𝐔𝐑 - SESUATU YANG 'BELUM USAI'

76 20 10
                                    

hai hai! seperti recuerdos yang short story, ini juga kelanjutannya short story, ya!

enjoy n happy reading!
















Sesuatu yang belum usai,
harus di lanjutkan kembali sampai tuntas.

×××

Semua orang bertepuk tangan riuh kala gadis cantik yang beberapa menit lalu di panggil ke depan atas buah kerja kerasnya selama ini sehingga meraih nilai terbaik di jurusannya. Gadis itu tersenyum ke depan seraya memegang ijazah dan piagamnya, lalu menghampiri kedua orang tuanya yang merasa bangga.

"We're proud of u, sayang." Mamanya mengelus pipi anaknya lembut, lalu mereka berfoto ria.

"Papa dong ikutan." Anak dan Mama saling pandang, lalu tertawa bersama. Setelah acara selesai, gadis itu beranjak pergi dan menghampiri seseorang yang telah menunggunya di depan.

"Congrats, Sha."

"Makasi, Ardito."

Iya, gadis itu adalah Shaquella. 

"Foto, yuk?" Shaquella mengangguk setuju. Banyak pasang mata yang memperhatikan keduanya. Mereka masih mengira bahwa Shaquella dan Ardito ada hubungan spesial, padahal selama 4 tahun ini mereka masih berteman. 

Selama 4 tahun ini juga Shaquella masih belum bisa move on dari pria itu. Nathan. Bilang saja pelariannya selama ini terbilang sia-sia, tetapi setidaknya ia sudah terbiasa tanpa kehadiran pria itu. 

"Malam mau ikut party?"

"Mau."

"Aku jemput, ya?" Shaquella lagi dan lagi mengangguk. Sebenarnya, Shaquella tidak memberikan peluang apapun kepada pria itu, ia hanya memperlakukan Ardito sebagaimana mestinya. Walaupun Ardito masih menyimpan rasa kepada Shaquella dan sudah di tolak oleh gadis itu, tetap saja Ardito memperlakukan Shaquella dengan baik.

Masih berteman dengan Shaquella saja sudah cukup, kata Ardito 2 tahun yang lalu. 

Seperti yang kalian ketahui, Ardito itu tipikal orang yang simpel. Jika menyukai seseorang, maka itu hanya menjadi urusan dia. Perkara di terima atau tidak, tentunya itu hanya hak orang yang ia sukai, ia tidak pernah mempermasalahkannya. 

"Oke, sampai jumpa malam, Sha." Shaquella melambaikan tangannya, lalu masuk ke dalam mobil.

"Kita pulang besok gimana?" Shaquella menoleh cepat kearah Mamanya, apa katanya? Pulang?

"Malam sekarang Shasa mau ikut party, Mah. Nanti aja gimana?"

"Yaudah lusa."

"Tap—"

"Kebetulan malam minggu keluarga Rhicardson ngajak makan malam, nih."

Shaquella mencerna perkataan Papanya barusan. Richardson itu nama belakang dari keluarga Nathan. Gadis itu mengumpat pelan, demi apapun ia belum siap untuk bertemu pria itu.

"Nah sekalian hilangin rindu tuh, Sha."

Bukannya malu atau salah tingkah, Shaquella hanya menghembuskan napasnya kasar. Dengan keberaniannya, Shaquella menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata, "Shasa mau lanjutin S2 di Swedia."

Gadis itu menyandarkan kepalanya ke kaca mobil, mau sampai kapan ia berlari seperti ini?

×××

Bintang malam berkelap-kelip yang di temani sang bulan, hembusan angin malam menerpa wajah ketiga pria yang sedang asyik bernyanyi dan memainkan gitarnya. Jayden yang fokus memetik gitarnya dan Nathan yang tengah bernyanyi di lirik terakhir—dadanya langsung terasa berdesir hebat—kala mendengar suara gadis yang ia rindukan selama ini.

Kedua pria itu menatap Jeff—entah sejak kapan pria itu menonton siaran langsung Shaquella di instagram. Jayden menatap Nathan yang kini sedang menunduk. Pria itu menepuk pundak Jeff keras.

"Lo ya ada orang gamon malah di dukung terus."

Jeff mengernyit kala Jayden berkata seperti itu, beberapa detik kemudian ia tersadar atas perkataan temannya.

"Masih zaman gamon?" Jeff menatap Nathan seraya tersenyum miring. "Asli deh gua muak lihatnya lo kayak gini terus, Nath."

"Mungkin dia masih butuh waktu." Jeff tertawa mendengar perkataan Jayden. "Emangnya 4 tahun belum cukup buat dia, Jay? Lo perlu berapa tahun lagi, sih, Nath? 5 tahun? 8 tahun? 10 tahun? Atau seumur hidup?"

Jeff menggeleng-gelengkan kepalanya atas sikap Nathan yang tidak ada perubahan. "Gua emang nggak pernah ada di posisi lo, cuma kek... anjir. Apa nggak capek, hah?"

"Gua nih, ya, Jeff, gamonin Della seminggu aja udah capek, gua usaha sampai sekarang pun udah bisa move on. Lah dia udah bertahun-tahun njir," timpal Jayden, mengingat beberapa bulan yang lalu ia habis patah hati.

"Masalahnya tuh cowok nggak ada usaha sama sekali, dia terlalu pengecut menurut gua. Bisanya diam di tempat tanpa mau menyelesaikan apa yang terjadi, kerjaannya nyari pelarian mulu," sahut Jeff yang memang terdengar jelas di indra pendengaran Nathan.

"Move on nggak segampang itu tai!" Nathan yang sudah tidak tahan pun langsung membuka suara. "Apalagi move on sama yang belum di miliki. Belum di mulai udah di suruh lupain."

"Salah siapa? Gua nggak pernah capek ya ngingetin lo kalau ini salah lo," ujar Jeff seraya berdiri. "Gua balik dah. Males asli."

Jayden mengembungkan pipinya, ia menepuk pundak Nathan berkali-kali lalu langsung menyusul Jeff pergi.

×××

Suara musik sudah terdengar sedaritadi. Banyak orang yang hadir dalam party ini. Ada yang sedang asyik bernyanyi, ada yang sedang membakar jagung, ada juga yang asyik berfoto ria. Sementara Shaquella sedang duduk termenung yang di temani Ardito di sebelahnya.

"Sha, gak semua hal harus lo cari pelarian. Termasuk masalah ini menurut gua harus segera di selesaikan. Mau sejauh apapun dan selama apapun lo menjauhi Nathan, pasti suatu saat ada kalanya lo pulang ke rumah asli lo, Sha."

"Ya, gua tau, kok."

"Terus Swedia?"

"Itu emang pure keinginan gua kok, Ar. Lo taukan gua udah lama dapat rekomen S2 dari dosen? Gua mau mengambil kesempatan itu."

"Yakin nggak ada sangkut pautnya sama masalah Nathan?" Shaquella menunduk, tidak menjawab perkataan pria itu.

"Gua tau kok rasanya gamon itu kayak gimana." Shaquella menatap Ardito cepat. "Ar maksud—"

Ardito menggeleng. "Bukan. Gak ada hubungannya gua sama lo, Sha, cuma maksud gua lo nggak bisa move on dari Nathan karena emang ada sesuatu yang perlu kalian selesaikan."

Ardito memegang pundak gadis itu. "Lo sama Nathan belum selesai, kalian cuma saling ngegantung satu sama lain, kalau bukan di antara kalian yang menyelesaikan masalahnya, terus siapa? Nggak mungkin kan gua atau temannya Nathan?"

"Selagi kesempatan itu masih ada, gunakan dengan baik, Sha, sebelum lo menyesal. Karena bagaimanapun juga, sesuatu yang belum usai, harus segera akhiri dengan cepat, entah itu menjadi happy or sad ending."

×××

n) dalam bahasa spanyol, último recuerdo artinya memori terakhir.

Último Recuerdo [✓]Where stories live. Discover now