masih tentang dia puisimu?

8 0 0
                                    

"Imajinasi tentangmu tak lagi jelas di dalam kepala". tulis seorang perempuan berjilbab di dalam buku hariannya. Baru satu kalimat yang ia tuliskan di dalam bukunya, pulpennya berhenti menulis. matanya beralih mentap gedung-gedung asrama bertingkat yang berada di depannya.

perempuan itu sedang duduk sendiri dikursi yang berada di balkon asrama putri pesantren as-sa'adah.

hela nafas kasar dibelakang punggungnya menyadarkannya dari lamunannya. seseorang berjalan menghampiri. "Lail, kamu masih nulis?" mendengar namanya disebut ia menoleh, iya namanya Lail, nama lengkapnya nanti akan disebutkan tidak sekarang biar kamu tetap membacanya dan jadi penasaran.

seseorang duduk menyusul disamping Lail, namaya Sukma, Sukma Sabila. sahabat sekaligus tempatnya membuang semua hal yang tak pernah bisa lail mampu untuk tanggung sendiri. kesannya memang seperti pelampiasan tapi itulah sukma seorang pendengar yang baik, dia akan mendengar tanpa menyela, tanpa menggurui, itu juga sebabnya Lail betah bercerita apapun pada sukma.

"pertanyaanku belum dijawab lai!" yang ditanya hanya meringis sambil menyeka ujung matanya yang basah.

"iya" jawab Lail pendek sambil memandang buku harian yang masih ada dipangkuannya, sendu.

"masih aja tentang dia puisimu?" sukma masih mengulik.

"iya lagi" jawabnya dengan senyum yang dipaksakan lalu melanjutkan jawabannya tak tega melihat raut sebal dan khawatir sahabatnya. "tenang sukma, aku udah jauh lebih baik sekarang. beneraan". wajahnya yang mungil tersenyum, matanya menghilang saat dia tersenyum. 

"beneran?"

"iyaaa. ga percayaan banget sih sukmaa"

"okee, aku percaya" sukma memperpendek pembicaraan mereka. walau sebenarnya sukma masih belum percaya betul dengan keadaan sahabatnya itu. sukma ingat sekali bagaimana lail menangis memaki-maki laki nama seorang laki-laki yang beberapa waktu lalu sempat dekat dengan lail. dia menangis sesengukan semalaman dan esoknya dia izin tidak mau berangkat kuliah karena matanya yang bengkak seperti disengat lebah berpuluh-puluh.

hening, hanya riuh para santri putri yang sedang bersiap untuk berangkat mengaji. Lail dan sukma sudah lebih dulu siap dan duduk-duduk dibalkon menunggu bel. balkon ini adalah tempat yang sangat nyaman dipesantren ini, biasanya mereka akan duduk-duduk dibalkon ini sambil mengobrol bebas atau menderas Qur'an. jika sedang senggang Lail akan berbaik hati memperlihatkan puisi-puisi yang ditulisnya pada Sukma, yang menurut Sukma puisi Lail adalah kumpulan kata ringan yang membawa penikmatnya merasa nyaman tanpa harus berfikir keras menganalisis kata-kata rumit seperti puisi pada umumnya.

"sukma, aku udah merasa jauh lebih baik sekarang, memang bener ya waktu adalah penyembuh luka paling rasional sejauh ini. walaupun tulisan-tulisanku terkadang masih bertemakan dia, seenggaknya rasa sakit itu sudah tidak separah sebelumnya" Lail mencoba menghilangkan hening yang sejak tadi mengungkung mereka berdua. tapi Lail sungguh-sungguh dengan ucapannya dia sudah mulai terbiasa dengan luka itu. Lail tau sangat luka itu tak akan pernah sembuh tapi Lail juga tak ingin terus-menerus merasakan sakitnya. Lail memilih untuk membiasakan dirinya dengan luka itu dan terus menekan sedalam mungkinn rasa sakitnya.

Sukma menatap wajah Lail yang mungil dengan jilbab warna biru itu, dia tersenyum. "aku percaya kamu lail, kamu setangguh yang kamu bilang. semangat lagi ya. aku hampir ga ngenalin kamu karena keseringan murung sambil megang buku. lebih mirip hantu penunggu balkon".

"ngawur deh!" Lail menoyor kepala Sukma.

"hahha. Lai, inget kata-kata dari gus waktu kita ngaji alfiyah". tanya sukma yang tiba-tiba berbicara serius.

"banyak kali kata-kata dari gus tu, yang mana tapiiii?". Lail cemberut dengan wajah sok mikir.

Sukma hanya tertawa melihat wajah sahabatnya yang bete karena disuruh mengingat-ingat, Sukma tahu betul Lail tidak suka mikir 100% otaknya masih ori karena tidak pernah digunakan untuk berfikir.

suara bel memutus percakapan mereka.

"nanti deh siapa tau kamu inget, udah bel tuh yuk berangkat".








Masih Tentang Dia Puisimu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang