32. Three Man

7.9K 1.4K 96
                                    

Sophia panik di mansion Viston, tak hanya Sophia melainkan seluruh penghuni mansion. Edmund dikatakan tiba-tiba menghilang. Saat ini Sophia memberikan perintah untuk mencari keberadaan Edmund, bahkan gadis itu turut mencari tunangannya.

"Lady, Anda tidak seharusnya panik. Lebih baik Anda menunggunya di dalam mansion. Udara malam sangat dingin." Salah satu dayang menatap Sophia khawatir, ia memakaikan baju jubah hangat pada Sophia.

"Tidak, Jane. Aku harus mencarinya. Kau tunggulah disini. Aku akan pergi bersama beberapa ksatria."

Di lain tempat, Amarine berniat menutup toko kuenya. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Jalanan juga terlihat sepi, Marco sendiri sudah terlelap dan Marie berkemas untuk kembali ke mansion Bourell.

Suara lonceng berbunyi, Sophia masuk ke dalam toko ditemani oleh dua orang ksatria. Wajahnya terlihat panik dan keringat mulai membasahi pelipisnya.

"Sophia, apa kau baik-baik saja?"

Sophia menggeleng. "Apa tadi Edmund kemari?"

Amarine menoleh pada para pegawainya. Jack, Marie dan Lucard menggeleng. "Sepertinya tidak, Sophia. Ada apa?"

"Edmund menghilang."

Amarine tiba-tiba ikut merasa panik. Tak biasanya pria seperti Edmund menghilang tanpa kabar. Terlebih pria itu sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan dengan Sophia.

"Baiklah, kalau begitu aku permisi."

"Sophia, tunggu. Biarkan kami membantumu." Kata Amarine yang diangguki oleh Jack dan Lucard. "Marie, kau tunggu disini, temani Marco. Kami akan segera kembali."

"Baik, Lady."

Kini Sophia dan yang lainnya keluar toko mencari-cari keberadaan Edmund. Mereka bahkan sampai masuk ke gang kumuh berharap menemukan pria itu.

Seorang ksatria Viston berlari ke arah mereka dengan napas tersengal-sengal. "Lady.. itu.. Tuan Marquis berada di pub."

"Apa?"

"Tuan Marquis bersama putra mahkota berada di dalam pub."

"Oh, tidak!" Sophia kembali panik.


Di dalam pub, seorang bartender kebingungan melihat putra mahkota dan Marquis di pub miliknya. Kedua pria hebat itu saling memaki dalam kondisi mabuk. Keduanya duduk saling berdampingan dan mata memicing. Wajah mereka nampak memerah efek mabuk.

"Kau itu... Tidak pantas.. disebut teman." Putra mahkota berkata sembari menahan cegukan.

"Aku yang.. seharusnya berkata seperti itu.. bukankah aku yang terlebih dahulu... Mengenal Sophia saat.. di pesta dansa."

Sang bartender berwajah muram. "Yang Mulia, hamba mohon. Tolong berhenti minum. Ini sudah botol ke sepuluh."

"Tidak .. aku.. tidak mau.. aku hanya.. ingin Sophia.." Mikael menahan gelas birnya.

"Sophia itu... Milik ku!"

"Bagaimana jika kita bertanding... Siapa.. yang paling banyak minum, dia yang pantas untuk Sophia..." Mikael dengan keadaan mabuk menantang Edmund.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Patisserie Lady (TELAH DITERBITKAN) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang