Chapter 001 (WAM)

298 35 1
                                    

"Aku hanya belum siap dengan banyak kemungkinan, Ren. Walaupun melihat sendiri seperti apa kau dalam berumah tangga, aku ragu aku tidak seberuntung kau."

"Iya aku tahu. Tapi kau tidak akan bisa mengenal seseorang serta latar belakangnya sampai kapanpun jika kau tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam hidupmu. Ini tidak seburuk itu, percayalah."

"Latar belakang kau bagus--"

"Memangnya kau tidak bagus? Coba katakan dimana letak tidak bagusnya?"

"Kau pasti tahu maksudku."

"Menjadi yatim piatu bukanlah bagian dari latar belakang yang akan membuat kau terlihat buruk. Jika seseorang mencintaimu, dia tidak akan perduli apa pun."

"Aku akan memikirkannya."

"Jangan terlalu lama. Kau itu butuh seseorang untuk bertumpu, Chan. Hidup sendiri di dunia ini bukan pilihan yang baik. Kau tahu maksudku, kan?"

"Hm."

"Apa kau mau kucarikan seseorang? Teman dan kolega suamiku aku kenal baik beberapa, dan latar belakang mereka bagus. Kau tidak akan bertemu mertua menyebalkan."

"Tidak, terima kasih. Kriteria kita sangat berbeda."

"Hah ..., ya sudah. Cepat sana pulang. Berhenti keluyuran di jalan menjelang tengah malam begini."

"Iya, iya."

Mengeratkan beani yang membalut tubuhnya, cuaca malam ini lebih dingin dari kemarin. Jika saja dirinya tidak kelaparan dan bahan masakan tersedia di dalam kulkas, dia tidak akan berada di sini sekarang. Ya beginilah kalau hidup sendiri, tidak ada yang bisa dimintai bantuan, tidak ada yang menemani, tadinya ada, sahabat yang kini sudah menikah, setelah itu dia tetap sendiri. Semua orang memiliki jalan kehidupan masing-masing.

"Seperti apa dia sekarang, ya?" Gumamnya. Menerka-nerka membuatnya merasa frustasi, tapi mau bagaimana lagi. Benar, hidup sendiri di dunia yang kejam ini sangat sulit.

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah dia terus melamun, bahkan kakinya tak jarang menendang sesuatu, berakhir mengagetkan dirinya. Namun hari ini sepertinya tak seperti hari-hari sebelumnya. Ya, dirinya tidak akan menyangka akan menjadi korban penculikan, itu yang dia pikirkan ketika bau obat menyengat dibalurkan di kain yang menutupi hidungnya, dan membuat dirinya sadar hanya sebatas dirinya di masukkan ke dalam mobil.

Sungguh nasib yang tidak beruntung.

°~°

"Aku sudah membersihkannya. Jika dia sadar, berikan dia makan dan persiapkan dia."

"Baik, Tuan."

Sayup-sayup suara itu yang dia dengar, lalu langkah kaki yang pergi menjauh. Perlahan dia mencoba
menggerakkan jari tangannya untuk menarik kesadar penuh. Matanya terbuka perlahan mencoba membiasakan cahaya terang yang menyapa.

Pertama yang dia lihat adalah, ruangan yang terlihat mewah didominasi warna putih, dan kasur yang terasa empuk. Belum menerka lebih jauh, seseorang menyapanya dengan nada sopan dan terasa membingungkan.

"Anda sudah bangun, Tuan. Mari saya bantu Anda."

Tubuhnya yang masih terasa lemas tidak menolak bantuan orang ini. Dia bersandar nyaman dengan beberapa bantal menjadi alas sandarannya.

Orang yang membantunya ini jelas memberikan isyarat kepada seseorang yang berdiri agak jauh dari ranjang yang dia tempati ini. Orang itu mengangguk lalu meninggalkan kamar.

Beberapa saat kemudian, orang-orang datang berbaris memasuki kamar dengan sesuatu di tangan mereka. Kemudian, meja makan diletakkan dihadapannya, dengan hati-hati satu persatu tersaji apik di atas meja.

"Makanlah, Tuan. Setelah ini Tuan harus segera bersiap-siap." Ucap seorang yang setia berdiri disampingnya.

Walaupun masih bingung, dirinya tidak menolak akan makanan yang tersaji itu. Aroma lezat yang akan membangkitkan rasa lapar siapapun yang menghirup aromanya. Dalam diam dia memakan semuanya hingga tak tersisa sedikitpun.

"Ngomong-ngomong, kalian ini siapa?"

"Kami orang-orang yang dipercayakan oleh tuan Jung untuk membantu Anda bersiap-siap, Tuan."

"Bersiap-siap untuk apa? Ini di mana dan jam berapa?" Tanyanya yang semakin kebingungan.

"Ini di Kanada dan sekarang jam 6 pagi. 2 jam lagi acara akan segera dimulai. Kami harus mempersiapkan Anda."

"Pertanyaan saya belum Anda jawab semua."

Orang itu tersenyum, "itu rahasia. Sebentar lagi Tuan akan mengetahuinya."

°~°

Deg!

Matanya terpaku melihat sosok yang tidak dilihatnya lagi setelah 3 tahun yang lalu. Wajah dan ekspresinya masih tetap sama, hanya saja auranya terasa lebih menekan dari yang dulu.

Tunggu, apa yang terjadi sekarang?! Matanya mengedar kesegala penjuru ruangan. Mereka duduk rapi ditempat yang tersedia, pria itu berdiri di depan sana, dan, dia berdiri tepat di tengah-tengah dengan karpet merah sebagai alas. Dan ini tertuju ke depan sana. Dirinya tidak mengerti ini, sungguh.

Ditengah kebingungannya tiba-tiba seseorang menggandeng lengannya. Dan betapa terkejutnya ternyata sosok itu yang menemaninya hampir 10 tahun lamanya, dia tengah tersenyum manis menatap ke depan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyanya kebingungan.

"Tentu saja mengantarkan sahabatku kepada seseorang yang akan menjaganya. Hidup itu tidak ada yang berjalan mulus memang, tapi rasa takut harus kau tepis demi masa depan."

"Tapi aku tidak tahu menahu soal ini, Ren."

"Lebih baik bicarakan soal ini nanti. Semua orang melihat ke arah kita sekarang."

"Aku langsung meminta cerai setelah ini." Bisikan yang hanya sahabatnya yang mendengar.

Setiap langkah menuju altar membuatnya semakin gugup. Rasanya campur aduk sekarang. Tapi lebih mendominasi rasa takut tentang bayang-bayang kehidupannya setelah ini.

Siapa bilang menikah itu enak? Tidak enak sama sekali. Semua pemikiran orang akan sama jika berada dalam situasi yang sama pula. Jangan bermimpi menikah dengan orang kaya raya kalau kamu sendiri tidak memiliki apa pun untuk menunjang siapa dirimu. Kamu akan rawan untuk direndahkan. Hanya berjaga-jaga, tidak memukul semua dengan rata. Dan tidak selalu pasangan tetap sama pada satu pilihan dalam pernikahan. Jadi kamu sendiri harus punya persiapan.

Yatim piatu dengan ekonomi menengah tiba-tiba menikah dengan orang yang keluarganya jelas memiliki konflik internal yang mau tidak mau pasti menyeret kamu yang notabetnya adalah istrinya. Perjalanan hidup ini akan terasa lebih sulit. Terutama tanpa hadirnya perasaan cinta didalamnya. Tapi apa boleh buat, pria itu pernah menjanjikan sesuatu.

"Aku percayakan sahabatku padamu. Jangan sampai janji itu merenggut hidupmu, Tuan Mark Jung."

"Sesuai janjiku." Balas Mark tanpa ragu.

"Selamat sahabatku, Lee Haechan." Bisik Renjun ditelinga Haechan sebelum dia kembali ke tempat duduknya.

Mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Jelas sekali siapa di sini yang tidak setuju dengan pernikahan ini. Tergambar jelas di wajah.

"Apa kau gila?"

"Dia akan merusak rencanaku. Kau harus terlibat sekarang, atau kau tidak bisa bertemu dengannya sesuai dengan janjiku dulu."

°~°

What, I'm Married? ° Markhyuck Where stories live. Discover now