Guardian Angel: 10

60 20 0
                                    

"Nadz, ayo!"

Nadine mendecak sebal pada kedua temannya itu. Kenapa lagi kalau bukan karena Diva dan Daisy yang dengan seenaknya telah mengisi formulir pendaftaran OSIS untuk Nadine.

"Kalian tuh kapan daftarnya sih? Lagian bukannya harus pake tanda tangan orang tua ya?" gerutu Nadine.

"Hehehe, udah lama sih pas kita ngomong di kantin itu," ujar Daisy.

Diva mengangguk, lalu menambahkan ucapan Daisy. "Dan kalau soal tanda tangan, kita bilang ke Kak Axelle kalau orang tua lo lagi keluar kota."

Nadine sontak menepuk dahinya. "Emang kalian tahu orang tua gue? Lagian nih ya, my father was gone sejak gue masih SD," kata Nadine memberitahu.

Membuat kedua temannya menatap sendu, merasa tak enak dan juga bodoh.

"Aduh, Nadz! Maaf ya, gue gak tahu sumpah. Maaf banget," ucap Daisy dengan wajah menyesalnya, Diva juga ikut-ikutan.

"Apaan sih, gak apa-apa kok, udah lama juga," balas Nadine, "Ya udahlah ayo, gak apa-apa deh gue ikut OSIS. Nemenin kalian."

"Yes!" sorak dua gadis itu berbarengan.

Mereka pun berjalan menuju ruang OSIS yang letaknya berseberangan dengan ruang PPDB. Suasana sekolah yang sepi karena seluruh murid—kecuali OSIS-—telah pulang. Saat melihat jam di ponsel menunjukkan pukul setengah empat sore. Itu artinya hari ini Nadine akan pulang telat.

"Hey!"

Ketiga gadis itu mengalihkan pandangannya saat tak sengaja berpapasan dengan Lintang. Daisy yang selalu merasa excited bertemu dengan pujaan hatinya pun membalas sapaan Lintang.

"Hai, Kak!" balasnya dengan senyum ceria.

"Calon ya?" tanya Lintang pada tiga serangkai.

Orang dengan pikiran normal tentu akan menjawab 'ya', lain halnya dengan Daisy yang menjawab calon istri dalam hatinya. Bahkan memberikan tatapan kagum, membuat Nadine harus menyikut lengan Daisy pelan.

"Iya, Kak. Udah mau dimulai, 'kan?" Nadine menginterupsi sehingga Daisy kembali fokus.

"Iya, ayo masuk!" ajak Lintang.

Mereka pun masuk bersamaan dan terkejut saat melihat seisi ruangan yang mayoritas dipenuhi oleh anak perempuan ini. Mungkin kalau dalam persentase; 75% anak perempuan dan laki-laki itu sisanya; hanya 25% saja.

Ada Chyntia dan Haura juga. Ngomong-ngomong mereka beda kelas, jadi jarang bertemu.

"What the ...."

"Ayo yang baru masuk silakan cari tempat duduk, kita bakal mulai interview-nya," titah Axelle ketika melihat Nadine dan kawan-kawan.

Tiga serangkai itu pun langsung duduk di belakang dekat jendela karena hanya itu yang kosong. Kebanyakan mereka memilih sisi depan agar bisa lebih dekat dengan sang OSIS—ralat, dengan cowok-cowok ganteng itu.

"Ck, heran gue," gumam Nadine yang bisa didengar oleh kedua temannya itu.

"Apa gue bilang? Saingannya ketat pasti nih," bisik Diva.

"Ya Tuhan, semoga gue lolos seleksi supaya bisa satu organisasi sama Kak Lintang," harap Daisy dengan kedua tangan menyatu seperti tengah berdoa, sedangkan Diva dan Nadine hanya merotasikan matanya menatap kelakuan Daisy.

"Oke, selamat sore semuanya!" sapa Axelle setelah semua orang telah duduk rapi.

"Sore!" jawab mereka serempak.

"Maaf hari ini kalian harus pulang telat karena pemilihan anggota OSIS."

"Gak kenapa-napa, Kak! Lagian gak sabar nih pengen cepet-cepet masuk OSIS!" celetuk salah seorang dari mereka yang kebetulan berada tak jauh dari posisi Nadine dan kawan-kawan.

Guardian Angel 2020 | REPOST Where stories live. Discover now