Bab. 1 Malam Pertama

48.5K 1.7K 17
                                    

Bab. 1
Malam Pertama

❤❤❤

Menikah tanpa dasar cinta? Mungkinkah bisa?

Nyatanya, pernikahan itu tetap berjalan meski tak ada rasa cinta sedikit pun di hati mereka. Aksa Arjuna, lelaki terakhir yang datang meminang Inaya Larasati, gadis desa biasa. Wajah rupawan dan juga mapan, membuat Inaya memutuskan untuk menerima. Terlebih, ayahnya adalah sahabat kecil papanya Aksa. 

Malam setelah akad dan resepsi digelar cukup mewah di rumah, Inaya yang sudah bersih dari segala make up, hendak segera membaringkan tubuh di ranjang. Ia bergeming menatap sprei merah marun bertabur bunga mawar dan melati. 

Pikirannya melayang seiring degup jantung yang mengencang. Bayangan-bayang bahwa sekarang ia akan tidur berdua dengan lelaki asing, membuatnya merinding. Berharap jika suaminya tidak akan memaksa untuk melakukan hubungan yang belum ingin ia lakukan. 

Bukankah melakukan hubungan halal itu, harus ada cinta terlebih dahulu? Mungkin saja lelaki bisa melakukan tanpa rasa cinta. Tapi wanita, jelas berbeda. Cinta dan kenyamanan adalah yang utama. 

Di luar sudah sepi. Banyak tamu yang telah pulang, saudara yang menginap masuk ke kamar atau menggelar tikar di ruang tamu dan tidur berdesakan. Sekarang, tinggal menunggu Aksa yang akan memasuki kamar ini. 

Benar saja, baru saja Inaya ingin merebahkan tubuh di ranjang, suara derit pintu terbuka. Terlihat senyuman canggung lelaki 28 tahun itu. Setelah menutup pintu dan mengunci, ia melangkah perlahan mendekati.

Jantung Inaya berdegup sangat kencang. Wajahnya pun sudah berubah pias sekali. Berharap Aksa tidak memintanya malam ini. 

"Kok belum tidur, Dek?" tanya Aksa dengan suara rendah. Mencoba mencairkan suasana yang tegang.

"Belum ngantuk." Inaya menjawab singkat. Tangan sibuk memilin ujung piyama. Tidak tahu harus berkata apa.

"Hm, aku ganti baju dulu." Aksa berjalan ke arah lemari. Lemari baru yang ia belikan saat lamaran. Pakaiannya ada beberapa yang sudah ditata rapi di sana. 

Inaya memalingkan wajah saat Aksa membuka kemeja putihnya. Menelan ludah saat melihat punggung putih dan lebar. Membuatnya ingin segera bersandar. Ia menunduk dan mengulum senyum malu ketika membayangkan hal yang bukan-bukan.

"Ayo, Dek."

Inaya mendongak. Debar di dada semakin kencang saja. Aksa mendekat. Memamerkan giginya yang putih berbaris rapi. Ia terpekik saat tangan Aksa ingin menjangkau rambutnya.

"Mas Aksa mau ngapain?" Inaya menjauhkan kepala dan bergeser satu langkah.

Aksa justru terkekeh. "Ada melati di rambutmu."

Inaya segera mengibaskan tangan di rambut yang ditunjuk oleh Aksa. Kembali memalingkan wajah, karena malu. 

"Tidur, yuk. Udah tengah malam," ajak Aksa.

"Eh?" Inaya kembali mendongak. Ingin bertanya lebih lanjut tapi bibir terasa kelu.

Aksa masih saja tersenyum. Melangkah melewati Inaya dan naik ke ranjang. Inaya menatap lelaki asing itu, telentang dengan kaus putih tipis menerawang. 

"Kok bengong di situ? Sini." Aksa menepuk-nepuk sisi ranjang.

Inaya justru semakin kebingungan. Bagaimana kalau nanti Aksa minta yang aneh-aneh? Atau ….

"Dek?" panggil Aksa karena melihat Inaya hanya bergeming.

"Eh?" Inaya terlonjak kaget. "Ya, Mas?"

"Sini tidur." Aksa duduk dan kembali menepuk sisi ranjang.

"Aku …." Inaya menggantungkan kalimat. Bingung harus bicara apa. 

"Apa minta digendong?" goda Aksa yang sukses membuat kedua pipi istrinya itu memerah.

"Nggak!" tolak Inaya tegas yang justru membuat Aksa terkekeh.

"Ya sini. Tenang. Aku gak akan gigit kok. Sini." Aksa kembali menepuk sisi ranjang dan tersenyum meyakinkan.

Dengan menahan napas, Inaya mulai berjalan pelan menaiki ranjang. Duduk sedikit menjaga jarak. Ia melirik Aksa sekilas. Ada senyuman yang masih ditampilkan. Membuat hatinya sedikit menghangat.

"Mas Aksa kenapa gak tidur? Katanya mau tidur?" Inaya memberanikan diri bertanya setelah merebahkan tubuh di pinggir ranjang. 

"Boleh minta …." Tangan Aksa terulur tapi Inaya langsung menggeleng kuat.

"Jangan!" Inaya menggeser tubuhnya lagi hingga benar-benar berada di pinggir. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat, seakan hendak lompat.

"Kenapa?" Aksa menaikkan satu alis tebalnya. Menatap keheranan.

"Aku … belum siap." Inaya menunduk malu.

"Belum siap apa?"

"Ya itu."

"Lho, aku cuma mau minta bagi selimutnya. Dingin."

"Eh?"

Inaya menoleh dan menahan tawa. Menyerahkan selimut pada Aksa dengan wajah merah padam menahan malu.

"Makasih." Aksa merapikan selimut agar menutupi seluruh tubuhnya. Kemudian menoleh pada Inaya, dan tersenyum.

"Ayo tidur. Sudah malam," ucapnya lalu membaringkan tubuh. Merogoh ponsel di saku celana dan membaca pesan yang baru saja masuk. Tanpa membalas, ia mematikan lalu meletakkan di samping bantal. Segera memejamkan mata dengan kedua tangan di bawah kepala. 

Inaya menatap wajah Aksa dengan seksama. Mendesah pelan dan ada sedikit rasa kecewa. Kenapa suaminya tidak meminta … ia berdecak kesal. Membaringkan tubuh dan tidur membelakangi. 

Dasar lelaki tidak peka!

***

Catatan : Hallo Semuanya! Yang udah kenal Alhamdulillah. Yang belum kenal, panggil saya Mpop aja ya, jangan Thor wkwkw!

Semoga cerita ini bisa menghibur kalian, ya. Jangan lupa vote dan komennya😘

See you ❤

Malam yang TertundaWhere stories live. Discover now