prolog

641 54 0
                                    

°°°

Prologue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Prologue.

"Saya mau mencintai kamu sampai tuhan memutuskan memisahkan kita lewat nadi-nadi yang berhenti"

"Kamu punya mata Tara, aku mata kamu."

"Dena, Bapak butuh bantuan kamu"

"Kata Omah ku, memiliki indra penglihatan yang jernih juga daya ingat yang tinggi adalah mukzizat yang aku dapatkan di hidup ku dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baik mungkin"


...

Wanita tua itu bergerak sangat aktif menghampiri Dena. Tak heran Dena selalu khawatir jika Omah nya tiba-tiba encok di saat Dena tak sedang dirumah ataupun kedai miliknya.

"Hati-hati Omah, udah tua begitu masih jingkrak-jingkrak jalannya"

Omah nya terlihat sangat tergesa-gesa menghampirinya yang sedang membaca Novel di tangga kedai,

"Dena, Dena.." panggilnya tampak merayu.

"Hm.." Dena maksud dengan tingkah wanita itu-pasti ada maunya.

"Omah mau tanya, itu laki-laki tuwir yang lagi makan di kedai kita. Orang yang sama bukan, sama yang kemarin katanya baru pindah ke komplek sini?"

Dena menautkan alisnya, "ngomongin orang tuwir, sendirinya juga udah tuwir"

Omah menepuk bahunya keras membuat Dena mau tak mau memperhatikan seseorang yang di tunjuk dan di maksud omahnya tersebut.

Dena mengangguk, ketika ia menoleh pada sang Omah ia cukup tercengang sebab Omahnya tampak seperti orang yang sedang berbunga-bunga.

"Ciee.. naksir ya?"

Omahnya sontak tersadar dan reflek mendorong Dena hingga hampir tersungkur.

Ya begitulah tentang Dena dan bakat alami yang ia dapat dari tuhan, tentang indra penglihatan, penciuman hingga daya ingat yang kuat. Bahkan ketika Dena masih berusia balita ia dapat menangkap setiap momen yang terjadi. Kenangan sedari ia balita masih terekam jelas dalam ingatannya.

Dari kenangan yang paling indah, sampai kenangan yang paling pahit.

Ingatan yang paling melekat adalah ingatannya pada masa kecil yang menyesakkan dan membuatnya trauma dengan pantai.

...

Dena kecil, membenci banyak hal. bahkan sesuatu yang ia sukai akan dia benci pada situasi hari itu. 6 mei 2013, saksi waktu dimana seluruh hidupnya hancur melebur, iya hari ulang tahunnya yang ke 8 tahun.

Di tempat bernama pantai, destinasi wisata lokal yang cukup memanjakan mata dan sekedar tempat untuk melupakan peliknya dunia. Tempat yang seharusnya akan jadi sebuah kenangan yang indah juga mengesankan, namun itu semua berbanding terbalik untuk Dena.

Tujuan dia dan kedua orangtuanya kemari, untuk apa sebenarnya?

Dena tahu. Katakanlah Dena mudah paham, dirinya selalu mendengar tentang kata 'pisah' yang keluar dari mulut keduanya sejak usia 7 tahun dan mulai mengerti dari arti tersebut.

Haruskah mereka membicarakan hal tersebut di hari ulang tahunnya?

Dena yang tak sengaja mendengar obrolan keduanya yang tak di ketahui Orangtuanya itu, kemudian berjalan menjauhi area pinggir pantai. Berjalan memasuki air pantai, entah apa yang ada dalam pikiran gadis kecil itu.

Telinganya terusik, mau tak mau menoleh, sebuah keluarga rupanya.
Yang berhasil membuat dirinya kian tak hanya menoleh kan kepala namun juga mencondongkan badan untuk melihat pemandangan itu.

Pemandangan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan putra mereka. Anak laki-lakinya terlihat tak jauh dari umurku.


Setelahnya Dena kembali melihat kearah kedua orangtuanya yang ternyata semakin keruh berdebat. Ia meneteskan air matanya.

 Ia meneteskan air matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pemandangan keluarga harmonis itu lebih menarik daripada pantai bagi Dena

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pemandangan keluarga harmonis itu lebih menarik daripada pantai bagi Dena.

Kemudian ia bertanya-tanya pada hati kecilnya?
Kenapa, aku juga tidak bisa merasakan hal itu?
Kenapa juga dia terus tertawa bahagia, berbanding terbalik dariku. Hal tersebut sulit untuk ditiru keluarga Dena, membuatnya meringis miris.

Kenapa seolah-olah hal ini sengaja dipertontonkan untuk anak sepertinya?

'kenapa dunia tidak adil?'


.
.
.

❝ayo melihat semua hal yang indah
bersama-sama❞__Bumantara

𝐁𝐔𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀  Where stories live. Discover now