2. BBB-2

52 19 50
                                    

Aidan bersiap setelah beberapa hari menyiapkan berkas-berkas kini dia akan berangkat ke kota di mana sekolah yang nantinya akan menjadi masa depannya.

Orang tuanya mengantarnya menaiki kereta, yang nantinya menghantarnya ke kota.

Pelukan hangat dan harapan orang tua kini ada pada pundak kecilnya.

"Aku pasti bisa, " Liriknya ketika pundak kecilnya di tepuk pelan oleh bapaknya.

Tangisan air mata disertai senyum nan tulus terpancar dari wanita yang melahirkannya.

Tak ada kata yang keluar dari sang ibu hanya satu kata darinya

"Hati-hati di sana,jangan lupa berdoa dan ingat ikuti aturan mereka,"

Aidan yakin, pasti ada doa dari mamanya yang didengungkan di dalam hatinya ketika melepaskan putranya.

Kereta api ekonomi yang ditumpanginya membawanya pergi meninggalkan tempat kelahirannya.

Lambaian tangan orang tua mengiringinya hingga dia tak lagi melihat.

Air mata terjatuh dari matanya yang sudah berembun.

Ini adalah pengalaman pertama meninggalkan orang tua.

Tapi tekad dan impian serta harapan lebih besar.

***

Aidan sampai di tempat tujuan dan menunggu jemputan dari pihak yang akan di tempati nantinya.

Dan sepertinya kepala sekolah dari sekolah tersebut yang menjemputnya.

Setelah beberapa saat turun dari kereta yang ditumpanginya dan menunggu di ruang tunggu, sembari menelpon dengan kepala sekolah terlihat dari kejauhan orang yang Mencari-carinya.

Aidan melambaikan berdiri dan tangan ke arah kepsek yang terlihat mengenakan baju yang rapih dengan kaca mata.
Masih terlihat muda.

Dengan menggendong tas yang ada di pundaknya dia berjalan menghampiri bapak-bapak yang
7celengak-celinguk sepertinya mencarinya.

"Permisi dengan Pak Thomas ya?" Aidan menghampiri dan menyapanya. "Ohhh iya, Aidan ya?" Dia balik bertanya sambil menyodorkan tangannya.

Aidan menerima uluran tangan kepsek dan menyaliminya.

Bapak yang diketahui bernama pak Thomas tersebut kemudian mengajak Aidan menuju mobilnya.
Aí56 Aí56
Dengan keadaan yang memang sedang lelah Aidan mengikuti langkah kaki kepsek.
"Taruh tas di sini aja,nak." Pak Thomas membuka begasi mobil dan menyuruh Aidan.

Aidan membalas dengan anggukan kecil lalu meletakkan tas di begasi.

Pak Thomas kemudian membuka pintu mobil dan mempersilahkan Aidan memasuki mobil.

Ternyata di dalam mobil ada seorang cewek, "hay, aku Gea," Sapa seorang cewek cantik yang ada di depan mobil dengan mengulurkan tangannya.

"Aidan kak," Aidan menerima uluran tangan dan memperkenalkan dirinya.

Gea,perempuan cantik itu membalas dengan anggukan.
Setelah itu dia kembali membuka hpnya.

Dia kemudian membuka kamera dan membuat video sepertinya membuat vlog.

Pak Thomas bertanya banyak hal kepada Aidan dan dia pun menjawab dengan keadaan yang sedang lelah.

"Nanti tinggalnya dengan orang tua asuh ya nak!" Ucap Pak Thomas. "Iya Pak," Sahut Aiden dengan mengangguk malu.

"Nggak usah malu Den," Gea menoleh ke arah Aiden,lagi-lagi Aiden hanya menjawab dengan anggukan kecil,karena kelelehan dan masih malu dengan mereka.

Aidan memandang keluar kaca mobil dengan banyak kendaraan dan gedung-gedung yang megah disamping kiri dan kanan.

Dia nampak kagum dengan keadaan sekitar.

Hatinya berdebar hebat, merasakan udara di kota yang tak pernah ada dalam benaknya.

Setelah beberapa jam perjalanan mereka tiba di rumah kepsek jam 15.00.

Dia disambut hangat oleh semua orang yang berada di rumah, dan yang menempati asrama. Yang satu sekolah dengan dirinya.

Sampai di rumah mereka langsung makan siang.

Dengan nasi yang tersedia dengan lauk pauk yang ada, mereka makan bersama.

"Ini kamar kamu, sama mas Raven, dan Mario ya, " Pak Thomas memberi tahu Aiden setelah makan dan kemudian mengajak keliling asrama.

Aiden menganggukkan kepala dan tersenyum, dia menggerek tasnya dan memasukkan tasnya ke dalam kamar.

Setelah itu, pak Thomas keluar dari kamar tersebut. Aiden mandi sebentar membersihkan dirinya. Setelah menyelesaikan kegiatannya, Aiden keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar bugar.
Raven dan Mario kemudian mengajak Aiden berbincang sejenak setelah itu dia pun beristirahat.

***

Aldara gadis itu berada di kamarnya, memikirkan perlengkapan yang akan dibawah untuk MPLS nanti.

Dia mulai mempersiapkan dirinya, mulai membuat name tag dari kardus dan mengukir hiasan di samping-sampingnya.

MPLS akan mulai dia hari lagi, namun dia mempersiapkan semua hal yang akan dibawahnya.
Tas berada diatas meja belajar dengan buku dan pulpen yang diatas meja juga.
Sepatu dan seragam yang terletak pada tempatnya.
Persiapannya benar-benar matang, walaupun sebenarnya dia bersekolah di sekolah tersebut hanya karena keinginan orang tuanya.

Aldara berkutat dengan pulpen dan kardus yang dibentuk dan dibuat hiasannya pernak-pernik untuk membuat kesan indah dan menarik menurutnya.

Dengan hati-hati dia membuat name tag-nya.

"Daraa, daraaa,, " Terdengar ketukan pintu dan panggilan suara dari luar yang memanggil-manggil namanya.

"Iya, masuk aja bu, " Sahut aldara tanpa melepaskan kegiatannya.

Ibunya memasuki kamarnya dan melihat putrinya yang tengah sibuk dengan kamar yang terlihat seperti kapal pecah,barang-barang tercecer. Banyak kertas yang diremasnya berserakan di mana-mana, karena tulisan yang menurutnya jelek dan tidak memiliki keestetikan sama sekali.
Gunting, lem, double tip, isolasi, pensil, penggaris, penghapus, kertas HVS ada dimana-mana.

"Sudah sore, kamu nggak mandi? " Setelah agak lama melihat kamar Aldara, ibunya pun membuka suara.

"Mandi, dan turun nanti baru dilanjutkan lagi, pun masih panjang waktunya, masih beberapa hari untuk melanjutkannya. "

Aldara hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai jawaban untuk ibunya.
Tohh, nanti kalau tidak dikerjakan juga dia yang akan disalahkan.
Jadi lebih baik membuat dan mempersiapkan jauh-jauh hari bukan?

Pemilik nama Tania itu kemudian keluar dari kamar Aldara.

Aldara tak menatap ibunya, yang kini keluar dari kamarnya.
Dia hanya mendengar langkah kaki, yang mengarah keluar pintu. Karena, dia buru-buru untuk menyelesaikan, lagipula kerjaannya yang ditekuni sendari siang sudah hampir selesai. Hanya menghapus dan mewarnai tulisan dan gambar yang ada, serta membersihkan kamar yang terlihat bak barang pecah.

Setelah menyelesaikan name tag yang dibuatnya, Aldara langsung saja membersihkan kamar. Dia menyapu kamar berukuran minimalis itu, menyusun kembali buku-buku, pensil, pulpen serta mengembalikan penggaris, gunting, double tip, isolasi pada tempatnya.

Usai menyelesaikan pembuatan name tag Aldara pun duduk dikursi belajarnya sembari menatap keluar jendela yang mengarah pada taman bunga di depan rumah.

Gadis itu kemudian mengambil handphonenya lalu membuka dengan lincah aplikasi yang terpasang pada hpnya dengan cepat membuka kamera memotret bunga melati yang sedang mekar.

Dia memegang handphonenya, lalu mengarahkan kamera ke salah satu bunga, kali ini bukan bunga melati, namun pada sebuah bunga yang terlihat lebih besar dari pada yang sebelumnya, bunga melati.

●●●●●●●●●●●◍◍●●●

Senyap || A Single RoseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora