IF 1

19.4K 1.4K 72
                                    

Vote dulu sebelum baca, tandain typo!!!

Happy Reading
.
.
.

Semilir angin sore ini menerpa kedua insan yang terus menatap dengan pandangan ke arah depan. Salah satu nya menggenggam tangan yang lebih kecil darinya dengan erat, menguatkan bahwa ia tak pernah merasa sendiri.

Luxio meletakkan sebuket bunga yang mereka bawa diatas makam anaknya, Venus Geovefa D'aquilas.

"Maafkan mommy yang baru bisa mengunjungimu sekarang, sayang. Maafkan mommy karena tak bisa mempertahankamu Venus. Maafkan sikap egois mommy hingga tak bisa mendatangkan kebahagiaan untukmu dan juga adikmu."

Air mata menetes turun membasahi pipinya, mengingat saat-saat menyakitkan yang terjadi padanya dan juga kedua buah hatinya.

"Mommy menyayangimu lebih dari apapun. Terima kasih, karena Venus masih berbaik hati membiarkan adik Venus untuk bertahan bersama mommy dan daddy. Kami sangat mencintaimu, sayang. Sampai bertemu di surga nanti, putri cantiknya mommy dan daddy." Ucap lirih Jeanna dengan mengelus nisan putri sulung yang belum sempat Jeanna lihat.

Karena insiden Jeanna koma saat melahirkan, wanita itu tak sempat melihat bagaimana rupa putrinya. Namun, Luxio menjelaskan bahwa Venus adalah Kenneth versi perempuan.

Luxio merengkuh tubuh istrinya dan menghapus air mata yang terus mengalir dipipinya.

"Putri kita sudah bahagia disisi tuhan, sayang. Bukankah kamu sudah berjanji untuk tak ada air mata lagi saat kita mengunjungi Venus? Putri kita akan sangat sedih jika melihat mommy nya seperti ini. Venus pasti bangga memiliki ibu seperti mu sayang."

Luxio tersenyum tulus saat mengatakan hal itu. Satu setengah tahun lebih pria itu menjanjikan untuk membawa sang istri mengunjungi makam putri mereka, namun baru bisa terealisasikan saat ini.

"Ayo sayang, Kenneth pasti sudah bangun dan menangis karena tak mendapatimu disampingnya"

Luxio mengajak sang istri untuk segera pulang meninggalkan makam putri sulungnya karena waktu semakin sore.

Bukannya apa? Luxio dan Jeanna masih belum bisa membawa Kenneth pergi ke makam kakaknya dan juga mereka meninggalkan Kenneth yang masih tidur dan menitipkannnya kepada orang rumah.

Selama perjalanan pulang, Jeanna lebih banyak diam. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu.

"Kenapa sayang?" Luxio menggenggam tangan istrinya yang tengah melamum.

"Maaf." Cicitnya lirih enggan menatap sang suami.

Luxio segera menepikan mobilnya mengetahui suasana hati sang istri yang kurang baik.

"Maaf untuk apa?" Luxio menangkup pipi chubby istrinya agar menatap ke arahnya dengan lembut.

"Karena aku, kita kehilangan salah satu dari anak kita"

"Hei, lihat aku. Ini semua bukan salahmu sayang. Aku yang salah disini"

"Tapi, andai saja aku tak meminum obat anti depresan mungkin anak-anak kita masih bersama kita disini"

"Suttt, jangan menangis. Hatiku sakit kalau kamu kembali rapuh seperti ini, kita sudah membahasnya kan? Menerima takdir dan membuka lembaran baru bersama Kenneth. Kita rawat anak kita sama-sama. Seharusnya aku yang meminta maaf disini, kalau seandainya dulu aku tak memaksamu dan lebih bersabar lagi, semua ini tak akan terjadi. Jadi, stop menyalahkan dirimu sendiri, hmm?"

Luxio mengatakan itu dengan perasaan yang begitu terluka. Sampai saat ini, pria itu masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas permasalahan yang menimpa keluarga kecil mereka. Luxio tak bisa menyalahkan takdir yang sudah digariskan, karena kehilangan putri sulungnya sudah menjadi hukuman telak atas perilaku kasar yang pernah pria itu lakukan pada istrinya dulu.

INFINITY FAMILY [REVISI]Where stories live. Discover now