I Am A Mess

24 4 3
                                    

[Maret 2012]

Ketika Pak Jameson memanggil Brian, si pemuda tidak tahu apa yang beliau inginkan. Apalagi, beliau meminta dia datang bersama David, yang entah sejak kapan menjadi teman dekatnya. Satu-satunya yang bisa dia duga adalah, ada sebuah tugas yang harus mereka lakukan. Toh, Pak Jameson adalah guru pembimbing keduanya, seharusnya ini bukanlah hal aneh.

Hanya saja, Brian masih berada di tahun pertamanya di akademi. Jadi, mustahil kalau dia akan mendapatkan misi khusus, karena seharusnya dia masih berfokus pada dasar dari menjadi seorang agen. Hal ini membuat Brian jadi penasaran apa yang diinginkan oleh Pak Jameson.

Brian langsung menarik David bersamanya menuju ke ruangan Pak Jameson setelah kelas terakhir mereka selesai. Apapun yang akan terjadi, mereka tidak akan tahu sebelum mereka menemui sang guru, karena beliau memang penuh teka-teki, yang bisa Brian lihat sejak pertama kali melihat beliau.

Ketika sampai di ruangan kerja Pak Jameson, Brian dan David melihat kalau beliau tidak sendirian. Seorang pria paruh baya dengan rambut berwarna pirang tengah berbicara serius dengan Pak Jameson sambil minum teh. Pembicaraan mereka terhenti ketika kedua murid ini masuk ke dalam ruangan itu.

"Ah, akhirnya kalian datang. Duduklah, nak. Ada beberapa hal yang harus dijelaskan," kata Pak Jameson.

Kedua anak ini memandang satu sama lainnya, sebelum akhirnya mereka duduk di sebuah sofa panjang yang tersedia. Pak Jameson menghela napasnya, kemudian mengangguk.

"Brian, kuharap kau siap. Ada berita buruk yang harus disampaikan oleh Pak Fitzpatrick padamu. Silahkan, Pak Fitz," kata Pak Jameson.

Brian meneguk liurnya. Sekarang dia jadi agak khawatir. Apapun yang akan dia dengar, kalau sampai Pak Jameson terlihat sangat serius dan memanggilnya untuk bertemu begini, itu pastinya akan sangat buruk.

"Nah Brian, kamu sudah melaporkan pada kami pada Januari lalu kalau salah satu siswa di sini menghilang secara misterius. Keterangan yang kami dapatkan hanyalah sebuah surat pengunduran diri yang dikirimkan oleh ayahnya, yang dianggap pihak administrasi sebagai hal biasa. Tapi, karena kau adalah orang terakhir yang melihatnya dan tahu kalau dia memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya, kau merasa kalau hal ini aneh. Jadi, kau meminta untuk dilakukan penyelidikan akan apa yang sebenarnya terjadi," kata Pak Fitzpatrick.

"Apa yang terjadi? Apa kalian mendapatkan kabar soal keberadaan Brock?" tanya Brian.

Refleksnya langsung terpacu, karena dia jadi semakin khawatir. Tidak salah lagi mereka akan membahas soal Brock, teman Brian yang menghilang tanpa kabar setelah libur akhir tahun. Mendengar kata "kabar buruk", perasaan Brian jadi campur aduk karenanya.

"Kau mau mendengar semuanya? Kau yakin kau siap?"

Brian menghela napasnya, "Aku harus mendengarkan hal ini, seburuk apapun. Pak Jameson bahkan sudah meminta David datang bersamaku, aku ingin dengar semuanya."

Pak Fitzpatrick mengangguk. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia akhirnya memulai ceritanya.

"Seperti yang kau tahu, kami melakukan penyelidikan tentang rekam jejak ayah Brock. Singkat kata, latar belakang ayahnya tidak bersih. Dia tidak mengurus keluarganya dengan baik, selalu pergi dari rumah, dan punya catatan kriminal. Pernyataan yang kau dapatkan dari Brock rupanya cocok dengan kenyataannya. Nah, jadi kami telusuri lagi latar belakangnya."

"Kau sudah tahu tentang itu. Di situlah penyelidikan berhenti. Tapi, Pak Fitz yang masih penasaran menyelidiki lebih jauh lagi, bahkan beliau jauh-jauh ke Nevada untuk menyelidiki soal ayahnya Brock," kata Pak Jameson.

"Aku sudah sekian tahun jadi pembimbing murid, dan hal ini memang aneh. Sebagai pembimbingnya, aku jadi sama penasarannya dengan kamu. Di tengah penyamaran sebagai preman jalanan, aku menemukan fakta kalau ayahnya Brock sempat terjerat sejumlah hutang. Aku mencari tahu soal bagaimana dia melunasi hutang ini, karena jumlahnya cukup fantastis. Di sinilah berita buruknya."

I Am A MessWhere stories live. Discover now