jeno lagi. Keseriusan renjun membuat jeno khawatir akan laki-laki itu.

"Berarti salah satu dari kita sudah tidak memiliki rasa."

Telapak tangan jeno menyusuri pipi renjun lembut. Ia mendekatkan bibir mereka, hanya sedikit menyentuh. Napas keduanya saling beradu. Renjun bisa merasakan debaran jantungnya dan Jeno yang tidak bisa dikatakan normal.

"Aku takut Jen." Renjun kembali bersuara, bibir keduanya saling bergesekan.

"Aku tidak mau jika saatnya tiba nanti kamu disampingku hanya karena rasa terbiasa. Kamu juga berhak bahagia Jen. Mesti itu bukan bersamaku."

Tatapan renjun untuk jeno mulai berubah, kedua manik mata itu berair. Renjun sedang menahan air matanya untuk tidak keluar.

Jeno yang melihat kondisi rapuh renjun sekarang hanya bisa memeluknya lebih dekat, menyalurkan kehangatan dan kasih sayang.

"Aku akan selalu mencintaimu renjun." Bisik Jeno di telinga renjun, meninggalkan kecupan-kecupan kecil di telinga hingga turun ke perpotongan leher renjun.

Renjun meremas kaos hitam jeno kuat, menahan lenguhan yang ingin keluar dari mulutnya. Sedangkan jeno masih sibuk menyesap setiap inchi kulitnya. Renjun dapat merasakan lengan piyamanya yang ditarik ke bawah oleh jeno, mengekspos kulit putih dan tulang selangka renjun yang indah. Ciuman itu pun perlahan berpindah pada bahu renjun.

Debaran jantung renjun semakin kuat dan cepat, matanya buram. Hembusan napasnya yang terengah-engah terdengar jelas memenuhi kamar jeno.

"Jenhh.." lenguhan itu akhirnya keluar yang tentu saja menarik atensi jeno.

Kini ciuman itu sudah berpindah tepat pada bibir renjun. Jeno melumatnya dengan kasar. Ia kesulitan mengimbangi gerakan lidah itu bahkan renjun sudah pasrah membiarkan jeno sendiri yang mengeksplor setiap jengkal rongga mulutnya.

[18+] The Deepest SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang