Prolog

228 13 0
                                    

CW// Incest, toxic possessive, twins, sexual harassment, abuse, trauma, suicide attempt, mind break, angst, bxg, harem, mention of death, mature, adult, rape.

Art by Chroong (Pixiv)
----------------------------------------------------------------------------
Sudah bertahun-tahun lalu keduanya hidup bersama, si kembar yang tak terpisahkan, begitu kata orang-orang. Aether dan Lumine. Beruntung, meskipun orang tua mereka berpisah, keduanya masih difasilitasi penuh. Sesekali mereka mendapat kunjungan dari Ibunya. Keduanya mendapat penghidupan yang layak, pendidikan, dan segala kebutuhannya terpenuhi.

Sayangnya, Ayah mereka, Dainsleif, tidak pernah sekali pun mengunjungi keduanya setelah perceraian. Mereka hanya ditemani kepala pelayan, Halfdan, yang mengatur seluruh pelayan di rumah utama. Dan satu orang pengasuh, Victoria. Mereka ditinggalkan tanpa tahu alasannya.

Hingga kabar mengenai kematian ibunya datang di hari berhujan. Lumine menangis histeris malam itu, tidak ada lagi yang akan mengunjungi mereka. Proses pewarisan perusahaan milik Ibunya berjalan mulus. Perusahaan itu jatuh pada keduanya, Aether yang memegang kendali di usianya yang masih remaja.

Upacara pemakaman Ibunya dilaksanakan begitu sederhana, dengan alasan kecelakaan tragis yang dialaminya. Lumine menemui semua tamu yang hadir, kolega dan rekan bisnis dari dua keluarganya.

Kini si kembar hanya berdua, tidak ada lagi yang mereka miliki selain harta warisan Ibunya.

☆☆☆

Malam itu Lumine tertidur cepat karena kelelahan, gadis itu benar-benar tenggelam dalam lelapnya.

Sosok pemuda yang mirip dengannya membuka pintu kamar itu, ia mengunci pintu beegitu masuk dalam ruangan. Langkah kakinya gontai menghampiri ranjang, sedih berkecamuk dan obsesinya akan terpenuhi. Ia menyibak tirai ranjang itu, menampilkan sosok gadis dengan pirang yang lebih cerah.

Dibelainya wajah itu, ia mendekatkan bibirnya, mulai menciumnya. Dibukanya selimut tebal itu, gadis itu nampak begitu menggoda dengan gaun tipis yang menutupi wajahnya.

"Kau milikku," pemuda itu mencium punggung tangan gadisnya, lalu beralih ke bibirnya.

Obsesinya semakin menjadi saat ia melihat gadis itu berinteraksi dengan pemuda lain. Dia cemburu, dia ingin memiliki gadis ini seutuhnya.

Dirabanya wajah gadis itu, tidak ada reaksi perlawanan. Obat tidur itu bekerja, pikirnya. Dibukanya tali gaun tidur gadis itu, kulit mulus bak porselen memantulkan cahaya keemasan dari lampu tidur gadis itu.

Tak berhenti di sana, tangan pemuda itu dengan gesit melucuti semua pakaiannya. Disesapnya wangi leher gadis yang terlelap, meninggalkan tanda kepemilikan, hingga di payudaranya.

Dalam tidurnya, Lumine menggeliat, sesekali suara keluar dari mulutnya. Aether tersenyum puas melihat respon gadis itu. Ia sudah menyiapkan pelumas dan perangsang jika dibutuhkan. "Kau sepenuhnya milikku," dihisapnya payudara gadis itu, dan digigit kecil.

"Ah!" Dalam tidurnya ia merespon. Desahan Lumine semakin membuat Aether tegang.

Ia masih sibuk menghisap payudara gadis itu dan tangan lainnya memainkan puting payudara lainnya. Desahan itu semakin terdengar terus menerus dan menjadi candu.

Tangan Aether yang bebas mulai meraba turun hingga selangkangan, betapa terkejutnya ia merasakan basah di liang vagina gadis itu. Jarinya mulai masuk mencoba melonggarkan lubang supaya muat dimasuki penisnya.

Aether tak lagi memainkan payudaranya, pemuda itu semakin tegang ingin memasuki liang vagina Lumine. Tak sabar, ia menggosok-nggosok penisnya pada vagina yang basah, berharap cukup membasahinya.

