My Seeet Plan

1.2K 233 38
                                    

ONESHOT ke-10

Selamat Membaca!

✿Peony_Bunny✿



Seorang pemuda berkemeja putih duduk di depan sebuah komputer. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard. Sesekali terdiam dengan pandangan fokus ke layar. Tidak jarang dahinya berkerut karena berpikir terlalu keras.

Ia berdiri dari duduknya. Menyeduh segelas kopi yang sudah disediakan. Ruangan itu tampak begitu sunyi. Bukan hal aneh ia berada di ruangan itu seorang diri. Karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Setelah meminum sedikit kopinya, ia kembali ke meja kerjanya. Matanya kembali fokus ke layar yang menampilkan grafik dan deretan huruf. Sebelah tangannya menarik dasi yang terasa melilit lehernya.

"Kau belum pulang Yibo?"

Ia menolehkan kepalanya. Mendapati seseorang lebih tua yang tengah mengenakan jas. Hanya melihat saja ia tahu laki-laki itu berniat untuk beranjak.

"Aku harus menyelesaikan malam ini. Apa gege mau pulang sekarang?" meski tahu jawabannya, ia tetap menanyakannya.

"Aku sudah terlalu lelah. Lagi pula kasihan istriku menunggu di rumah," jawab laki-laki itu. Membuat Yibo menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kau cepatlah menikah! Tidak baik melajang terlalu lama. Jangan sampai kau kehabisan stok orang baik. Di zaman seperti ini, sulit mendapatkan gadis yang masih perawan."

Yibo tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak berniat menjawab apapun. Lagi pula laki-laki itu mulai berjalan menjauh.

"Gadis yang masih perawan mungkin sudah hampir langka, tapi Zhan masih perawan." Yibo membatin. Namun setelahnya menggelengkan kepalanya. Tidak seharusnya memikirkan sang roommate yang menjadi temannya sejak masa sekolah. Masih tinggal bersama walau hanya sebatas teman.

Tidak ingin membuang waktunya terlalu lama, Yibo kembali larut dalam pekerjaannya. Ia begitu fokus hingga tidak menyadari waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa, jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua.

Tangannya berhenti bergerak. Menjauhkan sedikit kepalanya dari hadapan layar. Kembali menyeruput kopi yang sudah terasa dingin. Berulang kali ia menggelengkan kepala. Mencoba mengusir kantuk yang terasa mengganggu kerjanya.

Mencoba memaksakan diri, Yibo kembali dengan kegiatannya. Terus seperti itu hingga jam menunjukkan pukul empat pagi. Membuatnya mau tidak mau harus menyudahi aktivitasnya. Pekerjaan untuk pukul delapan pagi sudah menunggunya. Ia harus mendapatkan tidur meski hanya beberapa jam.

Seolah tidak mengenal lelah, Yibo kembali bekerja tepat jam delapan pagi. Bahkan ia hampir melewatkan makan siangnya. Beruntung rekan kerjanya peduli dengannya. Membelikan makanan yang Yibo lahap sembari melanjutkan kerjanya.

Hari ini Yibo tidak lagi bekerja hingga larut. Ia memutuskan pulang saat jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. Matanya yang begitu berat memaksanya pulang lebih awal.

Tubuhnya terasa lelah hanya untuk menaiki tangga. Hingga ia terduduk di anak tangga. Menunda langkah kakinya yang akan menuju flat-nya.

Dasi di lehernya tidak lagi terpasang dengan sempurna. Kantung mata di wajah tampannya membuatnya semakin terlihat begitu buruk.

"Ya Tuhan ... tsk ... tsk ... tsk ...."

Seorang wanita yang sedang menuruni tangga berhenti. Menggelengkan kepalanya melihat keadaan Yibo. Ia menghela nafas sembari berkacak pinggang.

"Kau ingat juga dengan rumahmu?" sindirnya.

"Bibi, aku sedang lelah. Sangat ... sangat lelah," jawab Yibo tidak semangat.

Sweet PlanWhere stories live. Discover now