dancing in the rain

129 15 2
                                    

Orang rumah menyambut kepulangan Mark dengan wajah dingin. Mark pikir cukup hujan yang membuatnya kedinginan malam itu, rupanya tidak.

Mark tak begitu yakin bagaimana waktu berlalu hingga akhirnya ia kembali melewati pintu rumah dan menemui hujan. Menyusuri jalan yang sama basahnya sambil memeluk diri. Di mana ia meletakkan jaket yang menemaninya tadi? Entahlah. Begitu ayahnya hampir memukulnya, sang kakak yang sejak awal tak menatap matanya langsung menariknya dan mendorongnya keluar dari ruang keluarga yang dulunya terasa begitu hangat. Sekilas menatap ibunya yang hanya menundukkan kepalanya dengan bahu lemas, punggung yang tak menyentuh sandaran kursi.

Itu sudah jelas, keluarganya tak menerima tentang kondisinya. Atau bisakah Mark berharap keluarganya hanya sedang berusaha menerimanya kembali setelah mengetahui bahwa dirinya gay?

Sudah cukup jauh ia melangkah, saat mark mengumpat dalam hati. Ia tadi mengendarai sepeda motor dan kenapa sekarang ia harus berjalan kaki! Kebodohannya tetap saja mengikuti bahkan saat ia berusaha menahan air matanya. Ia berlari kembali ke tempat di mana rumahnya masih berdiri kokoh dengan halaman kecil berhiaskan taman sederhana. Lalu, termenung saat melihat jaketnya sudah tergantung di kaca spion sepeda motornya yang tetap terkena bias hujan tertiup angin walau berada di bawah atap.

Segera mengenakan jaket itu dan melajukan sepeda motornya meninggalkan pekarangan.

Ah, ini tetesan hujan atau memang air matanya? Tapi dengan begini, tak ada lagi sang penghujat yang mengatakan laki-laki tak boleh menangis.

Ia tak sabar untuk pulang. Pada sosok yang bisa ia sebut rumah.

Ini bukan kali pertama Mark melarikan dari rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini bukan kali pertama Mark melarikan dari rumah. Itupun kalau yang baru saja yang terjadi padanya ini bisa di katakan melarikan dari rumah. Atau apa ini artinya ia baru saja terusir dari rumah? Mark memilih tak peduli untuk saat ini.

Tapi, hari itu, beberapa tahun yang lalu, hujan sudah turun sejak siang. Mark membanting pintu rumahnya dengan kencang berharap orang rumah memintanya untuk kembali yang nyatanya tidak ada yang peduli walau ia berada di luar terkena hujan hingga matahari hanya terlihat bias cahayanya saja.

Langit yang jingga keunguan terpantul ke danau yang Mark tatap riak halusnya, angin dan rintikan hujan menggerakkannya. Mark basah kuyup dan ia mulai menggigil memeluk diri dengan pematik di tangan kirinya.

Alasan ia melarikan diri, cukup sederhana. Namun, bagi Mark yang masih labil saat itu, ia tak tau bagaimana cara menghadapinya saat tak ada yang memberitahunya. Ia sejenak buta, bertindak semaunya. Termasuk saat ia berniat untuk mengesap rokoknya yang gagal ia beli di toko terdekat. Tersisa pematik di tangannya yang beberapa kali ia nyalakan untuk memberi kehangatan.

"Hei, anak kecil. Minta apimu." Sebuah suara menyapa.

Mark menoleh untuk mendapati seorang lelaki yang tampak seumuran dengannya sedang mengarahkan seputung rokoknya yang mulai basah di jatuhi hujan. Wajahnya yang berhiaskan lebam keunguan membuat Mark terdiam sekian waktu lalu segera mendekatkan pematiknya ke ujung rokok dan menyalakannya dengan kikuk.

saat air turun Where stories live. Discover now