Cokelat

6 0 0
                                    

Ku katakan dengan ragu karena ku tak tahu.

Pagi hari, lagi-lagi, melewati Sekolah impian ku dengan rasa kagum dibalut ego yang penuh sombong.

'Payah, memang bukan jalan ku bersekolah disana' pikirku agak kesal. Mengalihkan pandangan dari segerombolan murid yang berjalan santai menuju pagar berwarna abu cerah yang menjulang tinggi itu.

Menatap dengan relijius semua hal yang ku lewati sepanjang jalan, kecuali orang lain.

Aku sedikit terhentak, mata menatap sok antusias.

'Oh, Sudah sampai di Sekolah'

•••

Sepasang kaki berjalan tergesa-gesa menuju ruangan penuh tuntut, menaruh sepatu hitam putih di rak yang tak rapuh-rapuh.

Belum ada yang hadir. Siapa juga yang ingin hadir lebih awal jika telat saja bukan masalah besar?. Semua orang juga tahu kasur lebih empuk daripada meja belajar.

'Pagi.' ujar diri kepada sang penjaga tak kasat mata yang mungkin ada disana.

Duduk dibangku ke dua dari depan, mengeluarkan tepak alat tulis dan botol minum yang memuat se-liter cairan. Bukannya suka menyibukkan diri, tetapi, siapa lagi yang sudi mengisi buku Agenda kelas kalau bukan Sekretaris?.

•••

Diambilnya buku hijau bertulis 'Buku Agenda, Kelas X'. Buku dengan cover berwarna hijau yang dilapisi dengan plastik tipis transparan berwarna hijau. Hijau hijau. Hijau.

Hijau.

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki yang kedengarannya seperti intonasi langkah kaki dari seorang gagah pemberani, yang siap melawan siapapun yang menghalangi jalan nya.

Gagah pemberani. Memasuki ruang penuh tuntut dengan segala kesiapannya untuk menepis nilai nilai berwarna merah yang menjadi titik pasrah pejuang pejuang tuntut.

Praga Siaga. Praga Siaga menggunakan rompi berwarna hijau yang memeluk longgar tubuh maskulin yang tersembunyi dibaliknya. Matanya menatap tajam kearah pria lain yang sebenarnya sangat lekat dengan ciri-ciri makhluk hidup yang sudah lelah dengan hidup.

"...Pagi Tra" Sapa nya sambil menaruh tas, Praga menyuguhkan senyum manisnya kepada ku. Dasar muka dua.

"Pagi, Ga." Balas ku singkat, melanjutkan kegiatan mengisi agenda ku yang sempat tertinggal.

Praga membelakangi ku. Mengorek ngorek tas nya mencari sesuatu.

'Cokelat?'

Ia merogoh sebungkus cokelat dari dalam tas nya, perlahan, ia membuka bungkus cokelat itu, memisahkan satu buah cokelat dari cokelat lainnya. Ia tersenyum simpul sambil asyik menikmati cokelat itu, rasa manis yang khas perlahan lahan meleleh di lidah nya.

Tanpa sadar, beberapa menit ini aku hanya sibuk memperhatikan nya memakan cokelat. 15 menit ini belum ada satupun murid lain yang datang.

'Hanya ada kita berdua?'

White Tie with Blue Ribbon Where stories live. Discover now