22. Kecewa, Semudah itu?

164 45 35
                                    

Acara wisuda Disekolah Raka baru saja usai. Laki-laki itu di temani Fania yang bernampilkan sangat tertutup dengan masker, Fania tak mau guru-guru di sana mengenali dirinya. Sebenarnya Fania sangat merindukan masa-masa sekolahnya ini. Hati kecilnya begitu tersentil melihat Raka rapih dengan Jas coklatnya, begitupun dengan seluruh siswa anak laki-laki yang telah hadir di gedung besar SMA Gajah mada. Mereka semua tampil begitu mengesankan di hari yang memang spesial ini. Raka terlihat begitu mempesona dengan balutan jas coklat serta poni yang semakin panjang itu, Hari ini Raka terlihat jauh berbeda dengan sikap manisnya terhadap Fania.

Pemanggilan nama-nama murid membuat Hati Fania begitu tepaku saat nama Tara di sebutkan. Sorot kerinduan itu melemparkan tatapan begitu sangat merindukan sosok Kakaknya. Rasanya sangat bahagia melihat kakaknya itu bisa lulus dengan prestasi baik yang membanggakan. Sedangkan dirinya? Fania selalu merasa dirinya telah gagal menjadi seorang manusia.

Fania tampak begitu murung, Hal itu mengundang perhatian Raka disebelahnya.
"Lo kenapa? Lo baik-baik aja?"Raka menegur Fania dan menatap sorot sendu itu.

Tangan Raka tiba-tiba bergerak menggenggam tangannya "Lo sedih ya, gue salah kaya nya ngajak lo ikut nemenin gue, Gue minta maaf."

Fania tertegun kali ini, Raka tampak tulus mengucapkannya. Fania tersenyum dibalik maskernya kembali menggenggam tangan Raka "Semua udah terjadi kak, Aku udah gak bisa nyalahin apapun. lagian sekarang aku udah bisa baik-baik aja. Aku cuma rindu Kak Tara, Dia kayaknya masih benci sama aku."

Cairan bening lolos dari matanya, Fania buru-buru mengusap airmatanya. Melihat itu Raka semakin merasa bersalah, Raka merutuki dirinya mengapa baru sekarang ia merasa baru punya hati?

"Kak."Fania berbicara "Aku boleh temuin Kak Tara?"Tanya Fania masih terlihat sangat polos, Raka mengangguk membuat Fania tersenyum dan langsung memeluk Raka.

Fania memeluk Raka sangat erat, Raka mematung, Mengapa Akhir-akhir ini Ia merasakan pelukan dari Fania yang membuat jantungnya selalu tak terkontrol.

"Ini gak mungkin kan, kenapa gue selalu berdebar gini."

"Yauda aku mau cari kak Tara."Fania melepaskan pelukannya, Bocah itu berlari mencari kakaknya. Raka memegangi dadanya. Rasanya benar-benar tidak karuan.

•••

"Kak Tara."Fania memanggil Tara dengan suaranya yang terdengar tergetar.

Tara menghentikkan langkahnya. Jantungnya nyaris berhenti mendengar suara yang begitu sangat Familiar di telinganya. Tara menoleh, Matanya memerjap tidak percaya melihat Fania benar-benar berdiri depannya. Meskipun gadis wajah itu tertutup dengan masker, tersorot sekali bola matanya yang berkaca-kaca.

"Fan."Ujar Tara begitu Terkejut. Fania menghampiri Tara, Membekap Tubuh laki-laki itu dengan tangis yang tumpah. Fania sangat ingin menangis di depan Tara, Mencurahkan semua rasa rindunya yang terasa saat sesak. Tara merenung sangat dalam, Namun tangan itu belum juga membalas pelukannya.

Tara malah melepaskan Pelukan Fania dengan Paksa. Laki-laki itu menyeret Fania menjauh dari orang-orang, Fania tercekat saat Tara menarik tangannya dan membawanya menuju belakang sekolah, Belakang sekolah yang sepi dan jauh dari orang-orang.

"Sengaja mau jatuhin diri sendiri?"Tara terdengar begitu dingin.

"Ngapain kesekolah ini? mau orang-orang tau kamu hamil kaya gini? gak malu?"Ujar Tara menohok hati Fania, Fania menunduk.

"Sama siapa kesini? papah kamu?"Fania menatap Tara, Kedua bola itu terlihat jauh lebih terluka darinya.

Tara terdiam. Andai saja Adik di depannya ini tahu bagaimana hari-hari yang Tara lewati tanpa dirinya. Tanpa ada satu orang pun yang menemani Tara di rumah, Tidak ditemukan sama sekali kebahagiaan dirumahnya. Pasti Fania jauh lebih mengasihani dirinya seorang diri.

Sirah kasih Raka [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang