1. Percakapan Tentang Malaikat Kematian

18 3 0
                                    

Malam sudah bertandang nyaris setengah putaran jam, tetapi belum terlalu larut untuk Nikala terlelap dalam tidurnya. Gadis kecil bergaun tidur merah muda itu malah berjalan mengendap-endap di sepanjang lorong tanpa penerangan. Ia bahkan berjinjit ketika melewati kamar ibunya, satu tangannya mengangkat gaun sementara yang lain memeluk erat stoples berisi kunang-kunang. Ukuran stoples itu cukup besar untuk dipeluk tangannya yang mungil.

Dari kejauhan, ia melihat cahaya terang berasal dari pintu kamar Kakaknya yang terbuka, satu-satunya cahaya yang membuat lorong itu terasa hidup. Tanpa berpikir panjang Nikala segera berlari memasuki kamar Kakaknya, karena memang itu tujuannya mengendap-endap malam-malam begini. Setelah sampai di dalam, ia menutup pintunya pelan-pelan sekali, membuat seisi lorong benar-benar diselimuti kegelapan.

Setelah pintu tertutup rapat, kaki telanjangnya kembali berlari kecil ke arah sang Kakak yang belum menyadari kehadirannya. Perempuan berambut merah kecokelatan---warna yang langka di Saevill Town----itu tengah membaca sebuah buku tebal di meja kayu kesayangannya.

"Ori, lihat! Aku menangkap kunang-kunang!" seru Nikala dengan antusias yang berlebihan, sukses membuat Oriname---Kakaknya---tersentak dan buru-buru menutup buku yang tengah dibacanya.

"Apa-apaan kau ini?! Ketuk pintu dulu kalau mau masuk, Ibu mengajarimu sopan santun dengan baik, bukan?"

Nikala meringis dengan wajah tak merasa bersalahnya. "Maaf, aku terlalu bersemangat dan sebenarnya kau tidak menutup pintu. Dan oh, lihatlah! Mereka cantik sekali. Ayo kita ke hutan, kita tangkap lebih banyak kunang-kunang!"

Nikala mengangkat stoples berisi hewan tangkapannya tinggi-tinggi. Memamerkan hewan bercahaya kuning itu dengan senyum bangga yang amat kentara. Sementara Oriname hanya memutar bola mata malas.

"Untuk apa?" tanya Oriname dengan nada tak tertarik sembari menyimpan buku yang tadi dibacanya ke dalam laci. Jelas sekali ia tidak ingin Nikala mengetahui isinya. Meskipun Oriname memang seperti itu---tidak suka berbagi---tetap saja Nikala penasaran dengan buku bersampul hitam emas itu. Ia pasti akan mengambilnya diam-diam ketika Oriname pergi sekolah nanti.

"Untuk memenuhi kamar kita. Pasti cantik sekali!"

Oriname mendengus. "Tidak mau. Mereka bahkan hidup lebih singkat daripada sisa waktu yang tersisa untukmu."

Nikala mengernyit. "Oh, ya? Kupikir tiga bulan itu sudah sangat singkat."

Seketika, Oriname menyesali perkataannya, tidak seharusnya ia membahas kematian bersama Nikala. Kendati demikian, ia berusaha bersikap biasa saja dan membalas, "Yah, jangan terlalu percaya pada tabib, mereka pembohong yang ulung."

Oriname mematikan lentera belajarnya dan bergegas ke atas tempat tidur. Duduk di tepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya, sementara Nikala berjalan mendekati jendela. Dibukanya stoples berisi kunang-kunang dengan susah payah, lantas dibiarkannya kunang-kunang itu terbang ke sembarang arah. Beberapa terbang ke luar jendela, ke langit malam musim panas, sedang beberapa yang lainnya menetap di sudut-sudut kamar Oriname.

Sambil memperhatikan kunang-kunang itu mencari jalannya, Nikala membeo, "Ori."

Oriname tetap diam sembari memusatkan perhatiannya pada sang Adik. Memperhatikan bagaimana rambut cokelat keemasan Nikala berkibar ditiup angin. Warna rambut favorit di Saevill Town. Ia sama sekali tidak menyahut, tidak berniat untuk menyahut, toh, Nikala akan terus membeo biarpun tanpa balasan.

"Katanya, sebelum mati, kamu bisa melihat dan bertemu malaikat. Bahkan beberapa di antaranya mengajakmu berpetualang. Menurutmu, kapan aku bisa melihat malaikat?"

Kebisuan seolah-olah menyerang Oriname. Meskipun tidak mengatakannya, ia tahu Nikala takut dengan kematian. Hal itu juga menakutinya, ia takut kalau Nikala akan benar-benar pergi. Bagaimana kalau tabib itu benar? Kalau jantung Nikala akan kehilangan fungsinya dalam tiga bulan mendatang? Bagaimana dengan si peramal....

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Angel Mission: Kedai-Kedai Nebula Where stories live. Discover now