Dibalik layar

1.6K 155 63
                                    

"Juubi, katamu?!" Kata Naruto tidak percaya. "Aku tidak mengerti ucapanmu sama sekali, Sasuke?!"

Alisnya berkerut. Sasuke praktis mengabaikan Naruto untuk menatap pada ancaman dunia. Jigen. "Kalau itu menyangkut Otsutsuki dan Juubi, berarti, kau ingin menyerap seluruh chakra di planet ini, 'kan?" Dia menutup mata untuk memfokuskan chakra.

"Singkatnya, bagaimanapun caranya kita harus mengalahkannya disini. Dia itu bedebah yang berbahaya." Lalu monster tembus pandang melayang di atasnya, Susanoo berdiri kokoh membungkus tubuh Sasuke. Dia membiarkan kemarahan dan kebencian menguasai dirinya, lalu dunia luar kembali menjadi fokus. Pertarungan skala besar mulai menyingsing.

"Cih! Kalau begitu, rencana kita tidak berubah."

"Jadi kalian ingin bertarung dengan serius, ya? Baiklah, untuk menjadi pembelajaran, tunjukan kekuatan kalian."

"CUT!" Teriakan sutradara berhasil menghentikan sandiwara yang tengah dilakukan ketiga aktor tersebut didepan kamera.

"Seperti biasa, kalian luar biasa!" Sang sutradara, Masashi Kishimoto berkata dengan bangga sekaligus puas. "Kalian bisa istirahat, setelahnya kita akan take adegan selanjutnya."

"Ha'i!"

Suara di ruangan itu menjadi riuh ketika salah satu adegan sudah selesai dilakukan. Semuanya sudah bekerja keras untuk ini.

Beberapa orang- yang merupakan manager dan stylist artis berhamburan memasuki set lokasi untuk menjemput artis mereka masing-masing.

Memasuki ruang tunggu yang telah disiapkan untuknya, Sasuke melirik pada salah satu Aktor muda yang tengah melihat lembaran naskah, ada ulasan senyum diwajah Sasuke.

"Kapan akan mulai take?" Sasuke mengambil tempat duduk disampingnya. Beruntung ruangan itu memiliki sofa, tempat tidur dan lemari pendingin.

Melirik jam tangannya sekilas sebelum melihat Sasuke. Bocah itu mengangkat bahu. "Sekitar tiga puluh menit."

Mengangguk. Sasuke mengambil botol mineral yang ditawarkan asistennya, kemudian meminumnya.

"Mengapa menatapku seperti itu?"

Mengedikan bahu. Bocah itu kembali menatap pada naskah yang ada ditangannya. "Benar kata, Haru. Ayah akan memiliki rambut seperti Bunda."

Mendengus. Sasuke menaruh botol pelastik itu diatas meja setelah menutupnya. "Tidak akan sepanjang itu, Kiwi."

Mencebik. Bocah yang dipanggil Kiwi itu menyilangkan tangannya didada. "Jangan memanggilku seperti itu saat sedang dilokasi syuting. Kita sudah membuat perjanjian!"

"Maafkan aku, yang mulia."

"Ayah!"

Sasuke menyeringai. Jika tidak ada istrinya, menggoda anak sulungnya adalah sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Itung-itung memanfaatkan waktu kebersaamannya dengan sang buah hati.

Semenjak Kawaki mengikuti casting untuk serial Boruto, anak sulungnya itu jarang sekali berada dirumah. Yah, walaupun tidak jauh berbeda dengan dirinya yang tengah sibuk dengan serial Boruto dan syuting layar lebar.

Sebenarnya, screentime nya dia diserial Boruto tidak terlalu banyak mengingat sudah bukan eranya lagi. Dan sedikitnya dia bersyukur karena jadwal Syuting di Boruto tidak menganggu jalannya syuting di Final Fantasy. Tapi tetap saja, setelah berkeluarga rasanya dia hanya ingin berada dirumah bersama keluarga kecilnya. Tapi, Sasuke tidak bisa hanya berdiam diri dirumah sembari menunggu seseorang membuang satu koper uang dihalaman rumahnya. Apa lagi setelah berkeluarga, dia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menghidupi anak dan istrinya. Termasuk biaya perawatan sang istri tiap bulannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spontaneous DesiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang