indahnya menculik

6 1 0
                                    

"Heh."

Kata lelaki itu sembari menarik pipi perempuan yang sedang duduk menunggunya sejak dua puluh menit lalu. Rupanya ia menarik pipi gadis itu terlalu gemas sampai berteriak kecil dan mengumpat.

"Sakit!" Gadis itu mengusap pipinya yang merah bekas ditarik. Ia mendengus.

Si lelaki hanya terkekeh. "Ya maap."

Setelah duduk dan mengambil makanan yang dipesan gadis itu, ia kesal menginjakkan kaki si lelaki. Gantian, mengaduh kesakitan.

"Udah telat, narik-narik pipi gue kek setan, betak makanan orang. Bego." Ia mendumal, rasanya seperti ingin mengigit makhluk botak yang ada di hadapannya itu.

Namanya Adi. Rambutnya memang dicukur hampir botak. Bukan karena sedang dihukum siapapun. Hanya saja, ia ingin mengubah rambutnya seperti itu. Katanya terinspirasi dari ketampanan Dedi Korbuzyer lalu menyatakan diri sebagai Adi Kokbotak. Menurut Tiar, perempuannya, bukan jadi mentalis tapi lebih mirip setengah autis.

Setelah memesan dua jenis makanan dan datangnya pesanan tersebut, Adi hanya melihat makanannya saja. Entah mengapa matanya saat ini menatap Tiar yang sedang menyantap kue kering.

"Apa lo liat-liat?"

"Idih, galak amat si."

"Bodo."

Tiar memang begitu kalau lapar. Emosinya anjlok macam buah naga saat panen berlimpah, yang dijual hanya seribu rupiah per kilo sampai dibuat umpan kambing-kambing di kampung.

Walaupun demikian, Adi selalu tahu bagaimana mengubah emosinya menjadi lebih baik. Ia berguru dengan kakaknya yang mantan playboy 1001 wanita.

"Galak aja bisa nyulik hati gue ya lo," katanya yang mungkin terdengar gombal menurut Tiar.

Tapi kenyataannya tidak. Bukan tersipu, Tiar terlihat sedang berusaha mengingat sesuatu.

"Lagi mikirin apa? Ngebales gombalan gue?"

"Dih, pede lo, botak." Tiar benar-benar serius kali ini. Mendengar 'culik', kata tersebut masuk ke dalam materi yang harus ia kuasai untuk presentasi kuliah besok.

"Nggak, gue lagi inget-inget. Lo kan tadi ngomong 'culik', nah FYI culik itu dalam bahasa Inggris lebih memakai kata 'kidnap' kalau nyulik dalam kriminal misalnya nyulik buat sanderaan. Buat bahasa Arab, pakainya kata يختطف (yakhtathafu)," ujar Tiar. Adi mendengarkan dengan seksama sambil melahap makanannya.

Kemudian dilanjutkan lagi oleh Tiar. "Beda lagi kalau culik dengan kata 'abduct'. Biasanya itu dipakai buat... Misalnya 'bride-abducting'. Nah di bahasa Arabnya خطف العروس (khathaful 'arus). Atau kalo kita liat tradisi di wilayah Sinai Mesir, sebutannya خطفة (khitfah). Di Krygystan juga masih ada."

"Oh, jadi kalo kita pake kata abduct buat penculikan tuh kurang tepat? Misalnya mau pake kata bride-kidnapping salah gitu?" tanya Adi.

"Nggak salah, tetep bener. Cuma lebih padan pake kata abduct. Kan tadi udah dijelasin kalo kidnap tuh lebih ke penculikan buat sanderaan gitu. Beda lah."

Adi hanya mengangguk.

"Eh tapi itu masih ada gak sih Indonesia? Setau gue di Lombok doang," tanya Adi lagi.

"Ada juga di Banyuwangi, Suku Osing."

Adi mengangguk lagi.

"Di Bekasi juga ada, loh."

Tiar sedikit terkejut. Masa iya, kegiatan seperti itu masih di lakukan. Terlebih kota besar dekat dengan ibukota begini.

"Hah, serius?"

"Beneran," kata Adi meyakinkan.

"Kapan?"

"Nanti." Adi berdiri dan sedikit mendekati Tiar. "Gue nyulik lo. Kan lo dah nyulik hati gue, nanti gue nyulik lo buat dibawa ke KUA hahaha."

Lelaki itu kemudian berjalan mendekati kasir. Tiar melihat punggung Adi dari meja sana. Sosok yang dicintainya bukan hanya botak, juga cukup cerdas dan manis untuk menjadi separuh hidupnya.

"Sial, kenapa gue senyum-senyum sendiri sih."

*****

terinspirasi oleh buku Translation Manual Level 1 oleh M.M. Enani (2005)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indahnya MenculikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang