III

2.8K 565 12
                                    

Terasa beberapa hari ini seperti mimpi yang kabur, tidak jelas tapi Jenna tau jalan ceritanya.
Sulit untuk percaya apa yang sudah terjadi beberapa hari belakangan ini.
Dia berdiri menatap cermin, memperhatikan gaun hitam yang dipakainya, sangat sesuai untuk kulitnya yang pucat dan mata panda yang begitu gelap membingkai matanya.
Sudah berapa hari dia tidak tidur.?

Dua hari.!
Dua hari setelah kabar kematian Jenni didapat.
Dua hari yang melelahkan, penuh airmata dan perdebatan panjang yang tidak ada habisnya karena Jenna yang terus bersikeras agar dilakukan otopsi sebab baginya tidak mungkin Jenni bunuh diri tapi tentu saja semua orang menentang nya termasuk Akhi yang mulai kehabisan kesabaran menghadapi kekeraskepalaan Jenna.

Breaking news!

Artis Jenni Shidavsani ditemukan meninggalkan, terjatuh dari Balkon hotel tempatnya menginap.!
Kuat dugaan artis yang tengah naik daun tersebut dalam kondisi stress hingga memilih mengakhiri hidupnya sendiri.!
Tapi penyelidikan masih dilaksanakan untuk memastikan tidak ada unsur lain dalam kematian sang Artis.!

"Brengsek.!" Maki Jenna yang harus menahan diri agar tidak membanting Hp nya saat membaca salah satu headline berita online yang memuat kabar kematian kakaknya.
Benar-benar sampah, mereka menjadikan kabar duka sebagai ladang uang, menarik pembaca tanpa memikirkan perasaan keluarga Jenni.

"Jenna.!" Mbak Asih berdiri di depan pintu kamar, matanya sembab wajahnya pucat.
"Jenni datang, turunlah. Papamu sudah bilang dia hanya menyinggahi rumah sebentar. Setelah itu kita langsung ke pemakaman."

Jenna menatap Mbak Asih, memgangguk hampa karena berita kepulangan Jenni bukan lah kabar gembira seperti biasanya.
"Tidak ada otopsi, sampai kapanpun aku tidak akan pernah tau kenapa dia meninggal.!"

Mbak Asih masuk, berlutut di depan Jenna, meletakan jemarinya yang dingin diatas punggung tangan Jenna.
"Cukup sayang cukup. Jangan menambah kesedihan mu, jangan berpikir yang bukan-bukan.
Kau hanya tidak rela, sulit bagimu menerima kenyataan dan aku sangat mengerti itu tapi jika kau terus begini kau akan menbuat Jenni sedih.
Apapun keputusan Jenni kita harus menerimanya.
Dia memilih pergi dan yang bisa kita lakukan adalah berdoa semoga di sana dia tidak lagi merasakan kesedihan."

Jenna mendorong jemari Mbak Asih lalu berdiri di depan meja rias menyisir rambut panjangnya yang ingin sekali dipotongnya mengikut saran Jenni yang selalu bilang rambut panjang hanya membuat Jenna terlihat culun, padahal dari dulu Jenna begitu mencintai rambut panjangnya.
"Aku tau dia tidak bunuh diri. Ada yang lain.!"

Mbak Asih berdiri di belakang Jenna, mengambil sisir dari tangan gadis muda yang yang dicekam kesedihan itu.
"Aku tidak tau sebenarnya apa yang terjadi pada Jenni menurutmu. Tapi aku mohon untuk sejenak sampai Jenni dikuburkan tahan dirimu.
Kita berikan penghormatan terbaik untuknya, doakan dia lalu setelah itu kau bisa melakukan apa yang ingin kau lakukan.!"
Dia menyisir rambut Jenna yang panjang melewati bokong, tebal berkilau dengan gelombang yang membuat banyak orang iri dengan rambut gadis ini kecuali Jenni yang selalu bilang rambut adiknya kampungan.
Mbak Asih mengerti kalau Jenni tidak mau Jenna punya kelebihan darinya.

"Apa yang harus aku lakukan setelah Jenna dikuburkan. Apa yang bisa kulakan, apa sebenarnya yang harus kulakukan.?"

"Lakukan apa yang kau inginkan. ikuti kata hatimu.
Tapi tentu saja aku tidak bisa mendukungmu karena aku bisa menerima kepergian Jenni"
Dia mengambil jepit, menahan beberapa bagian rambut Jenna agar tidak mudah kusut nanti.
"barang-barang peninggalan Jenni, semuanya diletakkan papamu di kamarnya. Kau bisa mulai dari sana.
Aku yakin kau mengerti kenapa akhirnya dia memilih bunuh diri.
Jenni tidak bahagia, dia hanya pura-pura. Semenjak meninggalkan rumah, dia tidak tau tujuan yang sebenarnya.
Dia sukses di luar tapi hampa di dalam.
Aku tidak ingin terkesan menjelekkan kakakmu itu tapi kita berdua tau Jenni tidak pernah punya sahabat baik.
Dia terlalu dominan dan perfeksionis hingga sulit bagi orang lain untuk ngerti.
Hanya kau yang mau menerima dan tulus padanya tapi dia juga tidak bisa memperlakukanmu sebagai mana mestinya.!"

Jenni berbalik, melangkah menjauhi Mbak Asih.
"Kenapa semua orang bicara hal buruk tentang Jenni setelah dia meninggal. Kenapa kalian tidak bicara langsung padanya saat dia hidup. Kalau kalian sayang padanya, harusnya kalian bisa mengatakan langsung agar dia bisa memperbaiki diri.!"

Mbak Asih meneteskan airmatanya.
"Kasih sayangku padanya sama besar dengan yang kuberikan padamu. Kenapa menurutmu aku tidak bicara dan menasehatinya."
Mbak Asih menghapus airmatanya.
"Sudah kulakukan bahkan dari dia kecil tapi yang akan terjadi setelah itu adalah dia akan memukulku, mengadu pada mamamu yang tanpa ragu akan memarahiku.
Untunglah papamu paham jadi dia tidak memarahiku seperti yang diminta Nyonya."

Kening Jenna berkerut, dia tidak pernah tau Jenni memukul Mbak Asih.
Maksud Jenna dia tau kalau Jenni suka main tangan kalau sudah marah, tapi benarkan Jenni berani memukul yang lebih tua, wanita yang sudah seperti ibunya sendiri.?
"Aku minta maaf untuknya. Tapi sekarang dia sudah pergi jadi tolong jangan menyebut yang tidak baik lagi.!"

Mbak Asih terlihat terpukul, tidak percaya.
"Sayang apa kau pikir aku mendendam pada Kakakmu.?
Itu tidak mungkin.!
Aku bicara bukan karena masih sakit hati. Aku hanya sedang bercerita, membahas kenyataan.
Aku menyayangi Jenni lebih dari apapun, seperti aku sayang padamu.!
Isakan Mbak Asih tak terkendali.
"Aku kehilangan Jenni, sakitnya takkan bisa kau pahami.!"

Jenna ikut terisak bergegas mendekati Mbak asih, memeluknya erat.
"Aku tau. Aku tau. Dari dulu kau bahkan lebih menyayangi Jenni. Aku tau.. aku tau kau kehilangan dia juga.
Aku yang salah. Aku yang sok tau.
Maafkan aku, maaf aku salah.!"

Mbak Asih balas memeluk Jenna erat.
"Sebagai keluarga yang sedang melepas orang tercinta, tidak seharusnya kita berdebat.
Mari kita temui Jenni, katakan padanya kita akan baik-baik saja. Dia bisa pergi dengan tenang.!"

Jenna tidak menjawab karena dia mendengar suara langkah kaki, itu papa yang terlihat jauh lebih tua dalam beberapa hari ini.
Tanpa suara Jenna membuka tangannya, papa masuk dalam pelukan Jenna begitu Mbak Asih mundur memberi tempat.
"Semuanya sudah beres. Akhirnya dia bisa beristirahat dengan tenang.!"

Papa memang sudah ingin segera mengambil Jenni lalu menguburkannya tapi karena beberapa prosedur dari kepolisian terpaksa keinginan papa ditahan dulu sebab Jenni belum bisa diserahkan sampai semua penyelidikan di tutup secara resmi.
Sayangnya meski semua sudah dinyatakan beres dia tau nama Jenni akan jadi trending topik sampai beberapa waktu kedepan.

Jenna dan tuan Shidavsani berjalan menemui para pelayat yang datang untuk memberikan salam dan doa terakhir untuk Jenni.
Keluarga, teman, kenalan dan tetangga sudah menenuhi rumah.
Setelah itu Jenna dan papa nya pergi keluar menemui wartawan dan para penggemar Jenni yang memenuhi jalanan, mereka benar-benar sedih, berduka kehilangan wanita yang diidolakan.
Papa dan Jenna senang karena Jenni benar-benar dicintai oleh mereka.
Setelahnya tidak menunggu lama mereka mereka mengiring mobil ambulans yang membawa jasad Jenni ke pemakaman di sana sudah penuh, untunglah pihak keamanan sigap kalau tidak mungkin Jenna tidak akan bisa menyaksikan saat jasad Jenni dimasukkan ke lubang peristirahatan terakhirnya.

Jenna bersandar pada tuan Shidavsani yang juga menjadikan putrinya tempat berpegang saat tangisnya pecah, tau tidak akan ada kemungkinan kalau ini tidaklah nyata.
Jenni benar-benar pergi, sekarang yang tertinggal hanya Jenna.
"Papa akan selalu ada untukmu Jenna papa tidak akan pernah meninggalkan mu.!" Dia berjanji pada putri kembarnya yang kini hanya tinggal seorang.

Jenna menangis tanpa suara, matanya terpaku pada lubang yang makin dangkal karena tanah yang terus diturunkan untuk menimbun.
Satu bagian dihatinya terasa ikut mati, dikubur didalam tanah yang gelap dan dingin.
Kini dia tidak akan tau kapan Jenni bersedih atau kapan jenni bahagia.
"Aku mencintaimu Jenni, aku akan selalu mengingatmu"
Karena Dia tau Jenni paling suka menjadi bintang, diingat, berkilau dan selalu membuat kagum.

********************************
(13072022) PYK

Bila Cinta Tak Lagi Untukku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang