The God an The King | 01

15 1 0
                                    

-Lazuli chapter 1-

"The God and The King"


   Lazuli, nama special yang diberkati untuk 'ku. Hanya untuk aku sendiri, begitu kata mereka. Tetapi satu hal yang aku tahu, tidak. Aku yakin. Nama ini bukanlah berkah, melainkan kutukan, kutukan yang tidak akan pernah hilang sampai aku mencapai tujuanku. Tidak pernah dalam hidupku aku berpikir bahwa nama ini merupakan hadiah terindah dari surga. Tapi dia, tentu berpikir sebaliknya.

   Kulit yang berwarna krem yang tidak terlalu putih maupun gelap. Rambut berwarna hitam lurus yang menonjolkan warna mata yang menjadi ciri khas ku itu, biru seperti batu Lapis Lazuli. Batu yang sering dijadikan bahan permata utama dari berbagai macam perhiasan.

   Menatap bayangan ku sendiri di cermin depanku.

   Tidak ada yang tahu, ekspresi yang aku rasakan, termasuk aku.

   Haruskah aku merasa beruntung, bahagia, untuk memiliki semua ini? Kamar yang megah, tempat tidur yang mewah, dilengkapi dengan perabotan antik, laci-laci yang berisi dengan baju-baju designer, permata-permata yang harganya bisa untuk membuat satu kota baru dan juga hal-hal yang aku suka, grand piano yang berwarna putih dan memiliki motif garis-garis khas berwarna emas, teleskop yang berdiri di atas balkon untuk melihat dan menikmati bintang-bintang di atas.

   Rasa bahagia dan beruntung itu selalu diselimuti dengan rasa bersalah, kemarahan, juga ketakutan. Merasa bersalah kepada mereka, marah kepada mereka dan takut terhadap mereka.

   "Nona muda, saya memintamu untuk menghentikan itu." Sebuah suara mengingatkanku.

   Oh.

   "Tidak perlu khawatir, Mai," aku melihat ke arah cermin di depan. "Itu tidak akan meninggalkan bekas." Aku menoleh dan tersenyum pada pengasuhku.

   Dia meletakkan apa yang tampak seperti tumpukan handuk di atas lemari yang berada di sampingnya, dan berjalan cepat ke arahku. Mengambil tanganku dan menaruhnya di atas tangannya, dia dengan lembut membelai lenganku.

   "Bukan itu maksudku, nona muda." Ucapnya.

   Saya tahu apa yang dia maksud, dan sebaliknya, Mai pun juga tahu aku tahu.

   Mai yang sudah menemaniku selama 14 tahun hidupku ini, melihat semua kebenaran, mendengar dan memperhatikan setiap tawa dan tangis yang 'ku keluarkan. Ia sendiri hanya berbeda 16 tahun denganku, Mai sudah menjadi kakakku yang berharga. Salah satu dari sedikit orang yang 'ku anggap berharga. Ia yang tahu semua yang 'ku alami, adalah orang yang paling mengertiku di muka bumi.

   "Ya, aku akan berhenti mencubit diriku sendiri," aku tersenyum, "jika itu yang kamu ingin aku katakan."

   Terdengar beberapa tawa kecil dari mulutnya.

   Bagaimana matanya bisa begitu... lembut? Tidak, itu bukan kata yang tepat. Hangat? Ya, saya harus mengatakan matanya tampak begitu istimewa. Meskipun tidak ada yang terlihat istimewa dengan matanya. Sepasang mata coklat tua, menatap lenganku.

   Mai yang berambut coklat tua itu menatap lenganku dengan perasaan yang begitu sedih, dilihat dari matanya itu, badannya yang tidak lebih besar dari 'ku itu ditutupi dengan seragam pelayan yang disediakan keluargaku.

   "Aku tidak ingin kamu mengatakannya." Dia menghela nafas, melepaskan tanganku.

   Meraih ke laci dibelakang ku dan membukanya, dia mengambil botol yang sudah familiar dan membuka tutupnya.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: May 16, 2022 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

LazuliUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum