PROLOG 💋

3.9K 344 39
                                    

Seperti biasa. Kalo ceritanya [M], aku publish di sini aja ya. Ini mungkin akan jauh lebih vulgar dari biasanya. Aku bakal update beberapa part di sini, tapi nggak tau kapan akan buka PO e-book yang satu ini ><
.
.
.
.

Bekerja sebagai striptis memang bukanlah pekerhaan mudah. Modal nekad dan malu, maka Park Jihye bisa mendapatkan uang banyak dari bayaran tersebut.

Biasanya Jihye akan mengenakan bikini dan menari di atas panggung bersama dengan alunan musik DJ serta lampu kelap-kelip yang membuatnya sedikit pening.

Di hadapan para tamu, Jihye akan meliukkan tubuhnya sembari memamerkan keseksian tubuhnya.

Ini sudah lama ia lakoni. Kurang lebih dua tahun terakhir Jihye melakukannya setiap weekend. Hal itu Jihye lakukan karena dirinya ingin mendapatkan banyak uang—bukan karena tuntutan hidup.

Dia tidak punya adik, dan dirinya diusir dari rumah setelah ketahuan bekerja sebagai striptis. Maka dari itu, sekarang Jihye hidup sebatang kara. Tinggal di apartemen dengan kebutuhan yang selalu bisa ia penuhi karena hasil dari pekerjaannya yang tidak bisa dibilang sedikit.

Bisa dibilang dia menjual tubuhnya—meskipun tidak benar-benar disentuh. Well, para tamu tidak akan bisa menyentuhnya karena peraturan dari night club yang melarang para tamu untuk naik ke atas panggung.

Tidak akan pernah Jihye biarkan siapa pun pria untuk menyentuh tubuhnya. Kecuali, pria yang sedang duduk di atas sofa sembari menatap dirinya saat ini.

Namanya Yoon Jungkook. Akan tetapi, pria itu dikenal dengan panggilan 'Jack'.

Berani membayar Jihye dengan bayaran lebih, Jihye ditugaskan sebagai striptis pribadi yang akan menari pada tiang di sebuah ruangan yang dikhususkan untuk tamu VVIP.

"Sentuh dirimu sendiri, Park Jihye."

Jihye menggesekkan miliknya yang berbalut bikini pada tiang yang ia gunakan untuk menari. Setelah merasa panas, Jihye pun menggunakan tangannya untuk menyentuh dirinya sendiri.

Mendesah kecil seraya memberikan tatapan sensual ke arah Jack yang terus menatap ke arahnya. Dan agaknya, Jack sudah mulai tergoda dengan aksi Jihye yang telah melepas celana sehingga menampilkan miliknya yang sudah basah.

"Kau tidak ingin menyentuhku, Jack?" tanya Jihye.

Jack menjilat bibir bawahnya. Sepasang tangannya segera menepuk paha, membuat Jihye dengan senang hati berdiri untuk menghampiri pria tampan tersebut usai mengunci pintu.

Dengan lampu yang tidak begitu terang, Jihye mulai duduk di atas pangkuan Jack. Kedua lengannya melingkari leher Jack sebelum Jack menyambar bibirnya.

Jihye hanya diperbolehkan untuk mendesah manakala kedua tangan Jack mulai bergerak menyentuh tubuh Jihye. Memberikan remasan pada payudaranya, melepas bra tipis yang menutupi payudara tersebut, kemudian menyentuh clit Jihye yang sudah mencuat di bawah sana.

"Seksi sekali. Tidak salah aku memilihmu, Park Jihye."

Sudah dua bulan ini Jack menyewa Jihye sebagai striptis pribadi. Bahkan Jack memiliki ruangan khusus di dalam rumahnya untuk Jihye jika Jack tidak sempat datang ke night club.

"Layani aku."

Jihye buru-buru melepas ikat pinggang dan celana yang menjerat kaki panjang Jack. Setelah melepas semuanya dan membuat keduanya kini sama-sama telanjang, Jihye pun segera berlutut dan menggenggam penis Jack yang sudah menegang.

Tangannya mengurut dengan tatapan mengarah pada Jack yang menunduk seakan tak mau melewatkan ekspresi seksi yang Jihye berikan.

Setelah Jihye mengulum kejantanan tersebut, Jack sejenak mendongak dengan desahan kecil yang pria itu keluarkan. Kedua paha Jack terbuka lebar sehingga Jihye bisa dengan mudah bermain dengan milik Jack.

Mendengarkan desahan Jack memang suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang Park Jihye.

Yoon Jungkook adalah mafia kelas kakap yang memiliki tempat perjudian terbesar di Seoul dan beberapa kota di negara lain. Pria itupun mengirim narkoba ke berbagai kota dan negara dengan kapal atau jet pribadi miliknya.

Membayar Park Jihye sebagai striptis pribadi adalah hal yang kecil untuk dilakukan. Mungkin saja, Jungkook atau Jack bisa membeli tubuh Jihye jika itu memang ia inginkan.

"Ahh—kau memang nikmat daripada yang lain, Park Jihye. Aku benar-benar tidak salah memilihmu."

Setelah mendapatkan hadiah dari Jack di dalam mulutnya, Jihye dengan senang hati menelan cairan tersebut kendati sebetulnya Jihye tidak menyukai rasa dan baunya.

Jihye kembali naik ke atas pangkuan Jack. Menggenggam kejantanan itu, lantas mengarahkan ke dalam miliknya sebelum desahan keduanya terdengar bersamaan.

Jihye menggerakkan tubuhnya naik dan turun seraya menatap wajah Jack yang juga tengah menatapnya. Kedua tangan Jack tidak tinggal diam. Pria itu meremas kembali payudara Jihye dengan sesekali mencubit nakal puting Jihye yang mengeras.

"More, Jihye ... more!" Jihye bergerak lebih cepat. Mendesah lebih kencang seraya menikmati mulut Jack yang mulai menyapa payudara dan memainkan puting Jihye dengan lidah dan giginya.

"Akh akh akh!" Jihye hanya bisa terus mendesah. Sementara penis di bawah sana tidak berhenti menyentuh titiknya sehingga membuat Jihye kian panas.

Ketika Jihye gemetar dan lemas setelah mendapatkan pelepasannya, Jack pun menyentuh pipi pantat Jihye dan mulai menghentakkan pinggulnya dengan sangat cepat.

Lagi dan lagi, yang bisa Jihye lakukan hanyalah mendesah frustasi manakala penis itu terus menyapa miliknya. Ini sangat gila. Hanya Jack yang bisa membuat Jihye berantakan, panas, dan meledak berkali-kali.

Kemudian Jihye menggeram saat sperma Jack keluar di dalam rahimnya. Jihye dan Jack pun saling menatap untuk beberapa menit lamanya.

Keduanya saling berciuman seraya menikmati pelepasan keduanya yang belum juga selesai di dalam milik Jihye.

Suara decap lidah keduanya terdengar. Hanya saja, Jihye segera memekik manakala tangan Jack mendadak menarik kuat rambut panjangnya.

"Kau biarkan detektif itu menyentuh tubuhmu, huh?!"

Jihye menelan saliva susah payah. Kepalanya mengangguk. "Maafkan aku. A-aku terpaksa melakukannya karena aku takut dia tahu bahwa aku adalah mata-matamu—akh!"

Jack mendadak menghentakkan pinggulnya dengan kasar. Pria itu menahan pinggul Jihye untuk tidak bergerak naik agar penisnya dapat masuk lebih dalam.

"Ahh, Jack ..."

"Jangan biarkan dia menyentuhmu lagi, Park Jihye—atau aku akan menghancurkan tubuhmu!"

Jihye menganggukkan kepalanya sekali lagi. "Y-ya, baiklah. Aku janji—hnghh, aku tidak akan membiarkan Shin Tae menyentuhku lagi."

Sekali lagi, Jihye merasakan hangat pada rahimnya. Wanita itu menggigit bibir bawahnya. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jack sembari menunggu Jack menuntaskan semuanya.

"Kau harus ingat bahwa tugasmu adalah membawa detektif itu ke rumahku. Hanya itu. Tugasmu bukan untuk membuatnya jatuh cinta padamu ataupun melayaninya," bisik Jack sambil mengusap punggung telanjang Jihye. "Shin Tae adalah penghalang satu-satunya bagi pekerjaanku. Jadi, aku harus segera membunuhnya sebelum dia mengerahkan teman-temannya untuk ikut campur."

Jihye mengangguk takut.

"Kau mau aku hanya membunuh Shin Tae, atau aku membunuh juga teman-temannya yang lain, hm?"

Berdeham sejenak, Jihye pun menjawab, "Satu saja. Dia sudah cukup. Jangan membunuh orang-orang tidak bersalah lainnya."

Jack tersenyum miring. Pria itu mengecup bibir Jihye, lalu jemarinya mengusap wajah Jihye dengan kedua mata menatap wajah cantik Jihye.

"Bagus. Aku akan membunuh Shin Tae. Maka dari itu, jaga jarak darinya atau aku akan membunuhmu juga." []

***

Apakah ini terlalu vulgar untuk dibaca???

STRIPTEASE DANCER [M]Where stories live. Discover now