1.

8 1 0
                                    

Hari libur yang sangat membosankan, Remaja perempuan yang sudah membaringkan tubuhnya ber jam-jam itu tiba-tiba di kejutkan dengan suara panggilan yang nampak menggebu. “Siti! Siti! Gue dapet tiketnya!”Ucap Dina dari bawah tangga Asrama perempuan. Tanpa pikir panjang Siti segera menyiapkan diri dan turun menemui  Dina. Senyum sumringah Siti nampak merekah, tidak seperti beberapa hari lalu yang masih murung akibat tugas matematikanya yang terjun bebas  hingga menyentuh angka 56. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak dengan bergembira sambil melihat kedua tiket itu.

Sampai di gedung Cendekiawan, sudah banyak orang yang mengantri untuk memasuki pameran Fotografi yang di adakan oleh Kampus. Tujuan awal kedatangan mereka hanya untuk mencuci mata dengan ketampanan mahasiswa dari jurusan Seni.  Sebab itu mereka berdua sangat antusias hingga masalah yang mereka miliki hilang untuk sementara ini.

Mereka berdua nampak gugup ketika memasuki ruangan. Begitu masuk, Dina langsung mencari tempatnya tersendiri, sibuk berjalan-jalan sambil melirik para mahasiswa tampan. Sementara Siti telah melupakan tujuan awalnya, dia takjub dengan semua Foto yang terpajang di tiap dinding. Dia terlalu asik melihat satu demi satu gambar yang mempunyai keindahan tersendiri itu. Ada satu gambar yang membuatnya melebarkan kedua matanya. Sebuah gambar keramaian di penyeberangan jalan yang biasa dia lalui. Siti berulangkali mengedipkan matanya ketika sadar dirinya nampak terpotret di dalam foto itu. Itu adalah potret dirinya beberapa hari yang lalu yang membantu kakek tua bertongkat yang ingin menyebrang jalan. Mata Siti segera mencari tau siapa nama seseorang yang mengabadikan momen itu. Don’t worry by Muhammad Chen Li, nama itu nampak tidak asing. Siti segera memutar otaknya tapi nama itu seolah terlupakan. Dia segera mendatangi Dina yang menyibukkan dirinya dengan memandang para mahasiswa Seni yang asik berbincang di sisi lain ruangan.

“Din, Muhammad Chen Li itu yang mana sih?”. Tanya Siti sambil memegang pundak Dina.

Dina segera membalikkan badan kearah Siti ”Itu”.Jawab Dina sambil mengisyaratkan dengan kedua bola matanya kearah Chen. Siti terdiam, dia baru ingat bahwa Chen adalah Kakak kelas dari jurusan Seni yang terkenal dengan kemampuan dan tampang blasterannya. Mungkin momen yang dia ambil adalah salah satu yang dia butuhkan, alias ketidaksengajaan. Satu jam telah berlalu,mereka berdua segera meninggalkan pameran itu dan pulang menuju ke Asrama perempuan.

Satu minggu sudah berlalu sejak pameran itu. Chen memandang  foto gadis berkerudung coklat yang dia abadikan. Berkat gadis itu, impiannya untuk pergi ke Amsterdam akhirnya terwujud. Dia memegang selembar kertas yang dia pungut di jalanan tepat saat gadis itu berlalu di hadapannya. Dari genggamannya, saat itu terjatuh selembar kertas tanpa dia sadari. Ketika akan mengembalikannya gadis itu telah menghilang di kerumunan. Chen mengembangkan senyum ketika membaca lagi nama yang tertera di kertas berisi jawaban matematika dengan tulisan yang sangat rapi. Clarissa Daisy, jurusan Matematika. Sudah seminggu ini dia mencari nama itu di Jurusan yang sama, tapi hampir semua yang dia temui berkata tidak mengetahuinya.

Pertengahan hari yang sangat panas, Chen berjalan–jalan di area Taman kampus sambil mencari objek foto untuk tugas terakhir semester ini. Chen terlihat sangat fokus dengan kameranya hingga terkejut saat Rendy meneriakkan namanya di telinga kanan.

