1

4 1 0
                                    

Terimakasih pa sudah membuatku untuk berkuliah di universitas ini. Ooh sungguh aku ingin melanjutkan kuliah di universitas di luar kota atau mungkin di luar negri namun sikap papa dan mama selalu menentang niatku untuk melanjutkan pendidikanku di luar kota tidakkah di antara kalian ada yang berniat mendukungku, mendukung keinginanku ini?

Haah lupakan sebenarnya hal ini bukanlah yang pertama kali. Saat lulus SMP aku sempat menyatakan keinginanku untuk melanjutkan pendidikan SMA ku di luar kota, aku ingin mencoba mandiri tapi segalanya terjadi persis seperti perkiraanku mereka menentangku bahkan kakak dan adik-adikku tak ada yang berniat memberikan argumennya untuk menolongku mereka terlalu tunduk dan takut untuk menentang aturan yang ditetapkan papa dan mama

Aku sempat menanyakan mengapa mereka tidak memperbolehkan aku melanjutkan pendidikanku di luar kota dan kau tau alasannya? Mereka hanya takut terjadi hal-hal buruk kepadaku, sungguh sebuah alasan yang tidak bisa kupercaya namun sulit kubantah terutama mengingat ekspresi khawatir mereka ketika mengatakan itu. Tapi hey... tidakkah kalian ingat siapa yang membanting lima preman saat kami hendak pergi berlibur?. AKU itu aku kalian bahkan hanya menatapku dengan tatapan takjub saat itu. Aku adalah pemegang sabuk hitam di olahraga beladiri karate preman-preman itu sungguh bukanlah tandinganku walau mereka semua membawa senjata tajam, mengingat hal itu rasanya sangatlah aneh bila mereka melarangku melanjutkan kuliah di luar kota hanya karena khawatir akan terjadi hal-hal buruk kepadaku. Sungguh aku bisa menghadapinya aku yakin bisa menghadapinya.

Dan akhirnya kini berdirilah aku di lapangan luas guna pelatihan sebelum melaksanakan upacara 17 Agustus besok. Ingin sekali aku pergi dari sini tapi kegiatan ini merupakan kegiatan wajib bagi semua mahasiswa baru.

"sial... mengapa lama sekali sih tidakkah mereka sadar kalau sekarang sangat panas?". Ucapku kesal oh sungguh aku tak mengerti dengan mereka yang memerintah kami untuk berbaris di lapangan ini sedangkan mereka berteduh di bawah pohon dengan berteriak ini itu, kalau memang tujuan mereka mengumpulkan kami hanya untuk memberi tahu bagaimana prosedur upacara besok mengapa tidak mereka adakan saja di GSG agar sama sama enak mereka enak kami juga enak tanpa ada yang mengeluh kepanasan seperti ini.

Aku duduk karena lelah berdiri dengan seelumnya aku menggeser posisiku mencari orang yang berbadan lebih tinggi dariku, aku pandang sekitarku tidak ada satupun orang disini yang kukenal

"ih panas banget pinjam kipasnya dong" ucap salah satu cowok yang mukanya sudah merah dengan mengibas-ngibaskan tangan serta kipas yang berhasil dia pinjam

Kau tau saat melihatnya aku hanya berfikir bagaimana bisa ada seorang cowok seperti dia maksudku dia putih, tampan, manis dengan rambutnya yang dia warnai merah walau tidak semua, sekilas melihatnya aku seperti melihat cowok korea yang biasa teman-temanku tunjukkan lewat fota serta video tentunya. Tapi sungguh ketika kau melihat tingkahnya kau akan mengurungkan diri memasukkannya kedalam daftar target untuk kau pacari, ada yang bertanya kenapa? SUNGGUH?? Haruskah aku memberitahumu apa alasanku mengatakan itu? Ok ok Ya.. karna tingkah lakunya itu yang seperti cewek maksudku dia itu cowok tapi tingkahnya bahkan mengalahkan adik perempuanku yang sungguh berlebihan dalam segala cara bertingkah.

Aku ingat minggu kemarin saat Bella adikku itu akan pergi aku dengan sengaja mengusap rambutnya sedikit dan adikku langsung berteriak memakiku dengan berbagai macam umpatan sambil mengatakkan kalau dia sudah menghabiskan waktu lebih dari satu jam hanya untuk menata wambutnya. Wow bukankah itu berlebihan haha tidak sadar aku tertawa sendiri ketika mengingat itu.

BUKK...

Seseorang menghentikan tawaku dengan menendang pantatku. Bukan, bukan orang-orang yang berteriak-teriak tadi yang menendangku tapi seorang bajingan yang berdiri di belakangku

""woy... Njing bangun lo, enak amat lo duduk begitu sedangkan yang lain berdiri kepanasan" ucap seseorang di belakangku

Mendengar ucapannya akupun makin panas, ketika menengok kebelakang aku sedikit tertegun "tampan" ya dia sangat tampan. Tidak... tidak... aku tidak boleh luluh dengan parasnya ingat dia tadi mengataiku anjing, ah sial mengingat itu membuat emosiku semakin meninggi

"tai lo ya, kalau lo mau duduk juga duduk aja woy gak usah nendang-nendang orang anjing lo" jawabku sinis

kami saling beradu pandang tidak ada yang berniat untuk mengakhirinya hingga aku merasa percuma menghadapi orang seperti itu, kalau tidak ingat tempat ini ramai sudah ku tendang muka cowok itu tidak peduli seberapa tingginya dia.

Huuh.... aku hembuskan nafas kasar setelah cukup lama beradu pandang dengannya aku putuskan untuk mengalihkan pandangnganku ke rumput di depanku kurasa mereka lebih indah dan lebih pantas akau pandang daripada mata cowok yang dengan tanpa penyesalan menendang pantatku.

Perlahan aku rasakan seseorang duduk di bekalangku dengan berandar pada punggungku "ah... sial siapa lagi sih" pekikku dalam hati dan saat aku menengok kebelakang ternya orang itu tidak lain adalah dia si cowok brengsek yang sudah menendang pantatku mau cari perkara lagi rupanya dia, tadi menendang pantatku dan kini tanpa rasa bersalah duduk dan bersandar di punggungku bolehkah aku langsung menendang mukanya saat ini, sungguh aku sudah tidak peduli lagi bila setelahnya aku akan di hukum.

"siapa nama lo?" tanya cowok itu masih dengan posisinya

"ngapain lo tanya-tanya nama gua" jawabku sewot

"galak amat sih jadi cewek, untung cantik lo"

"gua cantik udah dari orok boy, minggir sana lo jangan bersandar di punggung gua lo pikir badan lo gak berat"

"hahaha... sorry sorry" ucapnya seraya menjauhkan diri dari ku

"nama lo siapa?" lanjutnya menyodorkan tangan

"haah... lo bisa panggil gua Dian" ucapku menghempaskan tangannya sungguh aku tak ada niat untuk berjabatan dengannya

"haah... Dian?? Lo kok ikut-ikut sih?"

"maksud lo apaan lo tadi tanya nama gua siapa, udah gua jawab kenapa lo bilang gua ikut-ikut?" Entahlah walau wajahnya tampan tapi sama sekali tidak mengurangi niatku menendang wajahnya.

"iya lo ikut-ikut, gak kreatif amat sih lo pilih nama masa sama kayak gua" ucapnya sambil memutar bola matanya.

"sial lo ya, lo pikir nama barang comot dari pasar apa bisa milih. Lo tanya aja noh sama orang tua gua kenapa mereka namain gua Dian" sumpah deh ya baru kali ini aku ketemu orang ngeselin macam dia ini.

"lo bilang gua ikut-ikut emang lo kelahiran tahun berapa?" Tanyaku kemudian.

"gua?, gua 97" jawabnya dengan mengangkat dagunya bangga.

"97?. Haah yang ada lo tu yang kenapa ikut-ikut nama gua"

"kok gua?, ya lo lah"

"gua 96 woy, jadi lo yang ikut-ikut nama gua"

"ok.. ok sorry. Nama lengkap lo siapa? Gua Dian Ramadhan" ucapnya dengan menyodorkan tangan kembali

"gua Dian Pratiwi" jawabku tanpa berniat berjabatan dengannya

"ah.. ok kalau gitu gua panggil lo Tiwi aja ya"

"terserah lo aja"

Abnormal CoupleWhere stories live. Discover now