Dalam satu hentakan penis itu sudah memenuhi lubang vagina Lumine, desahan keras terdengar memenuhi ruangan. Cengkraman kuat terasa di bawah sana, Aether tak sanggup menahan nikmat itu.

"Lumine!" Dipanggilnya sosok yang masih tertidur di bawahnya. Ia menggenjot pelan, lalu iramanya semakin cepat diikuti dengan cengkraman yang semakin membuatnya keenakan.



Ditatapnya wajah gadis itu yang setengah tersadar, ia mungkin terlalu kasar hingga hampir membangunkan gadisnya. Manik emas itu hanya mengintip dibalik kelopak yang malas terbuka. Melihat badannya yang tidak merespon, dia tahu Lumine masih tertidur dalam mimpinya.

Dicengkramnya payudara gadis itu, dimainkannya dengan kasar. Hanya rasa nikmat yang memenuhi kepalanya. Pemuda itu semakin terobsesi dengan gadisnya. Ia sudah mencapai klimaks, dan membiarkan cairannya mengalir dalam rahim gadis itu. Dilihatnya cairan putih itu keluar dari lubang vagina bercampur dengan darah.

Aether mencium kening Lumine, tanpa membebaskan diri dari cengkraman liang vagina itu. Ia sengaja membiarkan penisnya mengisi rahim gadisnya. Dipeluknya tubuh mungil itu, dan mengambil posisi tidur di sisinya.

☆☆☆

Pagi menyelinap melalui tirai-tirai gorden yang sedikit terbuka di setiap sisinya. Aether terbangun, ia merasakan hangat di bawahnya. Penisnya masih menegang dalam cengkraman itu.

Pemuda itu menatap gadis yang masih terlelap. Diciumnya kening gadis itu, kelopak matanya, dan bibirnya. Manik emas itu menatap manik emasnya.

Ia berusaha memberontak, namun percuma, Aether sudah memenuhi mulut gadis itu dengan lidahnya.

Desahan Lumine semakin menjadi saat ia sudah sadar sepenuhnya. Tangan gadis itu berusaha mendorong tubuh Aether, namun percuma, Aether mencengkeramnya dan menekannya di atas kepala gadis itu.

Tubuhnya menghimpit tubuh mungil Lumine. Merasakan gerakan di bawahnya, Aether melepas ciuman itu dan mendesah.

"Ae," gadis itu menangis jijik pada dirinya.

"Kau milikku, Lu." Aether menggenjot gadis itu.

Lumine mendesah, sesekali berteriak kesakitan namun nikmat di bawah tak bisa ditolak. "Ae," sesekali ia terisak, "hentikan."

"Sedikit lagi," Aether semakin kencang menggenjot gadis itu.

Cengkramannya pun tak kalah kuat, Lumine mendesah mengikuti irama itu. Keduanya mencapai puncak bersamaan, ia menindih tubuh mungil gadis itu.

Dikeluarkannya penis yang mulai mengecil setelah ereksi. Aether berbaring di sisinya, memeluk gadis yang masih syok dan tertekan itu. Diciumnya kening gadis itu, Lumine menolak ia mendorong Aether kuat.

"Kau!" Suaranya terhenti tercekat. Ia mengalihkan padangan ke pintu, di sana Victoria sudah menunggu.

Aether menyeringai, ia lupa jika Victoria memiliki kunci cadangan kamar itu. Ia bangun dari ranjang itu, memakai jubah tidurnya, Aether memasukkan tangannya dalam kantong jubah itu.

"Oh, Archon! Apa yang terjadi?!" Victoria mendekati gadis yang menangis ketakutan. Ia segera memahami kejadian pagi itu. Perbuatan keji pertama Aether pada Lumine.

"Tuan Muda, apa yang Tuan--" Victoria jatuh disertai suara keras tembakan.

Lumine berteriak histeris, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Di kepala Victoria terdapat bekas peluru.

Aether mendekati gadis itu, "kau milikku, kau patuh padaku." Ia membelai wajah gadis itu.

☆☆☆

[GI/FF] Genshin Impact : Living Miserable LifeWhere stories live. Discover now