we're.

59 5 5
                                    

*࿐

"Miiaung."

Terlihat seekor kucing berjalan dan memunculkan sebuah suara yang imut nan lucu, membuat kucing itu menarik perhatian seorang gadis yang tak kalah manis mendekat padanya.

Gadis itu berlari mendekati seekor kucing tersebut, dengan helai rambut emasnya yang terbawa arus angin dan di sinari wajahnya oleh terik matahari pagi. Dia memegang kucing tersebut dengan ala ala mengelus dengan lembut.

"Haha, nama kamu siapa? lucu banget, pengen aku culik!" Tak tersadar, lontaran dari seorang gadis tersebut di dengarnya oleh lelaki yang sedang bersama dirinya. Lelaki itu juga tak kalah cakepnya dari sang gadis. Ketika satu kaki ia langkahkan, tercium aroma parfum mewah di jas miliknya. Dari situ, sudah sangat menggambarkan bahwa ia bukan orang biasa.

"Hm~? i think, i found two little kitty here."

Mendengar sebuah sapaan tak sopan darinya, gadis itu menoleh ke arah sumber suara itu. Tak lain lagi, perempuan itu sudah menyadarinya jika itu adalah seorang Ajax.

"Tuman banget, sih, kamu, Jax. ngomong kayak gitu." Sang perempuan sambil sedikit tersipu dan tidak ingin memperlihatkan bahwa dirinya sedang percaya diri karena perkataan yang lelaki itu katakan.

"Fakta, kok. Ahaha, kamu gak suka?"

Pertanyaan yang sangat membingungkan jika ada pilihan untuk di jawab, sang gadis sebenarnya sedikit senang jika kekasihnya memperlakukannya seperti itu, tetapi di sisi lain itu menjengkelkan baginya. Rasanya jika kekasihnya mengatakan hal seperti itu, membuatnya merasakan jika kekasihnya sendiri seperti buaya.

Karena lamunan sang perempuan berambut pirang itu, ia mengabaikan sekitarnya. Lebih seperti, tidak tersadar akan sekitarnya sendiri. Membuat lelaki itu tahu apa yang di fikirkan oleh sang gadis.

"Lu, MiNe!"

Tersadar dari lamunan tersebut, dirinya terkejut dari panggilannya.

"Ah—!"

Dirinya reflek bersuara karena saking terkejut dirinya, Lumine menatap sekelilingnya dan ternyata lelaki itu sudah di depan wajahnya sendiri, menatapnya sehingga dua manik masing masing mata mereka bertemu dengan jelas. Manik emas dan biru gelap bagaikan cahaya yang menyinari kegelapan.

"Hayo, mikirin aku, ya?" Godaan lelaki itu membuat Lumine menatap sinis ke dirinya.

"Ngagetin banget, sih!"

Omel sang gadis sambil memeluk kucing yang ia elus tadi, kini Ajax merasakan dirinya akan terkena diabetes karena wajah ngambeknya itu terlalu imut dan menggemaskan.

"Ahaha, maaf, sayang. Kamu mau kucing itu? aku bisa beliin yang banyak kalo mau."

Tetapi sayangnya, bukannya senang atas tawaran dari Ajax, sang gadis itu semakin menatap sinis kepadanya.

"Gak, gak usah. Ini kan makhluk hidup, gak semuanya kamu bisa beli sesuka hati pakai uang kamu."

Cerdik sekali.

Pikir sang lelaki dengan senyum serta tertawa kecil yang ia tunjukan, membuat kekasihnya sendiri kebingungan apa yang ia tertawakan.

"Kenapa sih? gaada yang lucu, tau."

"Ada, kamu."

Lagi lagi, Ajax sukses membuat kekasihnya tersipu berat sehingga membuat telinganya menjadi merah, sedangkan Ajax sendiri tertawa kecil ketika perempuannya mengomel pada dirinya, bukannya menyimak dan merasa bersalah tetapi dia menatapnya dengan tatapan cinta.

Kini mereka berdua berjalan melanjutkan kencan romantic-nya di hari itu. melihat penampilan sang gadis pun lelaki itu sangat terpesona dengan parasnya, cantik, imut, anggun, elegan, sampai semua kata pujian ingin ia sebutkan. Rasanya dia ingin menangis tersedu sedu karena beruntung dia memiliki gadis sempurna itu.

"Itu lucu bangett! hiasannya imut, aku sukaa!"

Mata manik gadis itu terkagum kagum dengan tempat yang kekasihnya tunjukan. Tentunya, sebagai pacar memang sudah seharusnya memperlakukannya begini.

"Iya, dong. Siapa dulu yang bawa kamu kesini?" Kata lelaki itu dengan menunjukan senyuman percaya diri.

Gadis yang sedang memegang lolipop di tangannya pun tersenyum kecil karena bahagia. Kini dia juga merasakan hal yang sama, dia berfikir bahwa dirinya beruntung memiliki laki laki itu.

"Iya, iya. Thank you, Ajax."

Lelaki itu tersenyum tipis dengan telinga memerah dengan apa yang gadisnya katakan. Gadis itu full tersenyum manis padanya dan mulai berfikir indoor atau outdoor? serta otaknya yang melayang entah kemana.

Pengen ku cium, deh.

Pria itu langsung menggeleng gelengkan kepalanya dikarenakan pikirannya yang makin kesana makin kesini.

"Ajax, kamu kenapa?" Dengan khawatirnya si gadis yang sedang bersamanya, dia tidak sadar kalau gadis itu daritadi memerhatikannya melamun tak jelas.

"Oh? gak papa kok, Lumi." Karena bingung ingin menjawab apa, ia pun hanya reflek mengandalkan mulutnya yang mencari alasan agar aman. Mengesampingkan hal itu, kini Ajax berjalan ke depan tubuh lumine dan berjongkok.

Tak heran jika gadis itu kebingungan dengan tingkahnya, dia benar benar ada ada saja.

"Ayo, naik."

Ah, gadis itu terpaku setelah menyadarinya, butuh loading beberapa lama untuk menyadarkan dirinya. Mau tak mau, Lumine tak bisa menolaknya, ia mulai naik ke arah punggung Ajax di depan matanya. Disitu juga tercium aroma parfum jantan dari dirinya, parfum yang sangat pengat. Kini Lumine berada di gendongan Ajax sendiri.

Merasakan hati yang bergejolak bahagia, kedua pasangan itu berjalan sambil bergendongan. Lumine pun terus tersenyum ketika berada di atas Ajax. Siapa yang tak kagum? dia melihat pandangan orang orang dari tinggi, dia melihat semua cahaya lampu hiasan yang ada di daerah sana.

Indah, Pikirnya.

Selain kagum dengan pemandangan tersebut, dia tak melupakan rasa cintanya pada Ajax. Hatinya terus berdegup kencang saat berada di gendongannya, wajahnya full merah seperti tomat yang direbus. Tetapi dia sangat senang, bahkan dia berfikir jika dia di suruh untuk mendeskripsikannya itu tak akan cukup seribu paragraf sekalipun.

Crisis;Love————✧”

Usai mereka bersenang senang, keduanya kembali ke mobil sang Ajax. Lumine menganggap ini sangat menyenangkan, tetapi di sisi lain dia juga sangat lelah dan terus mengeluh secara tak sadar. Ketika Ajax menyetir pun, dia hanya bisa tertidur lelap dalam mobilnya.

Lucu, pikirnya.

Ajax memikirkan banyak hal sesambil tertawa sendiri, benar. mungkin bisa di bilang itu adalah kegemarannya. dia pun memberhentikan mobilnya sebentar dan melepaskan jas nya, menaruhnya di punggung gadisnya sendiri lalu menyalakan AC nya untuk menyejukkan badan.

Raut wajah Ajax tentunya juga sangat kelelahan, apalagi sesaat dia menggendong kekasihnya yang mungil. Mata manik birunya yang menyala dalam kegelapan jalan membuatnya merasakan hal yang sangat tidak biasa.

"I love you, Lumine Viatrix."

————————

nah, ini book nyampah aja, sih.
pas awal2 aku buat akun, akutu udah publish chilumi ini dengan judul yg sama, jdinya tinggal ku re-publish dan revisi ajaa! iseng iseng juga sie,, dan bakal up juga pke tulisan yg duluku yg udh di revisi!

chilumi tu lucu gemes, ak jd mw greget gt lihat mrka hehewye.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

crisis love: chilumi. Where stories live. Discover now