Daydream

18 3 3
                                    


Pria itu berlari di lorong-lorong berwarna putih dengan cepat. Tak peduli dengan perkataan orang-orang di sekitar yang mengatakan tidak boleh berlarian di rumah sakit, ia juga tidak peduli dengan cacian beberapa orang yang ia tabrak dengan tidak sengaja. Ia juga tidak peduli dengan tampilannya. Jas hitam yang sudah dilepas, dasi hitam bermotif kotak-kotak yang sudah tidak ada, dan dua kancing atas kemeja putih yang sudah hilang entah kemana.

Karena tujuan otaknya kini tertuju pada seorang wanita yang sedang berjuang di ruang rumah sakit yang bernama Ruang Operasi.

"Aku mohon bertahanlah."

SORRY

Naruto has Masashi Kishimoto

Pairing by Minato .N. and Kushina .U.

Genre Family and hurt/comfort

RATED T

...

Tokyo, 07.00 a.m

Pagi yang sama dengan cuaca yang sama pula, mendung. Beberapa hari ini cuaca kota Tokyo memang berhujan. Menghela nafas wanita yang tadi melihat keluar lewat jendela, kini memalingkan wajahnya kepada seorang pria yang menurut hukum adalah suaminya itu diranjang. Bahkan ketika sarapan sudah siap, pria tersebut tetap belum terbangun juga.

"Minato bangun! Sudah jam tujuh pagi," Kushina mengguncang-guncang tubuh suaminya. Ia bergerak! Badan suaminya akhir nya bergerak juga, tapi tunggu apa yang...

"Kyaa~" dengan sigap Minato memeluk tubuh istrinya hingga tubuh Kushina sekarang berada di atas tubuh Minato.

"Beri aku ucapan selamat pagi maka aku akan bangun," bagus Kushina. Awalnya kau hanya berniat membangunkan suami mu, kini, malah dirimu sendiri yang terjebak dalam perangkapnya.

Kushina tidak habis pikir mengapa ia dengan mudahnya ditipu oleh makhluk berambut kuning ini. Mulut suaminya dengan pelan menghembuskan nafas di antara telinga dan lehernya, menggoda dengan lihainya. Cukup! Kushina tidak dapat terhipnotis terus seperti ini.

"Ayolah Kushina, hanya sebuah kado kecil," seringai itu kini memenuhi wajah Minato, lihat betapa bahagianya ia ketika menggoda istrinya tersebut.

Baiklah, tidak ada pilihan lagi bagi Kushina. Karena ia tahu suaminya pasti tidak akan melepaskannya. Secara perlahan namun pasti wajah Kushina mendekati wajah suaminya tersebut. 5 cm, 4 cm, semakin dekat dan

"Auw.. Kushina apa yang kau lakukan!" Kushina terjatuh ke sebelah ranjang dengan tertawa puas melihat wajah suaminya yang tersakiti.

"Kau mencubit, hah!" Baiklah suaminya itu marah tapi, hei bukankah itu bagus itu artinya Minato telah bangun. Dengan sigap Kushina bangun dan duduk di sebelah suaminya yang cemberut.

"Ayolah Minato jangan cemberut seperti itu. Aku hanya ingin membengunkanmu, itu saja," senyum dari paras cantik itu belum hilang dan inilah yang membuat Minato semakin kesal.

"Tapi bukan cara seperti itu yang aku inginkan. Bagus, sakitnya bahkan belum hilang."

"Ayolah Minato, aku tahu kalau kau tidak dibangunkan seperti tadi kau tak akan bangun. Jadi sekarang tuan Dirut kau harus bangun bersiap-siap pergi untuk bekerja. Oke," dengan senyum penuh kemenangan Kushina menuju lemari dan mengambil handuk berwarna hijau dan melemparnya ke arah Minato, dengan sigap Minato menangkap handuk tersebut.

Minato berjalan menuju kamar mandi namun sebelum ia benar-benar pergi ke kamar mandi, Minato dengan cepat mengambil satu ciuman dari istrinya tersebut. Tidak sampai 2 detik namun mampu membuat Kushina merona hebat.

Bruk ... Suara pintu kamar mandi berdentum dengan keras. "Aku rasa aku harus benar-benar ke rumah sakit sekarang," gumam Kushina.

....

...

..

.

Minato kini berdiri di depan cermin, 3 menit berlalu tapi ia masih bergelut dengan musuh bebuyutannya. Apa lagi kalau bukan si tali panjang bernama dasi. Ia masih tidak percaya bahwa istrinya dengan tega membiarkannya bergelut sendiri dengan dasi sedang istri nya hanya memperhatikan dari sisi ranjang.

