Prolog

36 11 0
                                    

Ditatapnya langit malam yang hanya dihiasi oleh bulan, tanpa bintang. Rasanya ruang angkasa yang luas itu tampak sunyi dan hampa, seperti yang dirasakannya selama lima tahun ini.

Gadis berusia dua puluh tahun itu menghela napas panjang dan berat, kesedihan yang dirasakannya selama ini berdampak besar bagi kehidupannya. Bukan hanya ia, begitu pula dengan anggota keluarganya yang lain.

"Masuklah, Za, ini sudah larut!"

Diliriknya wanita tua yang berdiri di pintu halaman belakang rumah, tanpa ekspresi. Tak ada jawaban darinya, wanita tua itu kembali masuk ke dalam dan meninggalkannya sendiri.

"Di mana mereka dan bagaimana kabarnya?"

Kesekian kalinya, kalimat itu terucap kala sedang menatap langit malam. Biasanya ia akan di temani dua orang tersayangnya, tetapi mereka tak ada dan entah di mana. Ayah dan kakak laki-lakinya.

Setelah lama berdiam diri, ia beranjak ke dalam rumah dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas lemari kecil di ruang tamu. Wanita tua tadi ternyata memperhatikannya diam-diam dan terus meneriakkan nama gadis itu, tetapi diabaikan.

...

Mobil itu berhenti di tepi jalan yang sepi, hanya ada beberapa mobil yang lewat. Di tempat seperti inilah ia menuangkan seluruh emosinya melalui air mata. Kesedihan yang tak bisa ia tunjukkan di depan keluarganya karena tidak ingin membuat suasana semakin buruk.

Ibunya terpuruk setelah kejadian lima tahun lalu, ditambah dua tahun kepergian sang kakak yang beniat mencari ayah mereka, tetapi malah menghilang.

Di tempat inilah pertemuan terakhir antara dirinya dan sang kakak dua tahun lalu untuk mendapatkan informasi mengenai sang ayah. Namun, malam selanjutnya pemuda itu tak pernah datang menemuinya. Ia tak henti menunggu dengan waktu yang sama, tetapi usahanya percuma.

Kepingan kisah masa lalu yang indah, ingin ia rasakan kembali. Tekadnya untuk mencari kedua orang tersayangnya selalu digagalkan dengan kondisi sang ibu yang semakin memburuk. Ia tak ingin kehilangan mereka, tetapi waktu dan keadaan tak berpihak padanya.

"Di mana kalian dan bagaimana aku menemukannya? Apa kalian lupa jalan pulang?"

Air mata itu semakin deras.

Setelah menuangkan semua emosinya, gadis menghela napas panjang lalu menyalakan mesin mobil. Namun sayangnya, ketika hendak melajukannya, sebuah mobil lain menghantam mobilnya dengan keras.

Mobil hitam gadis itu melayang dan terguling di udara beberapa kali karena kencangnya laju kendaraan yang menabraknya tadi. Mobil itu mendarat dalam keadaan terbalik.

Malam yang sunyi itu semakin mencekam, mobil yang menabraknya tadi langsung menghampirinya. Ternyata mobil itu tak sendiri, ada beberapa mobil lain yang mengikuti dan berhenti membentuk satu garis lurus.

Satu persatu orang ke luar dari mobil-mobil tersebut dan mendekati gadis tak berdaya itu.

Hal terakhir yang dilihatnya sebelumnya semua menjadi gelap adalah sosok pemuda bertubuh gagah dengan pakaian serba hitam, begitu pula topi dan masker yang dikenakannya.

Mobil yang sudah hancur itu dengan kaca yang pecah itu memudahkannya membuka pintu untuk menyelamatkan gadis tersebut.

Walau matanya tertutup, gadis itu bisa merasakan sebuah tangan yang berusaha mengeluarkannya dari sana. Pemuda itu berteriak meminta pertolongan teman-temannya, setelah ia berhasil ke luar dari sana, kala itulah ia kehilangan kesadaran.

Tepat saat mereka berhasil mengeluarkan gadis itu dan menjauh, mobil yang hancur itu mengeluarkan asap dan dalam beberapa detik meledak.

MALIGNITY : Encounter The Traitor (COMPLETED)Where stories live. Discover now