7. Marquis Viston & Sophia

13.1K 1.9K 54
                                    

Amarine tak mengerti dan baru menyadari, dunia novel yang ia masuki memiliki unsur tema fantasi. Ia terkadang mendengar dari beberapa ksatria yang mampir ke tokonya membahas bagaimana mereka mengalahkan monster, tak sampai disitu saja, Amarine juga dikejutkan dengan cerita adanya para penyihir yang saling melawan satu sama lain.

Ia mengira keberadaan batu sihir adalah cerita pemanis di novel 'cinta Sophia'. Tetapi di dalam novel ini ada hal - hal yang tak dituliskan dengan jelas oleh authornya, seperti jenis monster, makhluk-makhluk aneh, atau peri - peri yang katanya akan muncul di malam hari. Amarine bahkan sampai menggeleng, ia tak terlalu mempercayai hal itu, karena ia tak pernah menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.

Enam bulan berlalu setelah ia memasuki dunia novel, sesekali Sophia atau Violetta mampir ke tokonya untuk membeli beberapa kue. Entah bagaimana awalnya, kedua gadis itu menjadi sering mengunjungi tokonya. Tak ada yang tak mengenali Sophia, gadis itu selalu dikatakan sebagai kekasih putra mahkota, sementara Violetta berstatus sebagai tunangan putra mahkota.

Bukankah itu akan menimbulkan rumor yang buruk? Apakah mereka tak mempermasalahkan keberadaan Sophia di tengah hubungan Mikael dan Violetta? Amarine diam - diam berdecih, itu namanya perselingkuhan. Ia jadi teringat pada Jena dan mantan kekasihnya yang menjalin hubungan dibelakangnya. Walaupun hubungan Violetta dan Mikael terjalin karena urusan politik, tapi alangkah baiknya jika Violetta berhenti mengejar Mikael. Amarine merasa Violetta merendahkan harga dirinya sendiri.

Dari sudut pandang Amarine, pria semacam Mikael tak bisa dipertahankan. Ia bahkan sering mendengar gunjingan dari lady - lady bangsawan yang mampir ke tokonya, mereka secara terang - terangan membicarakan cinta segitiga kekaisaran. Sungguh menggelikan, para warga sampai membuat julukan seperti itu.

Amarine mendengus, ia bertekad tak ingin ikut campur dalam urusan para tokoh. Motonya adalah uang, uang dan kaya. Ia hanya ingin menjadi kaya, Amarine tak peduli dengan para nyonya yang menegurnya untuk segera mendapatkan pasangan. Umurnya masih delapan belas tahun di novel ini, masih sangat muda. Sudah banyak surat lamaran yang ia tolak, bahkan ayah dan ibu tirinya sampai bingung mencari alasan.

Saat ini Amarine duduk dengan tenang di kursi kasirnya. Hujan tiba-tiba turun dan membuat tokonya menjadi sepi. Maklum, terkadang ada beberapa orang yang malas keluar rumah saat hujan tiba. Matanya kini menatap deretan kue dan roti yang tertata rapi di rak. Hasil kerja Jack tidak pernah mengecewakan, pria itu selain mahir menggunakan pedang juga bisa menjadi penjaga toko yang baik. Amarine juga menyadari, semakin lama toko kuenya semakin rame. Memiliki dua pegawai tidak akan cukup, mungkin nanti Amarine akan mencari pegawai baru.

Bel pintu tokonya berbunyi menampilkan sesosok gadis cantik bersurai merah jambu yang memasuki toko. Itu adalah Sophia, bajunya sedikit basah karena terkena air hujan.

"Sophia?"

Sophia tersenyum, merapikan rambutnya yang sedikit basah. "Hai, aku ingin mampir dan membeli beberapa kue."

Sophia dan Amarine menjadi dekat, bahkan ia juga tak sadar jika akrab dengan Violetta sampai-sampai Amarine diperbolehkan memanggil nama depan mereka. Itu adalah salah satu plot twist dalam hidupnya, Amarine bahkan sempat berjanji tidak akan dekat atau ikut campur, tapi sekarang, apa yang ia lakukan? Amarine malah akrab dengan dua tokoh penting itu.

Kehadiran Sophia yang seorang diri membuat Amarine memandangnya bingung. Biasanya Sophia ditemani oleh pelayan atau pengawalnya, tapi hari ini ia datang seorang diri.

"Kau sendirian?"

Sophia menampilkan wajah yang muram, matanya nampak berkaca-kaca. "Aku hanya ingin sendiri."

Amarine mengangguk. "Duduklah, kau bisa kembali setelah hujan berhenti. Mau minum sesuatu?" Tawarnya.

"Aku bisa minum apa saja." Gadis itu tersenyum lembut.

Patisserie Lady ✓Where stories live. Discover now