1. Kecopetan

1.7K 80 7
                                    

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Tangguh saat mendengar kabar bahwa teman yang akan memberikan pekerjaan padanya malah dipenjara. Pantas saja pesan yang ia kirimkan tak kunjung dibalas oleh Noval. Menurut keterangan tukang parkir tadi, Noval mencuri dapet salah satu pengunjung restoran saat sedang lengah.

Tangguh tidak tahu harus ke mana ia sekarang? Langit malam semakin pekat dengan udara dingin menusuk kulitnya. Kakinya melangkah menyusuri jalan yang tidak tahu akan membawanya kemana. Saat menoleh ke arah kiri jalan, Tangguh melihat kios warung kopi. Perutnya yang terasa dingin, sangat membutuhkan teh hangat. Mungkin saja di kios itu membutuhkan orang untuk bantu-bantu. Besar harapan Tangguh kata hatinya dikabulkan oleh Tuhan.

"Mas, teh manis satu ya," pesan Tangguh sembari meletakkan bokongnya di kursi kayu panjang yang kosong. Hanya dirinya saja pengunjung yang datang. Jalanan sudah sepi dan tidak ada orang berlalu-lalang. Cukup mengerikan suasana di Jakarta saat tengah malam seperti ini, karena kejahatan bisa kapan saja menimpa kita, jika sedikit saja lengah.

Tangguh menyesap tehnya. Niatnya untuk bertanya pada pemilik kios perihal pekerjaan urung ia lakukan. Melihat keadaan kios yang sepi dan sepertinya memang si pemilik kios tidak membutuhkan orang untuk membantunya.

"Mas, masjid di dekat sini ada di mana ya?" tanya Tangguh membuka pembicaraan.

"Oh, jalan lurus saja dari sini, sekitar lima ratus meter. Nanti belok ke kanan di jalan raya besar ada Masjid Al hikmah," jawabnya menjelaskan.

"Oh, baik, Mas, terima kasih." Tangguh tersenyum, lalu mengangguk. Ia menarik kancing tas ranselnya, dengan maksud untuk mengambil dompet yang ia simpan di sana. Betapa kagetnya ia, tidak menemukan barang yang ia cari.

Detak jantung pemuda itu mulai tidak beraturan, dengan embusan napas kasar karena panik. Tangguh bahkan mengeluarkan semua pakaiannya di emperan toko yang persis ada di samping kios warung kopi. Semua pakaian ia obrak-abrik, bahkan pakaian dalam pun ia bongkar dengan tak sabar. Hatinya masih berharap bahwa dompetnya hanya terselip saja.

"Kenapa, Mas?" tanya pemilik kios saat melihat Tangguh gelagapan membongkar tas.

"Dompet saya gak ada, Mas. Padahal saya simpan di sini." Tangguh semakin pucat pasi. Setiap kantung risleting kecil yang terletak di luar kantung utama, ia buka untuk mengecek isinya. Namun hasilnya nihil.

"Coba cari yang benar, Mas. Pelan-pelan saja," kata pemilik kios lagi sambil membantu Tangguh membuka setiap helai pakaiannya. Kedua kaki pemuda itu lemas, setelah yakin tidak menemukan dompetnya di dalam ranselnya.

"Wah, Masnya kecopetan nih. Coba lihat, ini ada sobek panjang." Pemilik kios menunjukkan bekas sayatan pada tas ranselnya. Mata Tangguh semakin membulat kaget dengan peluh bercucuran.

"Ya Tuhan, bagaimana ini?" gumamnya dengan tubuh yang benar-benar lemas tak terkira.

"Masnya habis dari mana?"

"Terminal bus, Mas," jawab Tangguh dengan wajah pucat.

"Kalau di terminal itu tas ransel jangan digendong di belakang, tapi di taruh di depan, Mas, karena resikonya seperti ini. Dompet atau HP kita bisa raib. Duh, sabar ya, Mas. Gak papa, uang teh gak usah bayar." Si pemilik kios berkata dengan penuh simpati, sambil menepuk pundak Tangguh yang lemas.

"Terima kasih, Mas," kata Tangguh dengan tak bersemangat. Pemuda itu memasukkan kembali pakaiannya ke dalam ransel dengan mata berkaca-kaca. Belum satu kali dua puluh empat jam, dia sudah ditimpa musibah begitu sampai di ibu kota. Pantas saja, banyak teman-teman di kampungnya yang mengatakan, jika tidak tahan banting hidup di Jakarta, mending nyawah dan berladang saja.

Tangguh menyandarkan kepalanya pada rolling door toko yang sudah tutup. Matanya terpejam sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan? Seribu rupiah pun tidak ada di sakunya. Hanya ada ponsel, harta satu-satunya. Apakah ia harus menjual benda pipih itu, lalu pulang kampung saja? Lalu bagaimana dengan pernikahan Cita? Gadis itu pasti akan sangat sedih jika ia pulang dengan tangan hampa.

TERJERAT SKANDAL ISTRI BOSWhere stories live. Discover now