"Kushina please. Kau tahu kan kalau aku sulit memakai dasi," Kushina tidak menggubris perkataan suaminya tersebut. Seriously, Kushina masih marah atas insiden tadi pagi yang Minato sulit di bangunkan dan sekarang suaminya merajuk karena tidak bisa memakai dasi.

'Aku dapat ide,' inner Kushina mulai berbicara. Ide, tentu ia mendapatkannya, membalas perbuatan suaminya tersayang pasti akan mengasyikan.

Kushina mulai berjalan menuju arah Minato dengan seksinya ia berjalan dan setibanya didepan Minato. Ia tidak membantu Minato, Kushina malah memgambil sisir yang berada di atas meja rias dan mulai menyisir rambut nya dengan lembut dan pelan.

Minato hanya terpaku akan apa yang dilakukan oleh Kushina. Sungguh, kali ini Kushina melewati batasnya, bukan karena Kushina mendiamkannya tapi karena Kushina dengan sengaja menyisir rambutnya di depan Kushina. Harusnya Kushina paham bahwa membangunkan singa jantan yang lapar sangat tidak baik.

Maka dengan perlahan Minato mendekati Kushina yang sedang menyisir rambut dan grep, ke dua tangan Minato kini telah memeluk Kushina dari belakang.

"Mi... Minato apa yang kau lakukan, hah!?" Kushina sangat terkejut atas apa yang Minato lakukan. Harusnya ia berpikir ulang sebelum menggoda suaminya itu.

"Sudah ku bilang bukan. Aku tidak tahan dengan aroma lavender mu itu," Minato menyimpan dagu nya di atas bahu Kushina. "dan mengapa kau menggoda ku, hm?"

Sungguh Kushina tidak habis pikir mengapa ia dapat terbuai oleh sentuhan-sentuhan yang diberikan oleh suaminya tersebut. Kushina menutup matanya tidak tahan dengan herpaan udara yang berada di lehernya.

"Hahaha.. Wajah mu itu lucu sekali Kushina," tawa Minato tiba-tiba meledak ketika melihat wajah istrinya yang memerah karena godaannya yang berhasil.

Kushina membuka matanya dan menatap Minato dengan tajam, hari ini ia digoda habis-habisan oleh Minato.

"Kau jahat Minato, jahat.. Hiks.. Hiks.. ," Kushina terus memukuli dada Minato dan tanpa ia sadari air matanya kini telah keluar. Membuat jalur-jalur nya sendiri.

Minato yang merasa bersalah karena telah membuat Kushina menangis langsung memeluknya. Berharap dengan pelukannya tangis istrinya dapat mereda. Setelah merasa yakin bahwa Kushina tidak menangis lagi, Minato pun meminta maaf dan Kushina hanya mengangguk untuk menjawab permohonan maaf tersebut.

"Sekarang bisakah istri ku menolongku. Tolong pakaikan dasi untuk suami mu ini," dengan puppy eyes andalannya akhirnya Kushina mau memakai kan dasi.

"Sudah beres, sekarang ayo sarapan. Aku sudah sangat lapar," ucap Kushina dengan menarik tangan Minato. Minato hanya dapat tersenyum melihat mood istrinya sudah membaik kembali.

.

..

...

....

"Apa hari ini kau akan makan siang diluar lagi Minato?" Tanya Kushina sembari memberikan tas kepada suaminya tersebut di depan pintu rumah mereka. Hujan mulai membasahi kota Tokyo.

"Aku rasa tidak, mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Tidak aku hanya ingin mengantarkan makan siang ke kantor mu. Tapi sebelum ke kantor mu aku akan mengunjungi rumah sakit, ingin memastikan sesuatu," aku Kushina dengan jujur. Sebenarnya ia ingin memastikan hal ini dari kemarin, namun karena beberapa hal ia jadi pergi hari ini.

"Memastikan apa?" Kerutan di dahi Minato mulai tampak. Ia merasa curiga dengan Kushina apalagi Kushina akan pergi ke rumah sakit.

"Rahasia, jadi bolehkan. Lagipula jarak dari rumah sakit ke kantormu hanya membutuhkan waktu 25 menit."

"Baiklah, tapi kau harus hati-hati karena jalanan licin dan hujan sepertinya akan lama," dengan terpaksa Minato mengijinkan Kushina pergi, karena sejujurnya ia tidak bisa menolak semua keinginan istrinya.

.

..

...


bersambung...

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang