Second Date Question

2K 127 22
                                    

Jin sedang sibuk dengan pekerjaannya ketika pintu ruangannya diketuk dan langsung terbuka. Nayeon langsung masuk. Memakai rok pendek dan pakaian yang menunjukkan lekuk tubuhnya, dengan blus berleher V yang cukup rendah. Untuk menutupinya, tadinya dia memakai scarf, tetapi sekarang scarfnya dia lepas.

"Ada apa? Apa ada meeting yang aku lupa?" tanya Jin, yang menatap sebentar dan kembali dengan komputernya.

"Aku kangen. Sudah dua minggu lebih sejak terakhir kita bersama. Salahkan dirimu yang bikin aku ketagihan," ujar Nayeon, dengan berani langsung menuju kursi Jin dan duduk di pegangan kursi itu.

"Nayeon ssi, jangan bilang kamu lupa dengan kesepakatan kita. Kita tak terikat oleh apapun, maafkan aku, tapi aku rasa kita harus menghentikan semuanya. Carilah pasangan hidup yang baik, orang yang bisa mencintaimu," ujar Jin, tenang.

"Aku tidak keberatan kamu menikahi pria itu, aku juga tidak meminta untuk bisa berhubungan resmi denganmu, tapi ijinkan aku tetap menghiburmu, menghangatkan ranjangmu. Aku yakin, aku bisa lebih memuaskanmu dibanding tunanganmu itu, hidupmu akan lebih lengkap dan sempurna," ujar Nayeon, mengelus dada Jin lembut.

"Nayeon ssi, tolong duduk di sana, di sofa. Kita harus bicara baik-baik, sebagai sesama orang dewasa," ujar Jin, yang langsung berdiri dan berjalan mendahului, duduk di single sofa dan mengisyaratkan Nayeon duduk di sofa lain.

Jin lalu mengingatkan kesepakatan mereka, bahwa mereka bukan hubungan eksklusif. Mereka berhak berhubungan serius dengan yang lain, dan mereka tidak akan saling mengganggu. Mereka sepakat tidak melibatkan perasaan dalam hubungan mereka ini. Makanya Jin tak pernah cemburu bila ada yang menyukai atau mendekati Nayeon, seperti Daniel misalnya. Dia malah bersyukur ada orang yang bisa mencintai Nayeon setulus itu.

Nayeon bukan wanita bodoh, juga bukan wanita jahat, tentu saja dia mengerti bahwa mereka memang pada kenyataannya sudah membuat perjanjian seperti itu sejak awal mereka terlibat hubungan itu. Meski rasanya berat, dia akhirnya bisa menerima, bahwa Jin memang sudah berniat fokus dan serius dengan hubungannya bersama Jungkook.

Jin bersyukur, masalah Nayeon bisa diselesaikannya dengan cepat dan baik-baik saja. Tetapi masih ada masalah lain yang mungkin akan jadi ganjalan diantara mereka.

***
Jungkook sedang menilai ulangan tertulis muridnya ketika mendengar dering halus handphonenya yang ada di ranjangnya. Sejenak dia beranjak dan meraih handphonenya. Melihat ada pesan masuk dari Jin.

Membukanya sambil duduk di ranjang, dia membaca pesan Jin.

"Selamat malam Jungkookie? Sedang apa?"

Jungkook memutuskan langsung membalasnya.

"Selamat malam, hyung. Aku sedang memeriksa tes harian muridku."

"Aku mengganggu?"

"Tidak apa, sudah mau selesai. Ada yang bisa aku bantu?"

"Aku sedang di Jepang untuk urusan pekerjaan, lusa aku pulang, apa kamu mau dibawakan sesuatu? Atau untuk Yeonjun?"

"Terima kasih hyung, tidak usah merepotkan."

Jin di Jepang tentu saja sudah menduga reaksi Jungkook, tapi tetap saja merasa gemas. Meski begitu, dia tak mau memaksa juga.

"Lusa, sepulang aku dari Jepang, bisa kita ketemu makan malam?"

"Apa hyung ga lelah?"

"Aku pulang dengan penerbangan siang, Jepang tidak jauh juga, aku tidak merasa lelah. Atau lusa kamu sudah ada rencana?"

"Aku belum ada rencana. Baiklah, nanti kabari lagi dan beritahu dimana kita bertemu."

"Aku akan menjemputmu."

LOVE WILL LEAD YOUМесто, где живут истории. Откройте их для себя