Hold On

134 13 1
                                    

Helaan napas berat yang dikeluarkan seseorang terdengar samar. Saking samarnya, suara itu tenggelam dalam hiruk pikuk keramaian di sore hari ini. Dengan langkah gontai, seorang gadis berambut hitam sebahu berjalan pulang. Di tangannya dia sibuk membawa tas kerjanya. Walaupun bawaannya terbilang ringan, baginya langkahnya terasa sangat berat. Hingga kedua kakinya rasanya tak sanggup menopang tubuhnya untuk berdiri. Dia memercayakan kedua kakinya untuk melangkah ke sembarang arah karena tak sanggup lagi berpikir. Kepalanya terasa penuh oleh memori. Masih hangat rasanya kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu di kantornya. Dimana dia mendapat sebuah kabar yang menghujam jantungnya. 

Hari itu kantornya melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. Hal ini disebabkan tidak lain karena kondisi finansial perusahaan yang tidak baik. Bersama teman-temannya, gadis itu adalah salah satu dari sekian orang yang tidak beruntung. Padahal jika dipikir-pikir dirinya adalah salah satu karyawan yang memiliki kinerja yang baik. Namun nasi sudah menjadi bubur, petinggi perusahaan telah mengetok palu, dan keputusan sudah ditentukan. Sebagai upaya ganti rugi dari keputusan mendadak tersebut, gadis berambut hitam itu mendapat pesangon dari perusahaannya. Walaupun jumlahnya tidak seberapa, setidaknya dia dan keluarga kecilnya masih bisa membeli makanan. Ya, hanya untuk makan. 

Mengingat keluarga kecilnya, napasnya seketika terasa berat. Gadis berambut hitam itu mengepalkan tangannya dengan kuat, hingga kuku-kuku jarinya mulai menusuk telapak tangannya. Sekarang dia tidak punya pekerjaan lagi. Lalu bagaimana dia bisa membiayai kehidupan mereka selanjutnya? Yang terpenting, darimana dia bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan istrinya? Memikirkan itu rasanya dia ingin mati saja. 

Tanpa terasa langkah beratnya kini mengantarkannya pada tempat tujuannya. Gadis itu membuka pintu rumahnya dan menutupnya dengan perlahan, seakan tidak mau mengganggu penghuni lain di dalamnya. Setelah membuka alas kakinya, dia meletakkan tas kerjanya di sembarang tempat dan bergegas ke kamarnya. Dengan perlahan, gadis itu membuka pintu kamarnya. Di tempat tidurnya, nampak seorang gadis berambut cokelat tengah terlelap dengan tenang, seakan dunia berhasil meninabobokannya dalam lelap yang setia. Dengan hati-hati gadis itu berjinjit masuk untuk mendekatinya. 

Melihatnya dari dekat membuat jantung SinB seakan berhenti berdetak. Rasanya seperti ada ribuan jarum menghujam hantungnya. Di sana, di tempat tidurnya, orang yang dicintainya itu tergolek lemah tak berdaya dibalut oleh selimut putih. Dari jarak sedekat ini, dia dapat melihat rupa sebenarnya dari gadis itu. Yerin, istri tercintanya kini terlihat menyedihkan. Rambutnya yang berwarna cokelat semakin menipis. Bahkan di beberapa bagian sudah terlihat tanda-tanda kebotakan. Wajahnya yang dulu berseri-seri, kini terlihat pucat pasi seperti mayat. Pipinya yang dulu seperti bakpau, kini sangat tirus. Saking tirusnya, tulang pipi istrinya terlihat semakin menonjol. Di bagian pipinya juga terdapat ruam kemerahan yang menyebar melintang dari pipi hingga ke hidungnya. 

Gadis berambut hitam itu selanjutnya mengetahui dari dokter yang merawat istrinya bahwa ruam kemerahan itu disebut butterfly rash karena bentuknya yang mirip sayap kupu-kupu. Dia juga baru mengetahui bahwa butterfly rash yang dimiliki Yerin akan terus membekas dan tidak dapat hilang. SinB tahu bahwa Yerin menyukai kupu-kupu. Di rumahnya banyak sekali benda bermotif kupu-kupu milik istrinya. Bagi Yerin kupu-kupu sangatlah indah. Namun siapa yang menyangka bila di kemudian hari istrinya memiliki ruam seperti kupu-kupu yang permanen di wajahnya. Sebuah ruam kemerahan yang jauh dari kata indah.

Ketika melihat bagian tubuh Yerin yang tak tertutupi selimut, gadis berambut hitam itu hampir saja memekik kaget. Gaun malam tanpa lengan dan berleher rendah yang dikenakan istrinya mengekspos bagian leher, tulang selangka, dan lengan atasnya. Berbeda sekali dengan Yerin yang dikenalnya dulu, tubuh istrinya kini terlihat sangat kurus. Bahkan dia bisa melihat tulangnya sedikit menonjol dari sela-sela bajunya. Jika dilihat dari jauh, Yerin seperti mengidap anoreksia karena tubuhnya yang sangat kurus. 

Sin for Her RinOnde histórias criam vida. Descubra agora