“Chen!!!!…Lihatlah pemandangan ini! Foto apaan yang bisa lo dapet! Semua nampak usang! Cari aja tempat lain. Disini juga ramai, cewek-cewek merhatiin lo dari kejauhan tu, heran gue kenapa lo masih bisa fokus? Gaada tandingaan!!” Ucapnya sambil menarik kamera Canon dari tangan Chen. Chen hanya tersenyum kecut, membiarkan Rendy mengambil kamera miliknya.

Tangan kanannya mengusap-usap telinga yang masih berdenging akibat teriakan Rendy lalu dia membalasnya dengan jitakan keras “Nggk gitu! tempat ini punya sisi keindahannya tersendiri! Juga, gue pengen fokus atas hal yang gue kerjakan tanpa menilai sesuatu. Hasil itu masalah akhir. Oiya di pandangan gue mereka Cuma siswa biasa yang kurang perhatian , eh ngomong-ngomong lo tau Clarissa Daisy nggk?” Ucap Chen dengan ucapan yang berturut-turut sambil menatap tajam muka Rendy yang terfokus melihat hasil jepretan miliknya.

“Siapa itu? Baru denger! Gebetan lo? Gapercaya sih gue kalo lo punya gebetan!".Ucap Rendy sambil berjalan ke lain arah. Chen hanya tersenyum kecut lalu menyamai langkah di sampingnya.

Festival tahunan kampus akan berlangsung 2 bulan lagi. Saat ini setiap jurusan wajib mengirimkan 5 wakil untuk menjadi panitia utama. Chen menghembuskan napas perlahan ketika dirinya di tunjuk lagi untuk menjadi panitia tahun ini. Dengan 4 orang lainnya termasuk Rendy. Mereka berdua berjalan menuju aula untuk rapat pembentukan panitia Festival bagi semua mahasiswa yang telah di tunjuk. Mata Chen menyapu ruangan untuk mencari kursi kosong. Dia langsung jadi perhatian mahasiswi yang berada di aula itu. Sepersekian detik Rendy menarik tangan Chen menuju ke sisi kanan Aula.

“Eh, Siti? Lo jadi panitia lagi tahun ini? Kebetulan banget! Inget gue kan?”Ucap Rendy ketika melihat Siti ada di sebelah kursi kosong yang akan dia tempati.Chen langsung duduk dan mengeluarkan hp miliknya tanpa peduli sekitarnya.

“Iya, katanya panitia tahun lalu wajib ikut, jadi ngikut lagi deh. Emm, Rendy kan? Inget lah. Eh, ngomong-ngomong gimana cerita maba yang waktu itu?” Balas Siti sambil tersenyum penasaran.

“Oh! Maba yang gue tembak waktu itu? Yah, di terima…tapi ya gitulah. Udah gausah di bahas lagi. Eh ngomong-ngomong kenalin ini temen gue namanya Chen, Chen ini Siti dari jurusan Matematika” Ucap Rendy sambil menyenggol Chen yang sibuk bermain Hp.

Chen menoleh tepat setelah Rendy memundurkan dirinya kebelakang, tubuhnya tersentak ketika Siti dengan muka cerianya terlihat begitu bersinar. Chen terdiam beberapa saat setelah melihat wajah yang tidak asing baginya.

“Hai gue Siti! Salam kenal ya!” Ucap Siti sambil tersenyum.

“Siti?”Ulang Chen sambil mengerutkan alisnya. Bagaimana tidak? Wajah itu adalah wajah yang dia cari selama ini. Tapi namanya jelas bukan.

“Iya, nama panggilan gue emang pasaran!” Balas Siti dilanjut tertawa.

“Nama panggilan Siti? nama panjang??” Sahut Chen sambil mengerutkan alisnya lagi.

“Nama panggilan gue Siti. Panjangnya Clarissa Daisy”

“What?? Apaan ulangii??? Itukan nama yang lo cari kal? Clarissa Daisy? Gebetan lo dia?” Ucap Rendy yang menggebu-nggebu sampai seluruh ruangan menengok kearah mereka.

Chen segera menyumbat mulut Rendy yang tidak bisa di control itu.



19 agt 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Buy A LemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang