EJEN ALI MISSION 1 : EJEN BARU

87 10 16
                                    

Sudah dua hari saat kejadian ledakan tersebut, namun Roza masih belum sadarkan diri. Mika masih setia menunggunya siuman, ditemani Iman di sampingnya.

"Dah tu, sabar je, Mika. Roza mesti sehat. Jom, ada Ejen baru yang nak bergabung dengan kita," ajak Iman menepuk pundak Mika.

Mengernyitkan dahinya, Mika pun bertanya. "Aik? Bila masa dah ada Ejen baru? Takkan lah nak secepat itu. Diorang pun baru je dua Minggu ada di sini."

"Emm... Entahlah, Mika. Saya ikut cakap Ejen Dayang je. Nak ikut ke tak?" tanya Iman.

"Okelah, ikut."

Mengangguk kecil, Iman berjalan berdampingan menuju Arena. Setelah sampai, barulah Ejen Getha berbicara.

"Semua dah ada di sini?"

"Dah, Ejen Getha."

"Baik, kita kedatangan Ejen baru. Sila perkenalkan diri korang masing-masing," ucap Ejen Getha.

"Cih, Ejen baru lagi? Yang bener aja." Rizka melipatkan kedua tangannya dan sedikit meremehkan Ejen baru yang disebutkan.

Kedua Ejen baru itu mulai memasukkan Arena dan menunjukkan wajah mereka. Ali yang tak sengaja melihat salah satu dari Ejen baru itu, sedikit merasa terkejut.

"Akak?" gumam Ali.

"Saya Risma."

"Hikari."

"Itu doang? Gak ada nama panjang? Cih, aneh banget."

"Kharisma Kirana Indriyani. Biasa dipanggil Kharis. Kami berdua dari Indonesia, dan satu pulau."

"Alayya Hikari. Biasa dipanggil Hika, bukan kari ayam," ucap Hikari mendelik tajam teman karibnya.

Semua Ejen muda di sana saling bertukar pandang.

"Awak dari Indonesia? Wah, Risma pun sama lah dari Indonesia. Korang saling kenal?" tanya Iman.

Keduanya menggeleng.

"Heh, yang bener aja. Gue yang hebat ini gak dikenal sama kalian? Dasar nolep."

"Bisakah lanjutkan ucapan Anda, Ejen Getha?" tanya Kharis tanpa mengindahkan Rizka.

Rizka menggeram pelan, namun dapat ia tahan.

"Perkenalkan diri kalian masing-masing."

"Saya Ali, Ejen Tekno." Ali mulai memperkenalkan dirinya dan menunjukkan gasingnya.

"Alicia."

"Saya Iman."

Setelah semuanya memperkenalkan diri, barulah Ejen Getha mengangkat suaranya.

"Baik, korang boleh saling berkenalan satu sama lain. Tapi ingat, jaga attitude," ucap Ejen Getha.

Semua mengangguk. Manakala Kharisma dan Hikari memilih untuk mendengarkan lagu dari ponsel mereka.

"Hika, awak ni orang Indonesia campur Jepun ke?" tanya Iman.

Hikari mengernyitkan dahinya. "Kenapa lo nanya itu?"

"Eh? Habis nama awak macam orang Jepun," jawab Iman.

"Ibu gue dari Jepang, makanya gue dikasih nama Hikari," ucapnya.

Mengangguk paham, Iman tersenyum simpul. Entah mengapa, ia merasa canggung dengan kedua Ejen baru tersebut.

"Udah kan? Gue duluan," pamit Hikari pergi entah ke mana.

Diikuti dengan Kharisma di sampingnya. Ia mengeluh pelan. "Rame amat."

"Ya namanya juga arena. Kalau mau sepi, tinggal ke kuburan."

Baru saja Kharisma ingin menyahut, tiba-tiba saja mereka berpapasan dengan Alicia dan juga Ali yang tengah berjalan bersama.

Hikari tersenyum simpul ke arah Ali, begitu juga sebaliknya. Manakala Kharisma dan Alicia saling melemparkan tatapan tajam mereka.

"Err... Nak jalan-jalan?" tawar Ali memecahkan keheningan.

"Aing mau rebahan," jawab Kharis.

"Sana rebahan. Dasar remaja jompo," ejek Hikari mengikuti Ali berjalan-jalan.

Selama di perjalanan itu, Ali melupakan kehadiran Alicia. Ia terlalu asik bicara dengan Hikari, kakak sepupunya.

"Macam mana Akak boleh ada kat sini? Akak seorang Ejen juga, ke?" tanya Ali menengadahkan kepalanya karena Hikari lebih tinggi darinya.

"Hn. Kita berdua seorang Ejen di sana. Gak nyangka, lo juga Teras Tekno kayak gue," jawab Hikari seadanya.

"Kalau boleh tahu, apa yang Akak gunakan? Ali kan ada gasing dengan yoyo."

Hikari diam tak menjawab. Perlukah ia menjawabnya?

"ALIII!!!"

Pekikan seseorang, membuat mereka menoleh ke samping. Di sana sudah ada Khai dan juga Rudy yang berjalan beriringan.

"Wah, Naisu lah. Dia ni orang Indonesia, ke? Boleh cakap bahasa Melayu?" tanya Khai sedikit berbinar.

"Hai, saya Hikari. Awak ni, Khai, kan? Keturunan Jepun. Bahasa pun naisu. Senjata kau R-O bot."

Mereka sedikit terkesima dengan penuturan Hikari. Bagaimana bisa seorang Ejen baru bisa mengetahui banyak informasi?

"Naisu lah!" puji Khai. Manakala Rudy mendecih tak suka.

Drrtt

Dering telepon, membuat Hikari menghentikan langkahnya. Tertera nama Kharisma di kontaknya.

Kunti Narsis/Queen typo

Hn?

Lo dimana? Aing kesesat.

Hah?! Gimana bisa kesesat?

Ya mana gue tahu. Salahin bangunannya yang terlalu luas.

Anjir. Bangunan ga salah, di salahin.

Setelah itu, Hikari memutuskan panggilan.

"Kenapa?" tanya Khai.

"Ck. Masalah baru." Hikari menepuk jidatnya sendiri.

Lokasi lo di mana ARIS?

WOI! KHARISMA! K-H-A-R-I-S-M-A! KARI AYAM!

H-I-K-A-R-I! Cepetan!

Telat. Gue udah di belakang lo.

Semua menoleh ke belakang. Betapa tak berdosa nya raut wajahnya itu, membuat Hikari ingin memukul wajahnya.

"Hh!"

Di waktu yang tepat, Iman, Alicia, dan juga Rizka tengah berjalan.

"Hai," sapa Iman ramah.

"Hai/hn?"

"Seriusan lo gak kenal gue?" tanya Rizka.

Keduanya memutarkan bola mata. "Ya gue gak kenal lo, lah. Satu negara bukan berarti tahu semua nama di negara tersebut," jawab Hikari dengan ketus.

"Apa ni bising bising?" tanya Sam membenarkan rambutnya. "Jangan lah nak gaduh, kita kan kawan."

Malas untuk menanggapi, Hikari memilih bertanya pada Iman.

"Kalau boleh tahu, tempat tidur di mana?" tanya Hikari.

"Oh, biar saya tunjuk. Alicia, awak tak apa-apa kan ditinggal?"

"Hn."

"Eh?! Alicia? Sorry, lah. Aku lupa bawa kau," sesal Ali menggaruk tengkuknya.

"Dah, cepat jalan. Korang nak ikut ke tak?" tanya Alicia pada mereka yang ada di sana.

"Nak!"

Manakala Iman, Hikari, dan juga Kharisma berjalan menuju ruang istirahat. Terdapat banyak kasur, dan beruntung ada dua kasur yang masih kosong.

"Ni tempat tidur korang," ucap Iman.

"Hn, thanks."

Iman tersenyum ramah. "Semoga korang betah di sini. Selamat berkawan dengan kami."

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Aug 11, 2022 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

Neophyte Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt