18. Pergi

618 84 16
                                    

Malam itu..

"Moshi-moshi, dengan [Name] di sini," ucap [Name] di ujung telepon sana.

"[Name]!! Benarkah ini kau? Ya ampun aku sangat rindu dengan mu!"

[Name] mengernyitkan dahinya, "Anatahadare?"

"Aku ibumu!"

[Name] terkejut hampir saja menjatuhkan handphone yang di pegangnya, dia memegang tembok di jalan menopang tubuhnya agar tidak terjatuh.

"I-ibu? Bagaimana bisa? Tidak, jangan berbohong pada ku. Ibu ku tidak memperdulikan ku lagi."

"Aku benar ibu mu [Name], tolong percayalah. Aku sekarang tinggal di Miyagi, tinggalah di sini agar kau tak kesepian lagi. Kau sudah memiliki seorang adik sekarang."

[Name] membulatkan matanya tak percaya, bagaimana bisa wanita itu dengan santainya menyuruhnya pindah ke rumahnya padahal sudah empat tahun dia di tinggalkan.

Tiba-tiba memori lama itu timbul di kepala [Name].

"Ibu jangan pergi! Ayah tolong tetaplah di sini! [Name] tidak mau sendiri!"

"Dia hanya akan mengganggu ku, bawa dia bersama mu," ucap pria itu.

"Ha? Apa? Enak saja kau mengatakannya! Dia anak mu, kau yang harus membawanya," seru wanita itu.

Pada akhirnya mereka berdua pergi meninggalkannya, tak peduli dengan teriakan dan tangisnya.

Malam itu terasa menyesakkan dan menyakitkan, di tinggal pergi oleh orang yang dulu sangat menyayangimu tanpa ada kata kembali.

"Ti-"

[Name] menghentikan ucapannya, pada akhirnya kerinduannya dengan mereka jauh lebih besar dari pada kebenciannya.

Dia tidak bisa mengatakan itu, tapi dia juga tidak mau melakukan itu.

[Name] berjongkok, memegang rambutnya frustasi. Di sisi lain dia juga lelah dengan orang-orang di sini yang tak mau menerimanya.

Tapi, kalau dia pindah?

Dia akan berpisah dengan teman-temannya yang selama ini selalu ada untuknya, bahkan kekasihnya.

Apa yang harus [Name] pilih?

Pergi atau menetap?

"[Name]?"

[Name] menaruh ponselnya kembali ke telinganya, "Ha'i?"

"Bagaimana?"

"Akan ku pikirkan nanti."

"Baiklah, ibu menunggu mu. Ibu akan mengirimkan alamat di ponsel mu, sudah dulu ya [Name] ibu harus menjaga adik mu."

Sambungan terputus.

[Name] menggenggam erat handphone yang di pegangnya, dia menelpon hanya untuk mengatakan itu?

Tanpa menanyakan bagaimana kabarnya, usianya sekarang, sekolah di mana dan hal-hal yang menyangkut tentang dirinya.

[Name] menunduk, mencoba menahan dirinya. Ingin sekali dia berteriak mengeluarkan sakit yang dia rasa.

Tapi dia sadar, tidak bisa melakukannya sekarang. Kalau tidak, orang-orang pasti akan melemparkan panci padanya.

[Name] tak bisa fokus dengan kehidupannya setelah menerima panggilan itu.

Setiap hari dia terus memikirkannya, bahkan badannya yang semula menjadi terisi lagi kini kembali kurus.

Akaashi menatap [Name] yang tak selera makan di depannya, dia menghela napas. Tak mengerti ada apa dengan [Name] akhir-akhir ini.

Sikapnya sangat berbeda.

 𝑯𝒂𝒊𝒌𝒚𝒖𝒖!! 𝑺𝒆𝒕𝒕𝒆𝒓 𝑳𝒐𝒗𝒆ღ 𝐀𝐤𝐚𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐣𝐢 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu