I. Kenal

57 11 36
                                    

"Darani, bisa bicara sebentar dengan ibu?"

"Ada yang perlu dibantu bu?"

"Begini nak Dara, ada siswa pindahan kelas 11. Kamu yang ajak dia keliling sekolah

bisakah? Kebetulan pengurus OSIS sedang sibuk. Tidak apa-apa ya?"

"Kenapa saya, Bu Maria? Kan bisa saja anak kelas 11 yang lain?"

"Betul Dara, bisa saja yang lain. Tapi karena kamu siswa terunggul disini, saya ingin

kamu yang mengenalkan kepada murid baru bahwa inilah sekolah kita. Sekarang ikut saya ke kelas 11B ya, kita jemput dia."

"Baik bu."

09.30 WIB, jam istirahat SMA Bestariwijaya. Salah satu SMA terunggul se-nasional. Tidak mudah untuk masuk ke sini. Nilai ijazah minimal 90, tes untuk masuk SMA Bestariwijaya yang mustahil sehingga tiap tahunnya hanya 90 siswa yang lolos. Gurunya pun merupakan guru-guru terbaik se-nasional. Bahkan kadang, SMA ini bisa saja mengundang guru dari luar negeri yang sudah ahli. Standar guru disini juga tidak rendah, minimal mempunyai S2 atau Magister. Bagi murid beasiswa, biaya sekolah ditanggung sepenuhnya oleh sekolah. Namun, untuk mendapatkan beasiswa di sekolah ini merupakan hal yang mustahil.

Darani Veda Wanodya adalah salah satu siswa yang mendapat beasiswa tersebut. Dia adalah siswa yang unggul sejak di bangku Sekolah Dasar. Dia mendapat banyak penghargaan bahkan mendapat juara 2 kompetisi Matematika internasional. Dan saat SMP, mendapat juara 3 kompetisi Bahasa Inggris internasional. Darani merupakan siswa yang sangat aktif dan mengikuti banyak organisasi. Sifatnya yang lemah lembut, rendah hati, dan ramah membuatnya memiliki banyak teman. Namun kadang, banyak yang hanya memanfaatkan kepintarannya dan membuatnya hanya mempunyai "teman". Dia sendirian kemana-mana, tidak ada yang menemani maupun mengajaknya berbicara. Darani tidak peduli akan hal itu.

"Halo Ady, ini Darani yang akan mengajak kamu keliling sekolah hari ini. Semoga kalian bisa berteman ya. Dara, ibu pergi dulu. Sebentar lagi akan rapat."

"Baik bu." Bu Maria pergi meninggalkan Ady dan Dara.

"Halo kak. Aku Darani Veda Wanodya. Salam kenal ya." dia mengajak Ady untuk bersalaman

"Saya Adyatma Jiwatrisna. Salam kenal."

"Wah kakak dari keluarga Jiwatrisna? Keren banget!"

"Iya terima kasih. Bisa langsung saja keliling nya? Saya tidak mau ketinggalan pelajaran."

"Sip kak, kita berangkat!" Mereka mengelilingi sekolah hampir 1 jam. Sepanjang tur, Dara menjelaskan banyak hal. Namun Ady tidak bicara banyak. Dara sebenarnya marah, namun tidak bicara apa-apa.

"Ok kak, tur kita sudah selesai. Gimana? Keren kan sekolah kita?"

tiba-tiba Ady bertanya "Nama kamu Darani kan?"

"Panggil Dara aja kak."

"Darani, kamu tidak marah saya mengabaikan kamu?" Dara terkejut.

Namun dengan tenang dia menjawab "Kalau aku boleh jujur kak, ya aku marah. Aku sudah menjelaskan panjang lebar tapi kak Ady tidak berkata sepatah kata pun."

"Lalu kenapa diam saja? Kenapa kamu tidak bilang ke saya?"

"Kak Ady, aku harus menjaga sikap didepan semua orang. Kita tidak boleh terbawa oleh perasaan pribadi."

"Tapi kamu juga tidak boleh mengabaikan perasaan kamu sendiri." Ady menyela.

"Darani, ungkapkan semua yang ada dipikiranmu. Kalau kamu begini terus-menerus kamu akan mudah tertipu dan banyak orang akan menggunakan kelemahanmu itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang