SWEETNESS

865 87 7
                                    

"Hinata!"

Teriak seorang pria dengan postur tubuhnya yang tinggi membuat orang-orang ada disekitarnya menatap kearahnya. Ia melambaikan tangannya kala melihat presensi wanita tercintanya yang berdiri menunggu di pintu kedatangan untuk menjemputnya. Pria itu berlari kecil membuat helaian rambut pirangnya berkibar, juga senyum manis yang terpatri di wajahnya membuat para wanita yang melihatnya terpesona hanya dengan sekali lirikan mata.

Begitu sudah di hadapan kekasih hatinya, Naruto segera memeluk Hinata dengan erat. "Aku sangat merindukanmu, sayang." ujarnya seraya memejamkan mata, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Hinata yang begitu ia rindukan.

Hinata membalas pelukannya. "Aku juga merindukanmu, Naruto. Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggu lama disini hampir satu jam." tanya Hinata merengut kesal seraya melerai pelukan keduanya.

Naruto melepaskan kacamata hitam yang menghalangi pandangannya untuk menatap lebih jelas wajah cantik Hinata. "Hanya perasaanku saja atau kau semakin cantik dan sexy, hm, Hinata?"

Hinata merotasikan kedua matanya jengah. "Mulutmu manis sekali Tuan Uzumaki yang terhormat." ujar Hinata sinis. "Jangan mengalihkan pembicaraan!" lanjutnya dengan menatap tajam Naruto yang lebih tinggi darinya.

"Maaf membuatmu menunggu lama, tadi koperku sempat tertukar jadi aku harus mencarinya dulu." jelas Naruto, ia menatap Hinata dengan tatapan bersalah dan memelas.

"Astaga kau ini, bagaimana bisa tertukar? Harusnya..."

Ah, mulai lagi. Rutuk Naruto dalam hati saat mendengar Hinata yang mulai mengoceh.

Wanitanya itu mirip sekali dengan ibunya yang suka ceramah ini dan itu. Perkara masalah kecil pun bisa menjadi besar. Apakah semua wanita seperti itu?

Naruto menggaruk belakang daun telinganya yang tidak gatal. "Aku membeli koper baru dan lupa menandai koperku." jawabnya pelan.

"Ah ya sayang, bagaimana kalau kita segera pergi ke apartemenku? Aku sangat lelah, aku ingin beristirahat sambil memelukmu." Naruto segera mengalihkan pembicaraan agar Hinata tidak bertanya lebih lanjut dan mengoceh panjang lebar yang akan membuat telinganya panas. Naruto menatap Hinata dengan raut wajah lelahnya dan puppy eyes yang membuat Hinata tergelitik.

Wanita bersurai indigo panjang itu menghela nafasnya. "Baiklah, ayo. Aku juga sudah memasak makanan kesukaanmu." Hinata merangkul lengan kekar Naruto dan keduanya meninggalkan bandara.

***

Setibanya mereka di apartemen Naruto, Hinata langsung melangkahkan kakinya menuju dapur. Sementara Naruto mendudukkan dirinya di sofa besar yang berada di ruang tengah.

"Kau ingin makan atau mandi dulu, Naruto?" tanya Hinata dari arah dapur yang sedang membuat cokelat panas kesukaan kekasihnya itu.

"Aku akan mandi lebih dulu, tubuhku lengket sekali. Tapi rasanya untuk berjalan ke kamar mandi pun aku tidak memiliki tenaga." keluh Naruto.

Hinata meletakkan dua cangkir cokelat panas diatas meja, ia baru akan duduk disebelah Naruto tetapi pria itu segera menarik pinggang Hinata untuk duduk di pahanya, di pangkuannya.

"Naruto!" Hinata memekik pelan karena terkejut.

Kepala dengan surai pirang itu menelusup ke ceruk leher Hinata, memberikan kecupan basah di leher jenjang sang wanita lalu menghirup aroma tubuhnya yang membuatnya kecanduan ingin terus menghirupnya.

"Naruto, geli." Hinata tertawa pelan, tangan mungilnya menahan bahu Naruto.

Naruto mendongak menatap Hinata, sebelah tangannya menyelipkan helaian rambut indigo panjangnya yang tergerai kebelakang telinga Hinata. "Aroma tubuhmu membuatku candu, sayang."

[3] Sweetness ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang