Guardian Angel: 30

45 8 5
                                    

"Nadine."

Seseorang dari belakang memanggil Nadine saat ia baru saja selesai ganti seragam sehabis pelajaran olahraga. Di belakangnya nampak Diva berdiri dengan jari-jemari yang tertaut, seperti orang yang sedang gelisah.

"Nad, maafin gue sama Daisy ya? Kita berdua gak ada niat jelek, kita berdua cuma kangen main sama lo," tutur Diva saat Nadine berbalik menghadapnya.

Diva benar-benar menyesali perbuatannya, tapi Nadine sama sekali tidak tersentuh, terlihat dari ekspresi wajahnya yang datar.

"Minggir," titah Nadine masih dengan wajah datar.

"Nad, please ...." Diva memohon, tapi Nadine tidak peduli.

Nadine memutar bola matanya, lalu mengambil langkah ke pinggir Diva. Dari sini terlihat sosok Daisy yang sedari tadi berdiri di balik dinding loker.

"Nad, gue salah, lo jangan marah sama Diva," ungkap Daisy, "Gue yang ngusulin buat diemin lo, marah ke gue aja, Nad. Gue yang salah, dan gue minta maaf."

Mereka bertiga diam dalam waktu yang lama, Nadine sendiri nampak enggan menimpali Daisy, maka dari itu ia memilih pergi tanpa mengatakan apa pun. Menimbulkan kekecewaan pada hati Diva dan Daisy.

***

Istirahat kedua Nadine bersembunyi di rooftop sekolahnya, dia sedang mengingat potongan-potongan puzzle memori yang perlahan sudah terkumpul. Sejujurnya, Nadine merasa sangat sedih karena ia sudah melupakan teman-teman SMP-nya dulu, padahal sekarang mereka satu sekolah.

Apalagi sosok James Arrashi. Pria yang sedari dulu sudah menghujaninya dengan perhatian dan kasih sayang, namun kini mereka seperti orang asing.

"James, rambut aku kalau pendek bagus gak?"

"Hm?" Pria itu nampak berpikir. Dahinya yang berkerut membuat wajahnya jadi lucu.

"Ish! Kelamaan mikirnya," omel Nadine sambil memukul lengan James pelan.

James tertawa. "Habis aku bingung, kamu diapain aja juga tetep cantik, Naddie."

"Huh, gombal."

"Mau aku kuncirin rambutnya?"

Suara James membuat lamunan Nadine tentang masa lalunya buyar, dia langsung menoleh ke belakang dan mendapati James tengah menatapnya.

"Enggak perlu, aku—"

"Let me," potong James, seraya itu mengambil kuncir rambut yang ada di pergelangan tangan Nadine.

Nadine hanya diam dan akhirnya menurut, membiarkan James menguncir rambutnya. Berada di dekat James membuat jantung Nadine berdegup kencang, perasaan yang terkubur beberapa tahun belakangan tetiba muncul lagi. Rasa suka yang belum tersampaikan.

"Makasih," ucap Nadine saat James selesai menguncir rambutnya.

James lantas ikut duduk di sebelah Nadine, sebuah sofa tak terpakai yang entah dari mana asalnya. "Mau makan?" James bertanya seraya matanya menatap wajah Nadine yang membuat damai hatinya, namun sesaat kemudian dia malah dibuat salah fokus dengan kalung yang dipakai gadis itu.

"Enggak laper," jawab Nadine.

"Itu ... kalungnya dapet dari mana?" tanya James seraya menunjuk kalung yang dipakai Nadine.

Nadine menoleh kemudian refleks memegang kalungnya. Dapet dari kamu, James. "Dibeliin Raka, kenapa emang?" balasnya.

"Oh ya? Beli di mana dia?" James kembali bertanya seakan penasaran.

"Mana tahu, tanya sendiri sana," titah Nadine, lalu memandang hamparan langit yang bersih tanpa awan.

"Beneran dari Raka?" James sepertinya sangat penasaran akan kalung tersebut, hingga membuat Nadine sebal.

"Iya lah, ngapain bohong?!" timpal Nadine dengan ketus, "Lagian kenapa sih? Tumben kepo."

"Enggak, cuma penasaran aja, dia beli kalung itu di mana," balas James dengan santai.

Nadine menatap James dan tatapan mereka bertemu, kemudian dia berkata, "Kenapa? Kalungnya mirip sama punya cewek kamu, ya?"

James tertegun mendengar perkataan Nadine barusan, dia mendadak gugup dan jantungnya berdebar kencang. Akan tetapi, berusaha terlihat tenang. "Aku gak punya cewek," ungkapnya.

"Sheila tuh," cetus Nadine.

"Bukan cewekku," kata James dengan nada sedikit kesal, karena dia dan Sheila memang tidak pacaran.

"Belum, nanti juga jadian," sindir Nadine dengan raut kesal yang kentara.

James menatap Nadine lama, mengamati air mukanya, kemudian membalas, "Enggak tertarik."

Nadine mendesis lalu memutar bola matanya, dia kesal tanpa sebab. Nadine lantas memilih beranjak dari sana yang langsung dicegah oleh James.

"Di sini aja, aku masih pengen berduaan sama kamu."

***

Pulang sekolah Nadine berniat meminta Raka untuk mengantarnya pulang karena dia tidak mau diantar James, tapi saat bel pulang selesai berbunyi, Raka belum terlihat batang hidungnya. Alhasil, Nadine mencarinya ke kelas pria itu.

"Keren 'kan gue bisa naklukin Nadine kurang dari sebulan," ucap Raka kepada teman-temannya.

"Iya dah, gokil lu mah," sahut Rezy, "By the way, rahasianya apa sih? Kok bisa langsung jadian? Perasaan anak-anak lain gak ada yang berhasil."

"Ada lah, lagian kayaknya Nadine emang suka sama gue deh. Dia kalau ngelihat gue senyum mulu." Raka berujar dengan pe-denya.

"Kita taruhan lagi deh!" ajak Zian, masih tak terima karena dirinya kalah, apalagi dia harus merelakan motornya diambil Raka.

"Boleh, kali ini gue yang bakal minta!" sahut Raka.

"Menurut gue ... hubungan lo sama Nadine gak akan bertahan sampai bulan depan," ucap Zian dengan sok.

Raka mendengus sebal mendengarnya. "Oke! Kita lihat aja nanti, kalau gue menang, mobil lo jadi hak milik gue gimana?"

Nadine yang mendengarnya langsung melotot, gila saja Nadine disamakan dengan mobil. Murah sekali harga dirinya.

"Setuju!" sahut Zian.

Bertepatan dengan itu Nadine masuk ke dalam sambil menggebrak pintu, menatap Raka penuh kebencian, sedangkan Raka dan teman-temannya menatap penuh kejut dan ketakutan.

"Nad, kamu mau—"

Raka langsung jatuh tersungkur kala sebuah pukulan dari kepalan tangan Nadine mendarat mulus di pelipis cowok itu. Kedua teman Raka sampai tertegun dibuatnya.

"Gue mau kita putus!"

Setelah mengatakan itu Nadine langsung pergi meninggalkan kelas Raka, cowok itu menatap kepergiannya dengan ekspresi tak percaya.

"Sial!"

***

"Kak Jameees!" teriak Nadine dari jauh.

Beberapa murid yang ada di parkiran sekolah refleks menatap ke arah Nadine, sebagian kemudian nampak tak acuh, sebagian lagi mencibir dan menatap risih—most of them cewek. Masih belum terima saat gadis macam Nadine yang berhasil mendapatkan perhatian James. Padahal selama ini mereka selalu berusaha. Dunia sungguh tak adil untuk pengagum rahasia seperti mereka.

"Kenapa?" tanya James saat baru saja hendak menghidupkan mesin motornya.

Sementara Nadine langsung naik ke atas motor James lalu berkata, "Pulang bareng!"

"Katanya mau sama Raka?" sindir James, karena tadi Nadine menolak.

"Gak jadi, udah ayo jalan! Aku lagi bete," timpal Nadine.

"Sebel kenapa sih? Tadi baik-baik aja tuh," tanya James seraya menoleh ke belakang, mencoba melihat ekspresi Nadine.

"Harus banget ngomong sekarang, ya? Aku beneran lagi bete! Kalau gak mau nganterin aku pulang sendiri." Nadine terlihat merajuk, bahkan dia hampir turun dari motor James, tapi langsung dicegah sang empunya.

"Iya, iya, ini jalan," ujar James mengalah, kemudian pergi dari area sekolah.

Sementara, dari atas kelasnya, Raka melihat James dengan penuh kebencian.

Guardian Angel 2020 | REPOST Donde viven las historias. Descúbrelo ahora