[ Awal/Akhir ] Rapsodi Cecilia

28 3 4
                                    

Angin berembus pelan, suara dedaunan yang turun menjadi melodi yang menenangkan. Ruhi dan Soul sedang duduk di bawah pohon sambil menggambar kastil yang melayang.

"Ruhi, apakah menurutmu gambar kastil ini ada?"

"Mungkin saja ada tapi kalau tidak ada, aku buat saja kastil melayang!" seru Ruhi antusias.

Ruhi dan Soul lanjut menggambar. Tiga puluh menit kemudian, sebuah poster mendarat di atas kepala Ruhi. Ruhi terkejut sekaligus senang ketika melihat gambar poster tersebut. Ternyata itu adalah poster dengan gambar kastil melayang.

"Soul! Lihatlah ini, kastil melayang!"

"Kastil terbang Fly Moon Castle. Dibuka 24 jam, setiap hari. Di kota Cecilia," kata Ruhi membaca tulisan di poster itu.

"Kita akan ke sana, 'kan?" tanya Soul yang senang.

"Tentu saja!"

"Eh, sebentar. Bukannya kota Cecilia itu jauh?"

"Tak apa jauh, yang penting ke sana." seru Ruhi sambil mengarahkan tangannya ke atas.

Mereka bergegas kembali ke rumah untuk mempersiapkan perlengkapan perjalanan. Ruhi menyiapkan tas berisi bahan-bahan makanan, busur, dan 120 anak panah serta poster yang sebelumnya dia ambil. Sementara itu, Soul menyiapkan pedang dan perisai. Esoknya, Ruhi dan Soul bertemu di pohon tempat mereka menggambar kemarin.

"Apakah kau siap, Soul?" tanya Ruhi, tak sabar.

"Aku siap!" seru Soul sambil mengangkat pedangnya.

Mereka lalu berjalan menyusuri sungai, ladang, dan kuburan. Tak lama kemudian seekor monster tiba-tiba menyerang mereka. Soul terkejut dan langsung bersiap menangkis serangan. Ruhi mundur beberapa langkah untuk menyesuaikan dan membidik salah satu musuh lalu menembak.

"Huft, monster itu kuat. Tapi akan lebih menarik lagi jika musuh yang kita akan hadapi juga lebih kuat lagi!" seru Soul sambil tersenyum.

Mereka melanjutkan perjalanan lalu masuk ke dalam hutan. Setelah tiga jam berjalan Ruhi dan Soul memutuskan untuk istirahat dan membuat tenda.

"Makanan buatanmu memanglah terbaik, Ruhi!" ucap Soul sambil melahap makanannya.

"Terima kasih"

"Kalau dipikir-pikir lagi, apakah kita tersesat? Aku tak tahu jalan ke Cecilia."

Ruhi terkejut sekaligus tersedak. Dia juga tidak tahu jalan.

"Jalan lurus, adalah jalan terbaik!" jawab Ruhi seolah-olah dia tahu jalannya.

Soul menyipitkan mata, tidak mempercayai jawaban Ruhi.

Suara gemerisik tiba-tiba muncul dari semak-semak tepat di belakang Ruhi, membuat mereka terkejut dan bergegas masuk ke tenda. Seekor kelinci kebetulan ada di dalam tenda itu dan kakinya tak sengaja diinjak oleh Soul. Kelinci tersebut menyerang Soul dan keluar dari tenda itu lalu dari belakang tenda seseorang berkata, "Aduh, malam-malam begini berisik, ada apa?"

Ruhi mencoba melihat keluar tenda tapi tak melihat siapapun. Dia melihat ke belakang dan menemukan seorang pria tinggi membawa kelincinya.

Ruhi menjawab sambil tertawa kikuk, "Kami hanya terkejut."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Mau kemana kalian?"

"Kami ingin ke kota Cecilia, apakah Anda tahu tempatnya?"

"Ah, ke kota itu. Lewati gunung Phoenix jauh di depan kalian, teruslah berjalan lurus hingga kalian mendekati gunung Silverai. Kalahkan musuh utama di gunung itu jika kalian ingin sampai ke kota Cecilia," jawab pria itu sambil mengarahkan tangannya ke belakangnya.

Jalan lurus adalah jalan terbaik. Batin Ruhi sambil tersenyum

"Kalau begitu, sampai jumpa. Ah, kalian bisa istirahat di gubuk kecil yang ada di gunung Phoenix," kata Pria itu lalu pergi begitu saja.

