Psyches

400 43 34
                                    


Brak!

Tubuh Xiao Zhan terpental membentur dinding bercat putih tersebut hingga membuat kacamata yang dikenakannya lepas dan jatuh. Xiao Zhan mengerjap membungkuk meraih kacamatanya yang terjatuh kemudian mengenakan kembali kacamata tersebut.

Begitu tubuhnya kembali tegak, sebuah tamparan melayang di pipi kanan pria manis tersebut. Xiao Zhan terdiam menunduk kedua tangannya saling meremat.

"Kau, apa bagusnya kau! Kenapa Yibo bisa jatuh cinta denganmu?!" Lusi berseru di depan Xiao Zhan yang menunduk.

"Seharusnya Yibo menyukaiku, bukan kau. Gay sialan!" ucap Lusi penuh penekanan.

"Apa yang sudah kau lakukan hingga Yibo tunduk sekali denganmu?" Lusi meraih dagu Xiao Zhan, mencengkeramnya kuat hingga  membuat Xiao Zhan meringis sakit, "jawab aku, Culun!" geram Lusi.

"Ta-tapi Yibo sudah jadi kekasihku sebelum aku kuliah di sini," Xiao Zhan berucap lirih.

"Lepaskan Yibo, dia sama sekali tidak cocok denganmu." Lusi melepas cengkeramannya di dagu Xiao Zhan, berbalik menjauh meninggalkan Xiao Zhan yang mengepalkan tangan erat.

Lusi melangkah angkuh melewati kelas-kelas tempat mahasiswa belajar, bibir seksi yang dipoles lipstik merah itu tersenyum puas. Puas setelah memaki-maki Xiao Zhan, orang yang dia anggap telah merebut Yibo darinya.

Namun, ketika ia melewati tempat sunyi. Menaiki tangga menuju lantai atas. Bibirnya mengeluarkan rintihan, rasa sakit menjalar di bagian belakang kepala saat sebuah hantaman dari benda tumpul mengenai kepalanya.

Tubuh ramping itu jatuh menghantam lantai universitas. Lusi pingsan akibat rasa sakit yang teramat sangat ia rasakan. Sementara sang pelaku, memasukkan kembali benda tumpul tersebut ke dalam ransel.

Kaki kanan Lusi diangkat lalu menyeret tubuh Lusi menuruni tangga menuju tempat parkiran. Sebagian mahasiswa dan juga dosen sudah pulang, menjadikan tempat itu sepi. Dan menguntungkan bagi si pelaku membawa tubuh Lusi tanpa ketahuan oleh orang lain.

•••

"Xiao Zhan!"

Xiao Zhan menoleh mendengar seseorang memanggil namanya. Pria berparas manis itu memperbaiki letak kacamata, sedikit berlari menghampiri pria jangkung yang tadi memanggilnya.

"A-ada apa, Dylan?" Xiao Zhan bertanya gugup, menatap takut-takut pada Dylan.

"Ini," Dylan menyodorkan sebuah buku catatan pada Xiao Zhan, "buku catatan milikmu. Terima kasih sudah meminjamkannya padaku, Xiao Zhan," ujar Dylan tersenyum tulus.

Xiao Zhan mengangguk berbalik kembali menuju mobilnya. Mesin mobil menyala, Xiao Zhan menjalankan mobil menuju kediamannya.
Beberapa jam berlalu, Lusi terbangun dengan rasa sakit di sekujur tubuh dan pening di kepala. Lusi mengerjap, karena silau dari cahaya lampu yang menusuk retinanya.

Ketika wanita cantik itu berniat bangun, gerakannya tertahan. Seperti ada sesuatu yang menahan tangan dan kakinya. Lusi menoleh dan mendapati kedua tangangannya terikat begitu juga kakinya. Tubuhnya terbaring di atas sebuah meja dengan posisi seperti huruf X.

Lusi mulai panik saat hidungnya mencium bau amis dari darah. Wanita cantik itu menggerakkan badan agar terlepas dari ikatan tali yang membelengu tangan dan kakinya. Semakin panik saat ia sadar hanya mengenakan bra dan celana dalam.

Udara dingin menyapa tubuh yang hanya mengenakan bra putih dan celana dalam berwarna senada dengan bra. Membuat putih itu bergidik.

"Wah ... kau sudah sadar rupanya."

Lusi terkejut dan dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Mata cantiknya menatap tak percaya pada sosok yang dilihatnya sekarang. Sosok itu berdiri menjulang tepat di samping Lusi sambil tersenyum, senyum mengerikan di mata Lusi.

Psyches (Yizhan Fanfiction)Where stories live. Discover now