Prolog

4.1K 438 23
                                    

.
.
.
.

Suara tawa anak kecil menggema di malam hari yang sunyi. Seorang anak kecil berlari mengitari kolam ikan penuh lumut dan kotor di taman belakang rumah yang baru ia tempati bersama keluarganya.

"Dokja!!"

Anak kecil itu sontak menoleh mendapati kedua orang tuanya  berlari panik ke arahnya. Mata orbs bulatnya mengerjab cepat, bingung mendapati kepanikan orangtuanya.

"Eoma? Appa?"

"Dokja menjauh dari sana!"

Melihat reaksi kedua orangtuanya sontak Dokja kecil menurut dan mulai melangkah menjauh dari kolam.

"Mau pergi kemana?"

Suara suram itu menghentikan langkah kaki kecil Dokja sejenak. Dokja menoleh kebelakang sebentar.

"Mau pelgi ke eoma," jawab Dokja kecil dengan cengiran diwajahnya.

"Tidak boleh!!"

"Ayo bermain lagi!!"

"Dokja temani kami ya?"

"Ayo ikut dengan kami"

"KAU HARUS TETAP DISINI!!"

Suara mengerikan dibelakangnya mulai menakuti Dokja kecil, ia menangis dan segera berlari ke orangtuanya. Namun belum sampai tangan kecilnya meraih tangan sang eoma, tarikan kuat dari belakangnya menghempaskan tubuh kecilnya ke arah kolam.

BYUURR

"KIM DOKJA!!"

.

.

.

.

Dokja terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin membasahi tubuhnya, mimpi kenangan masa kecilnya bukanlah tanda yang baik. Iris matanya berlahan tertuju pada sepupunya yang masih tertidur di sebelahnya.

"Kiyoung, ayo bangun aku mimpi buruk" Dokja menepuk-nepuk wajah Kiyoung keras, tentunya dibalas protes oleh lelaki yang lebih tua itu.

"Haiisss itu hanya mimpi buruk tidur saja lagi, ganti bantal dan jangan menghadap ke arah yang sama, selesai" kesal Kiyoung.

Dokja menatap lelaki disampingnya itu datar. Dengan cepat ia menarik bantal yang digunakan Kiyoung sambil tersenyum manis.

"Terimakasih"

"Anj**"

Dokja tak menghiraukan gumaman protes dari Kiyoung, sepupunya itu tidak akan membalas dan akan kembali tidur seperti sedia kala.

Seperti yang terjadi saat ini.

"Semoga besok memang tidak terjadi apa-apa"

.
.
.

Tbc

TransparanWhere stories live. Discover now