0. Prologue

2.8K 425 49
                                    

Hisgel sedang merias wajahnya sambil bertanya-tanya dalam hatinya kenapa di usianya yang sudah bekerja, masih wajib mengikuti acara keluarga. Bukan, bukan takut mendapat pertanyaan kapan nikah dari Om dan Tante-nya, karena para sepupunya yang usianya jauh lebih matang pun banyak yang belum nikah. Bahkan, hari ini Hisgel akan mendatangi pernikahan sepupunya yang jaraknya terpaut 12 tahun darinya. Maklum, di keluarga Batak, menikah di usia yang sangat matang adalah hal yang wajar, yang dikejar adalah karir dulu.

Yap, Hisgel adalah peranakan dari kedua orang tua dengan suku Batak, alias Batak Tulen, tapi perempuan itu ngga pernah mau menyebutkan marganya ke orang-orang dengan alasan, "karena di KTP ngga ada marga, jadi ya nyebutin namanya sesuai yang di KTP aja," atau lebih tepatnya kalau bisa dia ngga mau memperkenalkan dirinya ke orang-orang.

Ponselnya berdering kala itu, terpampang nama Bang Daffin di layarnya.

"Halo?" sapa Hisgel ragu. Pasalnya hubungan dia dan Daffin tidak seakrab itu untuk bisa saling menelpon. Terakhir mereka bertemu adalah Natal tahun lalu, dan sekarang tengah tahun. Anak itu bingung, seniornya ini kerasukan apa sampai memiliki dorongan untuk menelpon dirinya.

"Lo dimana?" tanya sebuah suara.

"Kenapa?"

"Dimana?"

"Rumah, kenapa?"

"Kok ngga ke Gereja?"

Kening Hisgel berkerut. Dia tidak salah ingat hari kan, ini masih hari Sabtu kok. Lagipula, perempuan itu jarang ke Gereja, dia lebih suka ibadah dari rumahnya, lebih tepatnya kamarnya.

"Ini kan Sabtu?" nada Hisgel menggantung.

"Iya tau ini Sabtu, terus kenapa ngga dateng?"

"Ngapain?" tanya Hisgel akhirnya.

"Berlian tunangan, tetangga lo ini tunangan, bisa-bisanya lo ngga dateng."

Mata Hisgel membulat. Dia bahkan ngga tau-menau bahwa hari ini tetangganya itu tunangan. Ya, bisa dibilang kemampuan komunikasi Hisgel di bawah rata-rata. Dia tidak memiliki keinginan untuk menanyakan sesuatu ke orang lain, dan memiliki mindset 'kalo orang lain mikir gue harus tau, pasti akan ada yang ngasih tau kok."

"Ya mana gue tau kalo dia tunangan hari ini, dia ngga info apa-apa."

"Gila ya, ini tetangga lo yang lain pada disini."

"Oh..."

"Gue dari pagi udah disini."

"Ngapain?"

"Ya acaranya dari pagi."

"Kenapa ngga bilang dari pagi?" tanya Hisgel.

"Karena gue pikir lo bakal dateng siang, soalnya acara pagi kan buat keluarga."

"Kenapa lo dari pagi? Sejak kapan lo jadi keluarganya Berlian, Bang?"

"Engga, gue tugas dari pagi. Kalo acara Batak itu sebelum nikah ada yang namanya 3M..." Daffin menjelaskan rangkaian acara yang dia lalui dari pagi.

"Oh..."

"Buruan kesini, udah lama loh kita ngga ketemu."

Kening Hisgel berkerut. Sejak kapan mereka menjadi se-akrab itu dan harus ketemu. "Ngga bisa, gue mau ke nikahan sodara."

"Lah, daritadi kita telponan lo ngga ada bilang kalo mau pergi," protes Daffin.

"Iya, kan lo ngga nanya."

"Kecewa gue sama lo, Gel."

"Iya, yaudah."

"Bisa sih bikin gue ngga kecewa, dateng lah ke Gereja."

"Ngga bisa, gue mau pergi."

"Bukan sekarang, minggu lah. Udah lama banget gue ngga ngeliat lo di Gereja."

Hisgel dan Daffin terpaut usia 4 tahun. Pertemuan dan pertemanan mereka diawali dengan Hisgel yang sedang menonton lomba paduan suara antar wilayah di Gerejanya bersama dengan tetangganya yaitu Berlian, Nova, beserta Tian dan Daffin sekitar 8 tahun yang lalu. Daffin ini kakak kelas Berlian 1 tahun di SMA-nya, kebetulan Berlian ini pacarnya Tian dan saat itu Nova suka sama Daffin, jadi keberadaan Daffin dan Tian bersama dengan Berlian dan Nova memang hal yang wajar.

"Ini siapa?" tanya Daffin sambil menunjuk Hisgel.

Hisgel yang ditunjuk seperti itu hanya menatap mata Daffin dengan bingung. Sejujurnya dia ngga memperhatikan sekelilingnya, yang dia tau di sampingnya ada Berlian dan itu sudah cukup. Hisgel menoleh ke sebelah dan melihat Berlian yang tersenyum ke arahnya.

"Ini namanya Hisgel, Bang, adek gue nih. Gel, ini namanya Bang Daffin."

Daffin mengulurkan tangannya terlebih dahulu.

"Halo, gue Daffin. Namanya siapa?" tanyanya diakhiri dengan senyum tipis.

Hisgel kembali menatap Daffin yang berdiri di depannya. Kenapa harus ditanya nama lagi, kan tadi sudah disebut kalau namanya Hisgel.

Melihat tangan yang masih terulur di depannya, Hisgel dengan berat hati menjabat tangan itu. "Panggil aja Princess."

"Hah? HAHAHAHAHAHA, Princess banget?"

Hisgel mengangguk, dan melepas jabatan tangan mereka.

"Terakhir lo ke Gereja kapan sih, Gel? Udah lama banget kan ya?" tanya Daffin karena ajakannya tadi tidak mendapat respon.

"Baru-baru ini kok, pas Natal kan kita ketemu," ucap Hisgel.

"Natal udah 6 bulan yang lalu, Gel."

"Tapi gue ibadah di rumah kok," Hisgel memberi klarifikasi sebelum di-judge.

"Yang gue bahas kan ke Gereja-nya, Gel, bukan ibadahnya."

Lagi-lagi ngobrol sama Daffin bikin kening Hisgel berkerut. Sambil ia melihat pantulan dirinya di cermin kecil, takut kalau foundation-nya malah mengikuti garis halus di wajahnya. "Ke Gereja bukannya buat ibadah?"

"Ya iya, tapi kan ketemu sama orang-orang juga. Gue baru-baru ini ngomongin lo loh ke temen-temen lo. Gue nanya lo masih hidup apa engga, kok bisa ngilang dari Gereja 6 tahun gitu."

Sebenernya Hisgel bukan tipikal anak yang aktif di Gereja, dia ngilang 6 tahun karena 4,5 tahunnya di luar kota dan 1,5 tahunnya memilih untuk ibadah di rumah aja.

"Lo udah ngilang dari Gereja 6 tahun, tetangga lo tunangan lo ngga dateng, ini gue nelpon lo selain supaya cepet, supaya yakin aja kalo lo emang masih bernafas gitu"

"Masih kok, masih hidup."

"Kalo gitu besok ke Gereja ya."

"Hmmm..."

"Hmmm apa? Iya kan?"

"Liat besok aja."

"Ngga mau tau, kalo lo ngga dateng ... ah kacau lah Gel."

Tanpa disadari, ujung bibir Hisgel terangkat sedikit.

"Bang, ini lo telponan sama gue kok bisa ya? Emang acaranya belom mulai?"

"Oh iya, udahan dulu ya, gue musti fotoin Berlian. Daaaah, gue tunggu lo besok di Gereja."

"Daah..."

"Awas ya kalo besok gue ngga ngeliat lo, kecewa sih gue."

--TBC--

Gimana prolognya?

Lanjut ngga nih?

06.03.23
ta🩵

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Take Me to ChurchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang