5. Rumah Sakit, (Anak Mipa dan Siklus Menstruasi)

248 55 25
                                    

Hari ini tepat dimana hari yang paling Tara takutkan dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini tepat dimana hari yang paling Tara takutkan dalam hidupnya. Dimana ia harus menyaksikan Ibu nya berjuang mempertatuhkan nyawanya. Tara merunduk menatap lantai rumah sakit yang entah sudah berapa jam di tatapnya dengan isi pikiran yang tengah kalut.

Tara menyugar kasar rambutnya. sorot matanya sama sekali tidak ditemukan semangat, Tatapan kosong laki-laki itu sudah mirip seperti orang yang tidak bernyawa. Kedua orang di sebelahnya Sama-sama terdiam dengan isi kepalanya Masing-masing. Reyhan dan Paula. Mereka sama khawatirnya menatap Kondisi Tara yang memprihatinkan.

"Tar.."Panggil Paula. Usapan lembutnya berusaha menggapai wajah Sendu milik kekasihnya.

"Aku gak sanggup la."Lirih Tara, Hampir air mata itu jatuh kembali membasahi pipinya.

Paula memeluk Tara, mengusap lembut Rambutnya. Tara terlihat begitu terluka, Tubuh itu bergetar tak kuasa. Tak banyak yang mampu Tara utarakan Airmatanya sudah mewakili segala kesedihannya.

Melihat itu, Sama halnya yang Reyhan Rasakan. Sedari tadi dirumah sakit Reyhan tak banyak bicara. Mulutnya terkunci melihat keterpurukan Sahabatnya. Reyhan yang tahu bagaimana Rasanya takut kehilangan. apalagi sakitnya kehilangan seorang ibu.

"Tar, Kamu yang kuat. Aku disini, Ada Reyhan, Masih Ada Fania. Kamu gak sendiri."

"Aku cengeng liat kamu kayak gini Tar, Aku sayang banget sama kamu, Jangan sedih lagi ya? kita doa sama-sama?"

Paula mengusap wajah Tara yang berantakan. Mata itu memerah, sorotnya sendu, Tidak dipungkiri hati paula ikut terluka melihatnya.

berbicara soal Fania. Paula tersadar akan ucapannya. Ia sama sekali belum melihat keberadaan Gadis itu. Paula sedari tadi terus menghubungi ponsel Fania yang rupanya Mati. Disaat seperti ini dimana Fania berada.

Suster menghampiri Tara "Keluarga pasien?"

Tara mengangguk cepat. "Saya suster, saya anaknya."

Suster itu menyerahkan sebuah berkas"Tolong di tangani. Itu surat keputusan Pasien Akan di Rawat di Ruang intensiv. Bu Ratih Drop Total, baik Fisik dan psikisnya. Kalau metode ini tidak berhasil, Pasien sebaiknya di Bawa ke Rumah Fskiater yang menangani Psikisnya."

Tara terdiam membaca isi pernyataan surat tersebut. Matanya satu persatu membaca deretan tulisan yang berhasil membuat dirinya tercengang. Tara membaca ulang pernyataan pelunasan total biayanya.

"Ini sudah dilunasi sus?!"Tanya Tara bingung, Refleks menaikkan intonasinya suaranya.

"Benar, Sudah terdapat tanda tangan Dari Keluarga Pasien. Kamu bisa cek Disitu."Balas sang suster,

"Kamu Silahkan di tanda tangani Lagi, Untuk surat selengkapnya."

"Fania."Gumam Tara, Tanda tangan Milik Fania tertera melunasi keseluruhan Biaya yang jumlah totalnya tidak sedikit itu.

Sirah kasih Raka [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang