[1]

255 27 1
                                    

"sekarang kalian sudah sah menjadi sepasang suami istri."

luna tidak tahu harus bahagia atau malah menderita. bukankah pernikahan adalah hal yang begitu sakral? yang begitu membahagiakan? lantas mengapa semuanya terasa sangat... kosong.

seakan sumpah janji yang diucap tadi hanyalah omong kosong belaka. tidak hanya luna, lelaki yang berdiri di sampingnya ini juga merasakan hal serupa. dia memandang luna dengan tajam sebelum kemudian keluar dari ruangan gelap dan pengap ini tanpa kata.

benar, luna melangsungkan pernikahan dengan lelaki ini tepat di hari ke—entahlah, hari keberapa ini? ia sudah berhenti menguitung— ia terkurung di penjara bawah tanah malfoy manor. mana lagi yang lebih menyedihkan dari pada ini? luna terkekeh miris dalam hati.

luna tidak mengerti, memangnya apa salahnya selama ini? ia tidak pernah mencari masalah pada satu pun pelahap maut diluar sana. lalu wanita gila dengan rambut ikal berantakan itu datang dan mengatakan bahwa ia harus menikah dengan draco malfoy sebagai hukuman atas lalainya lelaki itu dengan tugasnya.
             
hukuman macam apa ini? tidak waras.

yang luna tahu, draco malfoy sangat benci terhadap orang aneh seperti dirinya. apa kehidupan para pelahap maut itu memang tidak masuk akal seperti ini? apa hukuman yang mereka terima itu mengorbankan atau mengikat orang lain? sebab wanita gila itu bilang draco menjadi pelahap maut karena ayahnya gagal mengemban tugas, dan sekarang ia menjadi istri dari seorang pelahap maut karena lelaki itu juga gagal.

sial. luna mengumpat untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh belas tahun ia hidup di dunia ini.

luna sungguh, tidak bisa menerima ini. tapi ia juga tidak bisa apa-apa, tongkat sihirnya di tahan. ia seorang diri disini, dan ia tidak sekuat hermione granger untuk melontarkan setidaknya satu atau dua mantra kutukan sebagai sikap perlawanan diri.

saat penjara bawah tanah sudah benar-benar kosong ketika orang-orang menjijikan itu pergi, barulah luna mulai melepas topengnya. ia menghela nafas berkali-kali, pandangannya memuram dan setelahnya ia mulai terisak.

ia tahu, bahwa mulai besok.. kehidupannya yang selama ini ia anggap normal, sudah berakhir.

luna memeluk dirinya sendiri, ia takut.

"bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini hidup-hidup?" tanyanya pada ruangan dingin yang lembab itu.

suaranya yang menyedihkan bergema.

dan luna terisak lagi.

*

draco mengacak rambut pirang platinanya dengan kasar. sudah berantakan sekarang, pelipisnya berkeringat. ia menatap pantulan wajahnya sendiri di wastafel kamarnya dengan bengis.

mendadak, ia benci bahwa dirinya adalah seorang draco malfoy.

untuk pertama kalinya, ia membenci fakta bahwa dirinya adalah seorang malfoy. ia membenci fakta bahwa ayahnya adalah penyebab ia turut ikut campur dengan hal gila ini. ia membenci fakta bahwa ia sudah menyeret seorang gadis aneh menjadi bagian dari seorang malfoy.

"son?"

suara ketukan pintu terdengar. draco memejamkan matanya sejenak, dalam hati berharap ibunya hanya datang seorang diri. tanpa ditemani bibinya yang gila itu.

ia membuka pintu kamar mandi dan mendapati narcissa menatapnya dengan senyuman dibibirnya yang pucat. hilang sudah wibawanya yang selama ini wanita itu pancaran.

draco menghela nafas, "maaf, mother. father pasti akan membunuhku jika tau aku menikahi seorang lovegood, father benci ayah gadis itu kan?"

"namanya luna, draco. dan dia istrimu, jangan panggil dia dengan sebutan gadis itu." narcissa bersuara dengan tegas namun terdengar lembut, "jika ayahmu sudah bebas nanti, mother akan memberinya pengertian."

"tidak perlu, aku akan menceraikannya nanti." draco berucap dingin. ia mendudukkan dirinya pada sofa kamarnya dengan lelah, "kapan aku akan kembali ke hogwarts? aku tidak tahan disini."

narcissa ingin membantah. tapi mengingat ia tahu betul seberapa tertekannya draco, wanita itu hanya memberikan pandangan sedih. sesekali mengusap bahu putranya, guna menenangkan.

tidak memberikan jawaban sebab narcissa juga tidak tahu kapan ia bisa kembali benar-benar merasakan berada di rumah, tempat yang aman dan membahagiakan. bukan tempat yang sekarang mengurungnya.

"mother dengar dari bella—" narcissa berucap, mengayunkan tongkat dan melempar mantra selencio. "—katanya harry potter menghilangkan diri dari dunia sihir. tidak ada yang tau dimana dia berada, dan itu yang membuat pangeran kegelapan marah pada semua pengikutnya." ia membelai surai anaknya dengan lembut, "kita bisa saja diam-diam melawan balik pelahap maut yang lain, tapi kasus bellatrix adalah hal yang berbeda."

draco tahu, ia tahu ibunya memang tidak pernah bisa melawan bellatrix. bahkan sejak dulu. andromeda yang anak tengah berani menentangnya hingga kabur dari ideologi keluarga black, tapi narcissa tidak pernah seberani andromeda.

"kita tidak bisa apa-apa, draco." narcissa memeluk draco dengan erat. "pangeran kegelapan menunjuk bellatrix langsung untuk menghukum dirimu, pangeran kegelapan sebelumnya selalu menghukum kita dengan tongkatnya sendiri, kali ini dia menyuruh orang lain."

"kau tentu bisa membayangkan sebahagia apa bibimu itu saat menyanggupinya, kan?"

draco mengangguk dengan enggan, masih dengan narcissa yang memeluknya. hidup bellatrix hanya tertuju pada voldemort, dia meletakkan tuannya itu diatas segalanya. dia bahkan membunuh sepupunya sendiri, sirius black. dengan wajah bahagia.

orang gila, pikir draco.

"sekarang mother mau kau membawakan selimut untuk luna." narcissa bangkit, membuka lemari draco dan mengeluarkan selimut hangat dengan warna hijau keperakan milik lelaki itu. "ini, bawakan padanya."

"mengapa harus aku?" tolaknya tidak terima.

narcissa berdecak, "karena dia istrimu."

"dia hanya hukumanku, merlin.." draco mengerang frustasi. "baiklah baiklah, jangan menatapku seperti itu mother." ia mengalah dan mengambil selimut dari tangan ibunya.

draco berjalan gontai dengan enggan menuju ruang bawah tanah rumahnya. dalam hati berdoa semoga saja ada cara keluar dari rumahnya yang terkutuk ini.

"aku menikahi seorang lovegood? cih, yang benar saja." dengusnya sepanjang perjalanan.

*

note:
cerita ini ditulis karna aku sedang kangen draco, cerita ini ngalir begitu aja setelah ngeliat editan lucu draco dan luna yang mampir ke fypku.

ceritanya bakalan ringan dengan alur yg cepat, mungkin nggak akan sampai belasan chapter. benar-benar ditulis hanya karna aku kangen draco wkwk.

happy reading !!

Take a Chance with Me (on hold)Where stories live. Discover now