1: introducing rania's life

19 2 1
                                    

Agustus.

Langit berwarna kelabu saat Rania keluar dari gedung fakultas psikologi, mobil merah yang biasa ia tumpangi tidak terlihat keberadaannya. Sambil terheran, ia membalas beberapa sapaan dari teman sejurusannya. Lalu ia mengeluarkan ponsel dari Hina MM Mahina Leather Louis Vuitton berwarna hitam untuk mendial kontak favorit. Ketika nada sambung tergantikan oleh suara familiar, buru-buru Rania mencerca sebelum orang itu mengatakan sepatah kata.

"Dirga, gue udah keluar kelas dari tadi, tapi lo nggak nongol-nongol," omel Rania mendramatisir. "Lo di mana, sih? Gue udah berdiri di depan nungguin lo. Duh, langitnya juga mendung banget, Ga. Lo tau kan gue serepot apa kalau kehujanan. Buruan siniiiii, temen-temen gue hampir bubaran semua. Udah sepi, gue sendiri, Dirga."

Suara orang sedang berdiskusi mengisi gendang telinga Rania, sudah pasti Dirga lagi sibuk. "Gue lagi skripsian," jawabnya. "Balik sendiri aja, gimana?"

Rania berdecak halus. "Tapi ini mendung banget. Gue males kehujanan."

"Dih, bisa gocar, kan?" Dirga terdengar sedang berbicara atau lebih terkesan berdiskusi sebelum kembali merespon Rania. "Pulang sendiri, ya?"

"Dirgaaa," rajuk Rania sambil menghentak kedua Baia Sandal Hermes. Satu hentak kakinya dapat ditaksir sekitar kurang lebih 16 juta, namun sendal itu tak seberapa dibandingkan dengan permasalahan bagaimana Rania kembali ke kos. "Jemput."

"Gue bener-bener nggak bisa, Deeek," ucap Dirga dengan nada sangat lembut yang membuat Rania luluh. Tiap Dirga memanggilnya dengan sebutan 'adek' hatinya melemah seakan panggilan itu merupakan mantra yang bisa membuatnya patuh. "Problem solved, ya? Gue mau skripsian lagi nih, biar cepet lulus."

"Ya udah, deh," pasrah Rania, ia berpikir untuk mencari siapa yang dapat memberikan tumpangan sebelum akhirnya memilih gocar. Pengalaman buruk yang pernah ia alami memakai layanan transportasi online membuat Rania cukup trauma untuk kembali menggunakan gocar maupun goride. "Nanti gue kabarin pulangnya gimana."

tut.

Di lubuk hati terdalam, Rania berpikir akan seperti apa dirinya ketika Dirga lulus nanti. Memikirkan saja membuat hatinya teringis karena selama ini ia sangat mengandalkan Dirga dan tampaknya Dirga pun tidak keberatan. Bukan berarti Rania tidak bisa menjalankan hidup sendiri atau apa, hanya saja ia sudah terbiasa dengan perlakuan itu mulai dari hal kecil hingga besar. Bahkan saat Dirga memiliki pacar sekali pun tak pernah sehari Rania merasa kehilangan sosok abangnya karena Dirga selalu ada. Mungkin kali ini ia harus mulai membiasakan diri untuk membiarkan Dirga sibuk dengan urusannya. Lagi pula, ia sudah dewasa.

Rania merantau kuliah ke Bandung karena kebetulan satu kampus dengan Dirga, sebenarnya ia lahir dan besar di Jakarta bersama Dirga dan dua saudaranya yang lain. Di Bandung, ia tinggal di sebuah kos-kosan yang mempertemukannya dengan Ara, Irin, Kayla, dan Luna. Walaupun mereka berbeda fakultas, namun hubungan pertemanan tetap terjalin dalam grup kosan putri lantai 3.

 Walaupun mereka berbeda fakultas, namun hubungan pertemanan tetap terjalin dalam grup kosan putri lantai 3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

metamorphosis 1: raniaWhere stories live. Discover now