25. Menyelesaikan

458 61 13
                                    

Udara segar di pagi hari.

[Name] sudah bangun dari tadi, tinggal sendiri membuatnya bangun lebih cepat dan membuatnya sudah terbiasa.
Dia mulai merapikan tempat tidurnya, dia menatap Aiya yang masih tertidur pulas. Kenapa semalam anak itu terlihat sangat ketakutan?

Padahal tadi malam tidak terjadi apa-apa.

[Name] kembali berdiri tegak, menoleh ke arah jendela melihat matahari terbit.

Dia menghirup napas dalam-dalam, merasakan aroma pagi di Miyagi. Ini adalah hari terakhirnya di sini.

[Name] mulai merapikan bajunya, mungkin pakaiannya tidak akan dia bawa mengingat dia akan datang dua bulan lagi.

[Name] duduk di tepi tempat tidur, kalau dia datang dua bulan lagi apa Ibunya masih mau menerimanya?

Bukankah sikapnya sudah kurang ajar? Dan bertindak kurang sopan?

[Name] memegang wajahnya frustasi, dia juga harus menyelesaikan permasalahannya dengan Ibunya. Kalau tidak dia tidak akan tenang.

[Name] tersentak saat mendengar ketukan pintu dari luar, dia menoleh dari tempatnya duduk tanpa ada niat membukakan pintu.

"[Name], kamu sudah bangun? Boleh Ibu masuk?"

[Name] diam di tempatnya, tentu saja boleh. Malah dia mengharapkannya.

Tapi dia bersikap seolah-olah tidak terlalu peduli, dia kembali menatap langit dari jendela di depannya.

"Ah kamu sudah bangun. Cepat bersihkan dirimu [Name], lalu turun. Ibu sudah mempersiapkan sarapan," ucap Ibu lembut.

[Name] membalas mengangguk pelan, Ibu menatapnya lesu. Sepertinya putrinya itu sangat membencinya.

Yah itu wajar, bahkan sejak dia meninggalkan [Name] mungkin putrinya itu sudah membencinya.

"Aku akan pulang malam ini," ujar [Name] tanpa mengalihkan perhatiannya.

Ibu menatapnya terkejut, dia tersenyum miris. Lalu ikut duduk di samping [Name].

"Kau tidak betah ya?" tanya Ibu sambil mengelus rambut [Name].

"Aku harus memikirkan sekolahku," jawab [Name].

Tangan Ibu berhenti, "Bukankah kau akan tinggal di sini [Name]?"

[Name] menatap Ibunya, "Tidak. Aku hanya ingin melihat kabarmu."

"Kau sangat membenci Ibu ya.." Ibu menatap lantai di depannya.

[Name] menghempaskan tangan Ibunya dari kepalanya, dia berdiri di depan wanita itu dengan raut muka marah.

"Harus berapa kali ku katakan padamu? Aku tidak membencimu! Aku hanya marah dan kesal padamu. Kau meninggalkanku sebegitu mudahnya! Padahal aku baru tumbuh menjadi seorang remaja saat itu," ucap [Name] dengan kernyitan di dahinya.

Ibu menatap [Name] terkejut, dia tersenyum. Menepuk-nepuk pelan tempat duduk di sampingnya. Bermaksud menyuruh putrinya untuk kembali duduk di sampingnya.

[Name] menghela napasnya, dia ikut duduk di samping Ibunya dengan emosi tertahan.

"Maaf karena Ibu sudah meninggalkanmu," ucap Ibu menatap lantai di depannya dengan sendu.

"Maaf karena Ibu sudah bersikap egois."

"Ibu tahu kau adalah putri Ibu yang kuat. Tapi bukan karena itu Ibu meninggalkanmu."

Ibu menatap langit dari jendela, "Boleh Ibu menceritakan tentang diri Ibu?"

[Name] menatapnya terkejut, emosinya perlahan menurun. Dia kembali menatap langit di depannya, duduk sambil menimpa satu kakinya dan bersilang dada.

 𝑯𝒂𝒊𝒌𝒚𝒖𝒖!! 𝑺𝒆𝒕𝒕𝒆𝒓 𝑳𝒐𝒗𝒆ღ 𝐀𝐤𝐚𝐚𝐬𝐡𝐢 𝐊𝐞𝐢𝐣𝐢 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞Where stories live. Discover now