Small Memories

212 23 0
                                    

SCARLET LETTER
Disclaimer © Mashashi Kishimoto
.

Memori-memori kecil🌻

-----------------------------------------------------------

"Bukankah kita akan melakukan apapun yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan?"


Normal POV

Kyoto, 2006.

"Jadi, aku rasa ini akan menjadi pertemuan terakhir kita lho.."

Seorang anak kecil berusia sekitaran 6 tahun berbicara dengan begitu lancar. Kedua tangan mungilnya ia masukkan ke saku jaket musim dingin miliknya. Rambut kuning kebanggaannya dihiasi topi berbentuk pikachu yang merupakan salah satu tokoh anime yang sangat ia sukai.

Didepannya juga berdiri seorang anak kecil dengan syal ungu yang menghangatkan. Pandangannya tampak tak memiliki fokus, ia bahkan tidak melirik pada sang lawan bicara.

"...Aku tahu, kau akan pindah kan? Kau sudah mengatakannya semalam." Ucap sang anak yang memakai syal. "Aku harap kau mendapatkan banyak teman disana." Sambungnya lagi dengan tersenyum, namun masih tak menatap sang lawan bicara.

Anak yang bertopi pikachu pun mengangguk cepat, senyum lima jari andalannya pun ia tampilkan, walaupun dia tahu bahwa anak yang dihadapannya ini tak akan melihat ataupun mengetahuinya.

"Ya! Aku sungguh tak sabar mendapatkan teman baru!" Ucapnya riang dan tak menyadari ada sedetik kilatan sedih di mata ungu sang teman.

"Haha, kau ini sangat bersemangat." Ucap anak bermanik ungu itu masih dengan tersenyum.

"Ehehe~ tentu saja ttebasa! Memiliki banyak teman pasti akan sangat menyenangkan. Aku bisa melakukan banyak hal dengan mereka, seperti bermain petak umpet contohnya."

"Oh begitu." Balas sang lawan bicara seadanya, senyumnya tampak tak selebar seperti saat pertama kali ia tampilkan. Sang bocah berambut kuning pun menyadari itu, ia pun panik dan buru-buru memukul mulutnya merasa bahwa dia telah mengatakan hal yang salah.

"E-eeh tapi tetap saja, kau akan terus menjadi teman favorit ku ttebasa!" Serunya mencoba menghibur sang teman. "Biar bagaimanapun, kau itu teman ku sejak seminggu yang lalu, tentu aku tidak akan pernah melupakan mu, si cengeng yang sangat mudah panik hahahah." Sambungnya sambil tertawa.

Sang teman bermuka masam, "jangan mengejek ku." Ujarnya sebal, "lagi pula aku tidak se-cengeng itu kok." Tambahnya membela diri.

Bocah kuning itupun menghentikan tawanya, sedikit mengusap air mata yang keluar karena tawanya barusan. "Tidak cengeng? Kau bahkan menangis saat aku jatuh dan lutut ku berdarah lho. Padahal yang jatuh itu aku, tapi yang menangis malah kau." Ucapnya sedikit terkekeh.

"Ah sudahlah, kau senang sekali menjahili ku."

"Yapss, sepertinya itu akan menjadi kebiasaan baru ku teheee~"

"..."
"Hei... Apa menurutmu, kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti?" Setelah beberapa saat diam, sang anak berambut ungu pun berucap.

"Eh?" Temannya bingung harus menjawab apa.
"Ehmmm aku tidak tau pasti sih, namun yang jelas aku pasti akan sangat senang jika kita bertemu lagi nanti!" Ujar sang bocah bertopi pikachu itu senang. "Aku...akan selalu menantikan hari dimana aku bisa bertemu dengan mu!" Sambungnya lagi dengan senyum secerah mentari.

Scarlet LetterWhere stories live. Discover now