1

4 1 0
                                    

Seorang gadis tengah berjalan dengan langkah lebar memasuki salah satu Bandara yang berada di negara London. Kedua tangannya menyeret dua buah koper yang berisi barang barangnya, tak lupa tas ransel pun berada di punggung gadis itu.

Gadis tersebut adalah Rembulan Megantara. Gadis berparas menawan dengan rambut hitam legam dan bergelombang, alami sejak dirinya kecil. Buku matanya lebat dan juga lentik, alisnya tebal tertata rapi seperti menggunakan alis buatan. Sedangkan bentuk wajahnya bulat dengan mata juga bulat, pipi tak cubby dan juga tak tirus, hidung mancung namun mungil, terakhir tak lupa bibirnya yang sedikit tebal namun kecil berwarna pink alami.

Kedua alis gadis yang biasa dipanggil dengan sebutan Bulan itu mengerut melihat suasana Bandara yang lumayan ramai. Bulan mendudukan dirinya disalah satu kursi penunggu yang ada disana.

Gadis itu menunggu jadwal landing pesawat yang dia tumpangi. Sekarang masih pukul delapan pagi, sedangkan jadwal landing pesawat menuju tanah kelahirannya itu pukul sembilan lewat lima belas menit. Jadi masih ada waktu satu jam lima belas menit untuk Bulan mempersiapkan diri.

"Dari pada bengong sendiri kek orang tolol plus gabut mending telfon ayang!" seru gadis berambut sampai punggung itu dengan suara kecil sebelum dia mengeluarkan ponselnya dari saku hoodie yang dia pakai.

Dua kali memanggil salah satu orang yang menjadi alasan dia kembali ke tanah airnya itu tak ada jawaban sama sekali, raut wajah Bulan berubah mengerut kesal saat panggilan ketiganya masih sama. Hanya memanggil lalu berhenti sendiri akibat tak diangkat oleh sang empu yang dia telfon.

"Lagi ngapain sih! Kenapa gak diangkat-angkat coba! Gak kangen sama gue apa ya dia?" gerutu Bulan dengan kesal sembari menghentakkan kakinya kesal dengan masih sambil duduk.

Orang-orang yang berlalu lalang di depannya dia hiraukan, sampai ada seorang bapak-bapak yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Hei! Are you okey?"

Seketika pandangan Bulan teralihkan dari ponselnya yang telah dia matikan akibat terlanjur kesal dengan sang empu yang dia telfon dan menyerah untuk tak menelfon lagi.

"Apaan sih! Sksd banget dah!" cibir Bulan secara terang-terangan apa bapak-bapak yang duduk di sampingnya.

Bulan mengatakan demikian dengan terang-terangan akibat melihat wajah bule milih pria paruh baya yang terlihat sudah berkepala lima itu. Jadi gadis itu merasa bebas mengatakan tanpa berpikir dulu karena mengira bule di sampingnya itu tak paham akan apa yang dia katakan karena memakai bahasa Indonesia.

Namun tak Bulan sangka pria paruh baya bule di sampingnya itu malah tertawa pelan membuat dirinya kebingungan sendiri. "Kenapa malah ketawa anjir!" balasnya sama sekali tak mencerminakan gadis yang sopan dan santun di depan orang yang lebih tua.

"Eh!" Namun sedetik kemudian Bulan menutup mulutnya sendiri yang telah mengeluarkan umpatan. Padahal dia sangat diajarkan untuk tak mengucapkan kata kasar dan umpatan oleh kedua orang tuanya dulu sebelum dia pindah ke London dan tinggal bersama kakek neneknya.

"Saya paham dengan apa yang kamu katakan," ujar pria paruh baya yang duduk di samping Bulan itu setelah berhenti terkekeh menertawakan Bulan yang menurutnya lucu.

'Mampus!' batin Bulan dengan mata membola terkejut mendengar fakta tersebut.

"Maaf Pak, saya gak tau, maaf tadi saya keceplosan," ujar Bulan cepat-cepat meminta maaf sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada dengan kepala sedikit menunduk.

RembulanWhere stories live. Discover now