Soul keluar dari tenda, melihat sekeliling lalu bertanya, "Ruhi, apa yang tadi dia katakan?"

"Kalau kita ingin ke kota Cecilia, teruslah berjalan lurus."

Soul menyipitkan mata, ragu-ragu, sementara Ruhi berkemas-kemas. Mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka mendekati gunung Phoenix.

"Tinggi sekali, apakah kita sudah dekat?" tanya Soul kelelahan.

"Belum, masih jauh. Bersabarlah, Soul."

Mereka mendaki gunung Phoenix dan sampai ke puncak setelah 59 menit lalu melihat indahnya pemandangan langit.

"Satu hutan, gunung, dan monster tersisa. Kita istirahat di sini, bagaimana?" saran Ruhi

"Eh? Jauh banget." kata Soul, terkejut.

"Jika kamu protes, proteslah pada bumi ini,"

Ruhi dan Soul tidur karena lelah. Pagi hari tiba, Ruhi dan Soul bangun dan dikejutkan dengan seseorang berambut biru yang duduk tak jauh dari tempat mereka.

"Selamat pagi." ucap orang itu.

Ruhi dan Soul mengecek barang-barang mereka dengan tergesa-gesa, untungnya tidak ada barang yang dicuri. Ruhi bertanya, "Siapa kamu?!"

"Aku hanyalah penjelajah. Namaku Nakasaki Piron. Aku datang semenit sebelum kalian bangun." jawab Piron sambil tersenyum

"Kalian ingin ke Silverai, 'kan? Bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya Piron sambil beranjak berdiri.

"Iya, kami ingin ke Silverai dan aku tak masalah jika kamu bergabung, tapi untuk apa kamu ke tempat itu?"

"Ke kota Cecilia untuk belajar."

"Kita ke tempat yang sama dong," kata Soul sambil merilekskan dirinya.

"Baiklah, ayo!" seru Ruhi sambil berkemas-kemas.

Ruhi, Soul dan Piron turun dari gunung dan berjalan ke hutan. Sore hari tiba, mereka masih di dalam hutan dan Piron berbisik, "Ruhi, Soul. Hutan ini jadi lebih berbahaya dimalam hari. Kita harus berhati-hati." Ruhi dan Soul mengangguk dan mulai berjalan pelan. Soul menginjak ranting pohon, beberapa monster mulai menyadari keberadaan mereka dan mulai menyerang mereka. Setelah pertarungan yang sengit. Mereka istirahat sejenak sambil makan lalu memulai kembali perjalanan.

Mereka akhirnya tiba ke puncak gunung Silverai dan bertemu dengan naga penjaga.

"Jika kalian ingin ke kota Cecilia, kalahkan diriku!" seru naga penjaga itu.

Soul, Ruhi dan Piron menyerang naga itu. Soul memanjat naga itu dan menusuk punggung naga dengan pedangnya, Ruhi mengarahkan busur, membidik mata naga, dan Piron merapalkan mantra.

Naga itu menyemburkan nafas dingin yang membuat tangan Ruhi dingin dan mengayunkan ekornya ke arah Piron. Piron menghindari serangan itu, dan berhasil merapalkan mantra yang membuat naga itu kesakitan. Tapi serangan itu juga melukai Soul yang berada di punggung naga. Soul terjatuh dan Piron segera merapalkan sihir penyembuhan ke Soul dan Ruhi. Setelah itu, Soul terus menyerang sekuat tenaga. Ruhi mencari titik lemah naga, sementara Piron merapalkan beragam jenis sihir. Setelah waktu yang lama, Soul menggunakan skill terkuat yang bernama Holy Sword of Light. Serangan itu mengenai naga membuat seluruh tubuh naga itu lemah dan akhirnya menyerah. Naga itu pun menteleportasikan mereka di kota Cecilia.

Sesampainya, Ruhi bertanya tentang kastil melayang pada penduduk kota itu lalu menuju ke kastil.

"Di sinilah akhir. Aku akan bertemu dengan kalian lagi, selamat tinggal!" kata Piron meninggalkan Ruhi dan Soul.

"Selamat tinggal," kata Ruhi dan Soul bersamaan.

Ruhi dan Soul melihat ke arah kastil melayang. Mereka akhirnya tiba.

Rhapsody of CeciliaWhere stories live. Discover now