9. Aku hamil, bu.

233 50 21
                                    

Uhek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Uhek

Fania mengelap sudut bibirnya, Membersihkan sisa-sisa muntahan yang sudah beberapa kali Ia keluarkan. Matanya sedikit menghitam dengan sisa-sisa air mata. Kepalanya terasa berat, dan Perutnya terasa sangat mual bahkan jauh lebih mual dari masuk angin biasa. Sudah tak terhitung ia mengeluarkan isi perutnya dengan tak henti-henti. Wajah Fania kini terlihat pucat, gadis itu menatap pantulan dirinya dengan raut wajah sedih.
Hari ke hari berlalu, Fania merasakan sesuatu ada yang tidak beres pada tubuhnya.

"A–aa aku?"Satu pemikiran itu, kembali muncul dikepalanya.

"Fania, Kamu Sakit?"

Suara lembut itu bersamaan dengan tangan lembutnya yang menyapu kepala Fania, Sekejap Fania merasakan Kelembutan seseorang yang mengusap atas kepalanya. Tangan halus itu menempelkan bagian telapaknya pada dahi Anak gadis nya yang sudah pucat.

Ratih, matanya kini bisa terbuka menatap binar seorang anak yang selalu merindukannya. Pandangan kosong nya selama ini itu berubah menjadi pandangan khawatir kepada Fania. Dan untuk yang pertama kalinya Fania merasakan kehangatan seorang ibu. Seorang Ibu yang semestinya untuk Fania.

"Badan kamu panas banget Fan, Kamu sakit? Ibu denger kamu muntah-muntah terus."

"Aku cuma demam Ibu."Balas Fania lembut.

Ratih memeriksa tubuh bagian tubuh Fania. "Kamu demam?"

"Kok gak bilang Ibu Fan, Mau ibu beliin obat? Minum obat ya? Kamu belum sarapan."

Hati Fania menghangat, Ia merasa seperti anak yang baru dilahirkan. Lengkung bibirnya terangkat keatas, mendengar suara Bawel dari seorang ibu ternyata semembahagiakan ini untuknya. Fania tidak pernah menyalakan takdir kali ini. Sekalipun tubuhnya harus hancur, Fania rela menukarkan nyawa nya demi Ibunya.

Yang terpenting baginya, Ibu nya telah kembali sehat. kembali bersama-sama dengannya.

"Sarapan dulu ya Fan?"Ajak Ratih yang diangguki Fania.

Mereka berdua pergi keruang Makan. Ratih menyiapkan banyak makanan untuk kedua Anaknya. Fania masih tersadar, hampir beberapa waktu berlalu tidak ada interaksi dirinya dengan sang kakak. Tidak ada Tara yang menjadi alarmnya di pagi hari. Tidak ada sosok kakak yang disetiap harinya menggoda Fania. Perdebatan Antara Tara dan Fania pernah terjadi selama ibunya di rumah sakit. Membuat hubungan keduanya saling dingin. Tidak Saling menegur,
Bahkan bisa dikatakan mereka layaknya dua orang asing dalam satu rumah.

ceklek

Pintu kamar Tara terbuka. Tampak kakak laki-lakinya itu baru saja keluar dari kamarnya. Fania buru-buru menunduk, Menyibukkan diri dengan piringnya. Ratih menoleh Melihat anak laki-lakinya yang sudah rapih dan wangi dengan seragam putih abu-abu serta jaket hitam yang melekat di tubuhnya.

Ratih tersenyum bangga menatap Tara. Seakan tersadar betapa ganteng anak laki-lakinya. Badannya tinggi, Rambutnya sedikit berantakan, Dan wangi parfumnya mengiring pada langkahnya. Ratih menyambut Tara. "Tara, ternyata Anak Ibu udah rapih, Wangi banget lagi."

Sirah kasih Raka [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang