Chapter 1: Beyond the Rose Imperial

4 0 0
                                    

"Yang Mulia, ini benar-benar konyol! Kenapa seorang gadis biasa sepertinya dipungut untuk jadi kandidat?!"

    Hal pertama yang terdengar ketika membuka mata adalah seorang wanita berambut merah dikepang satu yang tengah memprotes. Pandangannya masih buram hingga tidak jelas dengan siapa wanita tersebut berbicara. Namun yang pasti dia sedang berhadapan dengan orang berstatus lebih tinggi.

    Terdengar suara seorang gadis yang menyeletuk. "Rose Commander, aku tidak berpikir kalau dia hanyalah gadis biasa. Aku yakin Clover Prince memungutnya karena sebuah alasan."

    Wanita berambut merah itu menghela napas. "Tetap saja, meski dia memiliki kualifikasi untuk menjadi Rose Kight, bisakah kita mempercayainya untuk menjadi salah satu dari mereka? Aku tidak ingin ada anak yang membawa harapan palsu di hadapan para ksatria. Mau ditaruh dimana muka kita?"

    "Anak ini masih bisa mengikuti upacara seleksi untuk melihat kelayakannya," tukas seorang gadis lain. "Jika sampai upacara berakhir dan dia tidak kunjung memperlihatkan adanya kualifikasi sebagai Rose Knight, mau tidak mau dia harus bergabung dengan anak-anak di luar sana."

    Perlahan, dia mengerjapkan mata hingga pandangannya menjadi lebih jelas. Dia berada di sebuah ruangan yang luas namun gelap. Di tengah ruangan ada tirai besar transparan berwarna hitam legam. Seluruh jendela ditutup oleh tirai beledu hitam. Satu-satunya sumber cahaya hanyalah chandelier hitam dengan cahaya remang-remang.

    Di hadapannya saat ini, dia bisa melihat wanita berkepang satu dan berambut merah menyala mengenakan seragam rapi dan dua orang gadis dengan jubah merah. Salah satu gadis memiliki rambut perak dikepang dua, satunya berambut hitam digerai. Masing-masing membawa sebuah tongkat emas dengan sulur mawar yang memanjang hingga ke bawah. Mereka tampak menghadap sosok dibalik tirai yang dipanggil "Yang Mulia" itu.

    "Kira-kira masih ada kesempatan untuknya mengikuti seleksi? Upacaranya tinggal beberapa jam lagi, masih ada sedikit waktu," tanya si gadis bersurai perak.

    "Kalau dia memiliki kemauan keras untuk membangkitkan kekuatannya. Aku bahkan masih melihat sekian puluh anak yang sudah lama dipungut masih belum memiliki kekuatan. Sementara besok pagi adalah seleksi akhir untuk mereka," sahut si gadis berambut hitam.

   Wanita berkepang itu menimpali. "Jika dia bisa siuman secepat mungkin. Walaupun Yang Mulia akan berbaik hati membiarkannya beristirahat di kastil, kalau waktu upacara seleksi sudah habis dia tidak mungkin ikut menjadi kandidat."

    "Sayang sekali, padahal gadis ini cukup manis. Bisa jadi adikku kalau mau."

    "Kau ini selalu baik kepada siapapun, ya."

    "Kenapa? Tidak ada larangan sebagai Rose Knight untuk bermurah hati kepada siapapun, termasuk kepada calon kandidat sekalipun. Bukankah begitu, Yang Mulia?"

    "Alice, meskipun kau boleh bersikap baik pada kandidat, kau harus ingat mereka diterima oleh keputusan Yang Mulia. Penampilan tidak bisa menjadi syarat, kekuatan dan tekad mereka yang diuji untuk membuktikan diri sebagai kandidat," tukas Rose Commander. Dia mengganti topik pembicaraan. "Ophelia, ada berapa anak yang sudah bisa menjadi kandidat untuk sekarang?"

    "24 orang. Jumlahnya lebih sedikit daripada gelombang sebelumnya," jawab Ophelia. "Seharusnya kita masih ada harapan, jika para kandidat terbukti layak untuk mendapatkan kehormatan menjadi Rose Knight."

   "Aku harap begitu. Gelombang sebelumnya sudah dikirim bertugas dan hasilnya tidak sebagus yang diharapkan. Semoga saja yang ini tidak benar-benar mengecewakan. Aku tidak mau sampai ada kandidat ataupun Rose Knight yang hanya bisa menjadi beban bagi Yang Mulia."

Knights of Rose [Indefinite Hiatus]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant