BAB 1

196 23 1
                                    

PLAAKK . . .

"Kamu masih saja menjadi juara dua? apa kamu gak ada usaha sedikit pun untuk bisa mengalahkan Park Jeongwoo? mau sampai kapan kamu selalu kalah darinya?" bentak ayahnya sembari menampar Haruto.

Haruto selalu disiksa oleh ayahnya ketika ada hal yang terjadi dan tidak sesuai dengan keinginan ayahnya. ibunya? bukannya membela anaknya atau menenangkan suaminya, tapi malah ikut ikutan menyakiti Haruto.

Ayahnya selalu menyakitinya secara fisik, sedang ibunya selalu menyakitinya secara verbal. Haruto sangat tertekan dengan semua itu. padahal dia adalah anak tunggal dari salah satu keluarga terkaya di Seoul. meski dengan status itu, dia tidak pernah dimanjakkan sedikit pun oleh kedua orangtuanya.

"Haru sudah berusaha yah, tapi tetap saja Haru gak bisa ngalahin kepintaran Jeongwoo. dia terlalu pintar yah" lirih Haruto.

"Kamu selalu bergelud dengan buku bukumu di kamar, sedang Jeongwoo selalu keluar setiap malam dengan geng geng motornya. tapi setiap kalian mengadakan ujian, selalu dia yang mendapat nilai tertinggi. harusnya kamu malu, kamu benar benar anak yang hanya membuat orang tuamu malu"

"Hanya itu batas kemampuan Haru yah, Haru juga capek. Haru capek belajar, Haru capek dikekang begini. Haru stres yah, tapi alih alih dihibur kalian malah terus memukulku karna selalu gak merasa puas atas apa yang aku capai" teriak Haruto.

PLAAK . . PLAAAKK . .

Ayahnya kembali menampar pipi kiri dan kanan Haruto. Haruto segera keluar dari rumah mereka dan berlari menuju sebuah rumah mewah lainnya yang ada di depan rumahnya, itu adalah rumah sahabatnya sejak kecil namanya adalah Park Jeongwoo.

Park Jeongwoo dan Haruto sudah berteman sejak kecil. Jeongwoo juga tau betapa tersiksa dan kesepiannya seorang Haruto. makanya dia selalu memperlakukan Haruto dengan sangat baik, seenggaknya Jeongwoo berpikir kalau Haruto harus menerima kasih sayang dan perhatian meski hanya dari sahabatnya.

Karena itu juga, Haruto selalu bergantung pada Jeongwoo dan Jeongwoo pun gak keberatan dengan hal itu. makanya setiap dia habis dipukul oleh ayah dan ibunya, Haruto selalu pergi ke rumah Jeongwoo untuk menenangkan dirinya dan ingin dihibur oleh Jeongwoo.

Tok . . Tok . . Tok . .

Jam 02:30 🕝

Jeongwoo sudah tertidur, tapi tetap terbangun karna Haruto tidak berhenti mengetuk jendela kamarnya.

"Siapa sih? udah jam segini masih mau bertamu, dah gila ya tuh orang?" gerutu Jeongwoo sambil beranjak dan menuju jendela kamarnya.

KLEEKK . .

"Haru?" seru Jeongwoo.

Haruto gak merespon, dia langsung masuk ke kamarnya Jeongwoo dan merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu. dia gak memperdulikan Jeongwoo yang terus menatapnya sedari tadi.

"Kamu kenapa?"

"Aku mau tidur, kamu tidur aja juga. jangan ganggu, aku mau tidur disini" jawab Haruto tanpa melihat ke arah Jeongwoo.

"Apa ayah memukul kamu lagi?"

Haruto hanya diam. mengerti dengan semua yang terjadi, Jeongwoo membangunkan Haruto. tapi Haruto hanya terus menunduk.

"Kali ini karna apa? apa kamu membuat kesalahan yang lebih fatal lagi?"

"Ayah marah karna aku gak bisa melampaui nilai kamu, dia menamparku hanya karna itu. dia bilang aku adalah anak yang hanya membuat mereka malu hiks"

Air mata Haruto tidak terbendung lagi. setiap berada didekat Jeongwoo, dia selalu gak bisa menahan dirinya. orang lain mungkin akan berpikir kalau Haruto adalah anak orang kaya yang sombong karna gak pernah bergaul dengan mereka, ditambah lagi dengan sikap Haruto yang selalu dingin pada orang lain.

Save MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora